Kisah Perjuangan Rasulullah dan sang Penakluk Ar Rahman

Sabtu, 17 Juni 2017 - 06:09 WIB
Kisah Perjuangan Rasulullah dan sang Penakluk Ar Rahman
Kisah Perjuangan Rasulullah dan sang Penakluk Ar Rahman
A A A
Malam yang semakin pekat tidak membuat para santri di pesantren kilat di Gunung Kunci, Malang, Jawa Timur, mengantuk. Di sepertiga malam yang dingin, para santri mulai berbondong-bondong menuju tempat wudhu untuk melaksanakanqiyamul lailberjamaah dan dilanjutkan dengan makan sahur bersama.

Saat lantunan azan Subuh mulai terdengar merdu di teliga, mereka pun bergegas menerobos gelap dan dinginnya malam untuk melaksanakan salat berjamaah di Masjid Hidayatullah. Setelah selesai, para santri membentuk barisan dengan rapi untuk memulai setoran hafalan Alquran kepada kakak-kakak Beasiswa Tahfizh qur’an (BTQ)for Leaders PPPA Daarul Qur’an .

Sebelum santri membaca hafalannya, Kak Afif yang merupakan salah satu mahasiswa BTQ memberikan training menghafalOne Day One Ayat(ODOA) agar para santri dapat menghafalkan dengan mudah. Metode ODOA merupakan metode yang digagas Ustaz Yusuf Mansur kepada santri-santrinya. Benar saja selang beberapa menit, para santri secara serempak dapat menghafal beberapa ayat dari Surat Ar Rahman.

Sebagian santri hafal lima ayat, ada pula yang hafalannya hingga akhir surah Ar Rahman. Ia biasa dipanggil adik Hayyi. Ia merupakan santri di pesantren kilat yang menghafal dengan cepat dari santri lainnya.Subhanallah, sungguh keajaiban yang sangat indah yang diberikan oleh-Nya.

Saat matahari mulai menampakkan cahayanya, santri pun selesai memurajaah hafalan. Mereka berlarian dengan riang gembira untuk bermain di depan kamar. Tak terasa, sang surya mulai meninggi, para santri pun diminta mandi dan bersih-bersih agar lingkungan sekitar tetap terjaga kebersihannya. Setelah membersihkan diri, mahasiswa-mahasiswi BTQ mengajak para santri salat Dhuha dan membaca Surat Al Waqiah berjamaah.

Waktu begitu cepat berlalu, para santri pun sampai pada kegiatan yang sudah lama dinanti yakni menerima materi kajian ''Cinta Rasul” dari Kak Ima yang juga merupakan salah satu peserta BTQ. Ia menyampaikan cara-cara menumbuhkan cinta kepada Rasulullah SAW. ''Tak kenal maka tak sayang,” tutur Ima.

Kisah Perjuangan Rasulullah dan sang Penakluk Ar Rahman


Ia menceritakan perjuangan dan rintangan Rasulullah hingga Islam jaya seperti saat ini. Tak terasa materi yang disampaikan Ima berjalan dengan seru dan menantang hingga azan Zuhur berkumandang, seluruh peserta BTQ dan para santri pun salat berjamaah dan istirahat untuk melepaskan sedikit penat. Ketika waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB, para santri kembali salat berjamaah dan dilanjut dengan materi motivasi menghafal Kak Akbar serta ditutup dengan buka bersama santri Al Marhamah.

Malam harinya, para santri kedatangan seorang dokter dari Universitas Brawijaya yang bernama Kak Vylza. Beliau bukan mau mengecek kesehatan para santri tetapi beliau akan mendongeng. Ternyata Kak Vylza tidak hanya pandai mengobati pasien. Saat mendongeng, Kak Vylza ditemani boneka cantik bernama Caca. Para santri sangat menikmati dongeng tersebut apalagi melihat gerak gerik Caca yang menggemaskan.

Di sela-sela mendongeng Kak Vylza menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang apabila santri dapat menjawabnya akan mendapat hadiah. Materi dongeng pun usai hingga pukul 22.00 WIB, santri pun bergegas untuk tidur. Mereka akan bersiap untuk menyambut hari esok.

Rabu (14/6) dini hari, tepat pukul 02.00 WIB para dibangunkan kakak-kakak BTQ untuk makan sahur. Kali ini, kegiatan sahur para santri berbeda daripada sahur sebelumnya. Ada yang merasa sangat senang karena akan berjumpa lagi dengan orang tua dan ada yang sangat sedih karena akan berpisah dengan kakak pembina. Di mana ada pertemuan, disitu juga ada perpisahan.

Hari penutupan Pesantren Literasi pun tiba. Para santri diajak menyusuri indahnya Gunung Kunci usai melaksanakan salat Subuh berjamaah, menyetor dan memurajaah hafalan. Sejumlah santri menyampaikan kesan dan pesan mengikuti Pesantren Literasi setelah Kak afif yang merupakan ketua dan penanggungjawab kegiatan menyampaikan sambutannya.

Melalui Pesantren Literasi, para santri diajak untuk belajar mandiri. Mulai dari salat berjamaah tepat waktu, menghafal Alqur'an dan masih banyak lagi. Hingga tepat pukul 09.00 WIB, kegiatan Pesantren Literasi resmi ditutup dengan meninggalkan segenap kenangan indah di hati para panitia dan 75 santri yang mengikuti kegiatan ini.

“Semoga dengan ada pembinaan ini bisa menjadikan anak-anak kita makin giat untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang bermanfaat. Baik aktivitas wajib maupun sunnah. Mari selalu dukung gerakan Pesantren Literasi ini, agar melahirkan generasi bangsa baik dan berpendidikan Islami,” ujar Maulana Ishak, koordinator BTQfor LeadersSurabaya.
(aww)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2664 seconds (0.1#10.140)