Dahsyatnya Fadhillah Menangis karena Allah

Selasa, 28 Mei 2019 - 18:30 WIB
Dahsyatnya Fadhillah Menangis karena Allah
Dahsyatnya Fadhillah Menangis karena Allah
A A A
Imam besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar menyampaikan tausiyahnya pada malam ke-23 Ramadhan 1440 Hijriyah atau bertepatan malam ketiga i'tikaf, Senin dini hari (27/5/2019).

Beliau membuka tausiyahnya dengan membaca Surah Al-Qadar. Siapa lagi yang akan dianugerahi keberkahan kalau bukan mereka yang menghidupkan masjid dan i'tikaf mencari Lailatul Qadar. (Baca Juga: 5 Pesan Syeikh Umar dalam Mengisi 10 Malam Terakhir Ramadhan)

Pada pertemuan sebelumnya, Kiyai Nasaruddin telah membahas tangga seseorang menuju langit. Siapapun kita baik sebagai hamba maupun khalifah semuanya harus menempuh anak tangga pertama menuju langit. Tidak lain tangga pertama itu adalah taubat. Taubat dalam arti kembali kepada Allah, menyucikan diri.

"Mungkin selama ini kita lupa, kita zig-zag atau keluar dari rel yang digariskan oleh Allah. Meskipun kita tidak di depan Ka'bah, namun kita tetap dalam rahmat Allah sebagaimana kita berada di masjid ini.

Masjid menjadi saksi taubat kita. Kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Taubat memiliki tingkatan yaitu taubatnya orang awam dan taubatnya orang istimewa.

"Sejatinya setiap mukmin harus memperbaiki kualitas taubatnya, jangan hanya berhenti pada taubatnya orang awam. Air mata taubat inilah nanti yang akan menjadi saksi dan memadamkan api neraka," jelas kiyai yang juga mantan wakil menteri Agama itu.

Ada namanya taubat istijabah, taubat ini bukan takut dibakar api neraka, namun ia takut dan malu kepada Allah karena maksiatnya. Rasa malu ini membebani dirinya kepada Tuhannya. Inilah taubat sejati. Orang yang tidak menangis itu masuk dalam kategori awam.

Keutamaan Menangis
Ada 4 macam tangisan yang tidak bisa dijilat oleh api neraka. Beruntunglah mereka yang terbiasa dan sering menangis. Rahasia mencapai puncak adalah merendahkan diri di hadapan Allah.

Berikut empat macam tangisan:
1. Mata yang begadang menahan ngantuk karena ingin mengingat Allah meskipun air matanya tidak keluar, namun dia tidak akan dijiliat api neraka.
2. Air mata yang keluar karena benci terhadap maksiat tidak akan disentuh oleh api neraka. Air mata yang protes terhadap kebathilan ini tidak akan dijilat api neraka.
3. Air mata yang selalu menangis karena maksiat yang dikerjakannya. Air mata penyesalan inilah juga tidak dapat disentuh api neraka. Jerit tangis para pendosa lebih merdu didengar oleh Allah ketimbang gemuruh tasbih para alim ulama. Innallaha yuhibbut-tawwabin (Allah mencintai orang orang yang senantiasa bertaubat).
4. Air mata yang keluar karena kecintaannya kepada Allah. Mahabbahnya kepada Tuhannya mengalahkan kecintaannya kepada dunia. Ini biasanya dialami para kaum sufi yang menempatkan Allah adalah segalanya. Air mata kerinduan kepada Tuhannya inilah air mata yang memiliki nilai tertinggi.

"Apabila selama ini kita tidak pernah menagis karena dosa dan maksiat kita ataupun kita tidak pernah menangis karena kecintaan kepada Allah maka bisa jadi kita nanti akan menjadi penghuni neraka," kata Nasaruddin mengetuk hati ribuan jamah i'tikaf yang memadati ruang utama Masjid Istiqlal Jakarta Pusat.

Jika seseorang tak bisa menangis, latihlah diri, lembutkan hati. Bersyukurlah orang-orang yang terbiasa menangis sebagaimana air mata Rasulullah, para sahabat, tabiin dan ulama-ulama saleh. Semoga Allah memberkahi umat Nabi Muhammad SAW.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2614 seconds (0.1#10.140)