QS. Al-'Ankabut Ayat 29

اَٮِٕنَّكُمۡ لَـتَاۡتُوۡنَ الرِّجَالَ وَتَقۡطَعُوۡنَ السَّبِيۡلَ وَتَاۡ تُوۡنَ فِىۡ نَادِيۡكُمُ الۡمُنۡكَرَ ‌ؕ فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوۡمِهٖۤ اِلَّاۤ اَنۡ قَالُوا ائۡتِنَا بِعَذَابِ اللّٰهِ اِنۡ كُنۡتَ مِنَ الصّٰدِقِيۡنَ
A'innakum lataatuunar rijaala wa taqta'uunas sabiila wa taatuuna fii naadekumul munkara famaa kaana jawaaba qawmihiii illaaa an qoolu' tinaaa bi'azaabil laahi in kunta minas saadiqiin
Apakah pantas kamu mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?" Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan, "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar."
Juz ke-20
Tafsir
Apakah pantas kamu mendatangi laki-laki untuk melampiaskan syahwat, bukan dengan perempuan yang sah untuk digauli,dan disamping itu kamu juga menyamun untuk melakukan perbuatan keji terhadap orang-orang yang dalam perjalanan, dan kamu selalu mengerjakan kemungkaran ditempat-tempat pertemuanmu, bukan ditempat-tempat sepi dan tersembungi?" Teguran itu tidak mereka gubris sama sekali. Maka, tanpa berpikir dan menunggu lama, jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan kepada Nabi Lut dengan angkuh sambil mengejek, "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar dalam ucapan dan ancaman kamu kepada kami."
Kaum Lut senang melampiaskan syahwatnya kepada sesama pria. Kebiasaan ini jelas bertentangan dengan tujuan kebutuhan biologis manusia biasa. Nafsu seksual yang normal justru merangsang pria untuk melampiaskan nafsu syahwatnya kepada wanita. Perbuatan ini sangat dicela Lut dan ia menasihati kaumnya agar perbuatan terkutuk tersebut ditinggalkan. Penduduk kota Sodom juga senang melakukan perampokan dan pembunuhan di jalan yang dilalui oleh kafilah yang membawa barang dagangan. Barang-barang mereka dirampas, kemudian pemiliknya dibunuh. Di samping itu, perkataan dan perbuatan mereka di tempat-tempat perkumpulan sangat menjijikkan, merusak sendi-sendi akhlak dan moral yang mulia dan pikiran yang sehat. Rasulullah bersabda:

Diriwayatkan dari Ummu Hani binti Abu thalib, yang bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, apa pendapatmu tentang arti ayat "Kamu mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu" (al-'Ankabut/29: 29), kemungkaran apa yang mereka lakukan itu?" Beliau menjelaskan bahwa mereka senang mengejek orang yang lewat di jalan dan menghinanya. (Riwayat al-hakim)

Lut tidak tinggal diam melihat kepincangan-kepincangan yang terjadi dalam masyarakat kaumnya. Ia berusaha mencegahnya dengan memberikan nasihat dan pengajaran yang berharga. Akan tetapi, semua itu mereka pandang remeh dan tidak pernah mereka gubris.

Ketika Lut mengancam kaumnya bahwa Allah akan menurunkan azab kalau mereka tidak juga mau mengubah kelakuannya yang keji itu, mereka malah menantang. Kalau benar Tuhan itu akan mendatangkan siksaan-Nya, mereka menantang agar Lut mohon kepada Tuhan supaya diturunkan siksaan yang dijanjikan itu sekarang juga. "Kami akan membuktikan sampai dimana kebenaran ucapanmu, hai Lut," tegas mereka pula. Karena kebencian yang mendalam, mereka mengusir Lut dari negeri mereka. Sebab tak ada gunanya orang-orang suci seperti beliau tinggal bersama mereka. Allah menjelaskan:

Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata, "Usirlah mereka (Lut dan pengikutnya) dari negerimu ini, mereka adalah orang yang menganggap dirinya suci." (al-A'raf/7: 82)

Umat Lut menantang supaya didatangkan azab. Nabi Lut akhirnya mohon agar Allah menolongnya.

Ayat di atas menggambarkan betapa keras sikap kekafiran dan keras kepala mereka, sampai-sampai mereka tega mengusir rasul utusan Tuhan itu dari negerinya sendiri.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-'Ankabut
Surat Al 'Ankabuut terdiri atas 69 ayat, termasuk golongan surat-surrat Makkiyah. Dinamai Al 'Ankabuut berhubung terdapatnya perkataan Al 'Ankabuut yang berarti laba-laba pada ayat 41 surat ini, dimana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah berhala-berhala itu, dengan laba-laba yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat mangsanya, padahal kalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, rumah itu akan hancur. Begitu pula halnya dengan kaum musyrikin yang percaya kepada kekuatan sembahan-sembahan mereka sebagai tempat berlindung dan tempat meminta sesuatu yang mereka ingini, padahal sembahan-sembahan mereka itu tidak mampu sedikit juga menolong mereka dari azab Allah waktu di dunia, seperti yang terjadi pada kaum Nuh, kaum Ibrahim, kaum Luth, kaum Syu'aib, kaum Saleh, dan lain-lain. Apalagi menghadapi azab Allah di akhirat nanti, sembahan-sembahan mereka itu lebih tidak mampu menghindarkan dan melindungi mereka.