Belajar dari Kisah Para Nabi dan Rasul

Selasa, 08 Mei 2018 - 06:05 WIB
Belajar dari Kisah Para Nabi dan Rasul
Belajar dari Kisah Para Nabi dan Rasul
A A A
JAKARTA - Alquranul-Karim merupakan kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Firman-Nya berisi petunjuk kebenaran agar manusia memperoleh keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat.

Syeikh Fikri Thoriq, Da’i yang terkenal dengan ilmu kisahnya menyampaikan betapa pentingnya mempelajari kisah para Nabi dan Rasul. Selain memiliki hikmah, kisah para Nabi dan Rasul pada masa lalu banyak memberi ibroh (pelajaran) bagi manusia.

Syeikh Fikri mengatakan, kandungan terbanyak Alquran adalah kumpulan kisah-kisah para nabi dan rasul. Allah SWT mengisahkan 25 Nabi dan Rasul-Nya (mulai Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW). Untuk diketahui, utusan Allah berjumlah 124.000 nabi dan 313 rasul sebagaimana diriwayatkan dalam Hadits Ibnu Hiban dari Abu Dzar Al Ghifari.

Tujuan Allah SWT mengisahkan kisah sebagian dari para Nabi dan Rasul itu telah dinyatakan dalam Alquran Surat Hud ayat 120. “Dan sebagian dari kisah Para Rasul Kami (Allah SWT) kisahkan kepadamu (Nabi Muhammad SAW) untuk memantapkan iman di dadamu dan apa yang datang kepadamu dari kisah-kisah para Rasul yang bersumber dari Alquran adalah benar dan kisah mereka bisa menjadi nasihat serta pelajaran bagi orang-orang yang beriman.”

Salah satu kesuksesan Rasulullah SAW diperoleh dari ketekunan berkaca pada kisah para Nabi dan Rasul sebelumnya. Sebagai contoh, ketika datangnya perintah berhijrah bagi umat Islam dari Mekah menuju Medinah, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk berhijrah terlebih dahulu. Namun Nabi SAW memilih menetap di Mekah sampai mendapat perintah langsung dari Allah untuk berhijrah ke Medinah.

Kalau dilihat strategi apa yang diputuskan Rasulullah tentu sangat beresiko terhadap keselamatannya. Berangkatnya para sahabat Nabi tentunya memudahkan musuh-musuh kaum kafir quraisy untuk mendzalimi bahkan membunuh Rasulullah.

Namun, Rasulullah berkeyakinan apa yang Beliau putuskan adalah keselamatan bagi dirinya dan seluruh umat Islam yang berhijrah. Beliau sangat meyakini bahwa Allah-lah yang dapat menyelamatkannya, bukan para sahabatnya.

Keyakinan Rasulullah ini menjadi kenyataan meskipun Abu Jahal dan antek-anteknya memanfaatkan keadaan ini dengan menggelar rapat di Darun Nadwa dihadiri Iblis (laknatullah) yang menyamar seperti kakek tua dari negeri asing. Keputusan rapat di malam itu Rasulullah harus dibunuh. Abu Jahal pun menyampaikan strateginya akan mengepung kediaman Rasulullah oleh para pemuda dari semua suku.

Sehingga Bani Hasyim sebagai Kabillah pelindung Rasulullah tidak dapat menuntut perorangan karena pembunuhnya adalah semua suku. Keesokannya di siang hari, Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan salam-Nya kepada Nabi SAW serta memerintahkan Rasulullah segera berhijrah pada waktu malam bersama sahabat Abu Bakar As Shidiq. Atas perintah itu, Rasulullah berhijrah bersama Abu Bakar tanpa hambatan dan rintangan. Justru usaha Abu Jahal dan antek-anteknya itu sisa-sia belaka.

Sejatinya, apa yang dilakukan Rasulullah itu karena belajar dari kisah nabi yaitu Yunus AS yang diutus kepada penduduk Nainawa. Rasulullah tidak ingin mengulang sejarah Nabi Yunus yang meninggalkan penduduk Nainawa dengan inisiatif sendiri tanpa petunjuk Allah.

Ketika itu, penduduk Nainawa menolak bahkan menentang Allah dan Nabi Yunus karena mereka berbuat kesyirikan. Akhirnya Nabi Yunus berangkat menggunakan kapal bersama penumpang lainnya. Di tengah laut Beliau dilempar ke laut oleh penghuni kapal setelah diadakan undian. Saat itu kapal perlu pengurangan penumpang karena kelebihan muatan.

Allah SWT pun memerintahkan Al Huut (seekor ikan besar) menelan Nabi Yunus hidup-hidup tanpa menghancurkan daging dan tulangnya. Nabi Yunus dibawa ke dasar laut oleh ikan itu. Kecerdasan spiritual Nabi Yunus akhirnya menyelamatkannya karena tasbih yang diucapkannya. “Lailahailla Anta SubhanaKa inni kuntu minaddzalimin.”

Allah berfirman dalam Surat As-Shofat ayat 143 dan 144: Maka andaikata Yunus tidak termasuk orang yang tidak bertasbih pasti dia akan tinggal di dalam perut ikan itu sampai hari kebangkitan. Apa yang terjadi pada Nabi Yunus disebabkan Beliau melakukan perbuatan tanpa perintah dan ijin dari Allah SWT.

Kisah Nabi Yunus ini menjadi pelajaran bagi Rasulullah. Nabi SAW tidak mau meninggalkan Kota Mekah sebelum mendapat perintah dari Allah Sang Maha Penolong. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kita sepatutnya meneladani Rasulullah dengan mempelajari kisah para nabi dan rasul. Terutama meneladani kemuliaan Nabi Muhammad SAW.

Semoga dengan kisah tersebut semakin kuat pula iman kita kepada Allah. Semakin baik kualitas ibadah kita dan semakin besar peluang kita memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3290 seconds (0.1#10.140)