Kisah Lengkap Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW (1)

Senin, 02 September 2019 - 11:31 WIB
Kisah Lengkap Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW (1)
Kisah Lengkap Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW (1)
A A A
DR KH Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab & Tafsir Alquran
Alumni Institute of Arab Studies Kairo-Mesir

Setelah sebelumnya telah ada kesepakatan Bai'ah Aqabah I dan Aqabah II dari sejumlah orang-orang Yatsrib yang beriman dan siap menerima hijrah dakwah Nabi Muhammad shallallahu 'alihi wa sallam (SAW) ke Yatsrib, Nabi SAW mulai melakukan strategi sembari menunggu perintah hijrah melalui wahyu Ilahi. Setelah mendapat perintah hijrah, Nabi mulai memerintahkan para sahabatnya untuk berhijrah secara sembunyi-sembunyi menuju Yatsrib (Madinah). Kejadian itu terjadi pada tahun 622 H pada tahun ke-13 kenabian.

Para sahabat yang pertama kali berhijrah ke Yatsrib, di antaranya Abu Salamah bin Abdul As'ad dan istrinya; Ummu Salamah, Amir bin Abi Rabi'ah bersama istrinya, Laila, disusul Abdullah bin Jahsyin, kemudian secara bergelombang disusul oleh para sahabat lainnnya. Hanya Umar bin Khattab satu-satunya sahabat yang berhijrah secara terang-terangan.

Para musyrikin Makkah mulai gusar mendengar berita kaum muslimin Makkah yang sudah banyak meninggalkan Makkah menuju Yatsrib. Mereka khawatir ajaran Nabi Muhammad akan semakin meluas dan di sana kekuatan Islam akan bertambah kuat, pada akhirnya akan menyerang kekuatan mereka di Makkah.

Para pemuka Quraisy berkumpul di Darun Nadwah untuk membahas strategi pencekalan Nabi Muhammad SAW agar gagal meninggalkan Makkah. Akhirnya, diputuskan sebuah keputusan bulat untuk mengeksekusi Nabi Muhammad . Agar nantinya pembunuhan tersebut tak mendapatkan tuntutan balas dendam dari Bani Abdi Manaf suku klan Nabi Muhammad SAW, mereka bersepakat yang melakukan eksekusi haruslah dari para pemuda gagah berani dari koalisi berbagai suku bangsa Quraisy.

Nabi SAW memerintahkan Sayyidina Ali bin Thalib menggantikan posisi tempat tidurnya. Nabi meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan Ali bin Thalib. Sayyidina Ali pun diperintahkan untuk mempersiapkan barang-barang amanah penduduk Makkah untuk dikembalikan pada pemiliknya.

Pagi dini hari, sebelum Nabi SAW meninggalkan rumah, para pemuda Quraisy dengan pedang terhunus telah mengepung sekeliling rumah Nabi SAW dan siap membunuhnya jika keluar meninggalkan rumah. Pada saat itulah, turunlah Jibril membawakan wahyu: "Dan Kami adakan dinding di hadapan mereka dan di belakang mereka dinding (pula) dan Kami tutup penglihatan mereka dan sekali-kali mereka tidaklah dapat melihat." [QS Yasin [39]: 9]

Nabi Muhammad SAW membaca wahyu itu sembari meniupkan ke arah luar rumah. Dengan izin Allah, sekelompok pemuda kafir musyrikin itu dibuat kantuk berat dan tertidur pulas menjelang petang. Nabi melangkah meninggalkan rumah beliau dengan tenang.

Setelah terbangun mereka segera memasuki rumah Nabi SAW, namun tidak lagi mendapati Nabi kecuali hanya ada Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang sedang berbaring di kasur menggantikan posisi Nabi. Misi pemuda Quraisy tersebut membunuh Nabi SAW berakhir gagal total.

Sejak siang hari itu, hari Senin, Nabi memulai hijrah meninggalkan Kota Makkah. Langkah pertama beliau menuju ke rumah Abu Bakar bin Shiddiq dengan cara menyamar. Sesampai di sana, Abu Bakar sudah siap menunggu dengan seekor unta dan perbekalan seadanya. Abu Bakar telah menyiapkan dua ekor unta menuju Yatsrib yang akan ditempuh sekitar 480 Km atau biasa dilakukan dengan kendaraan unta selama 10 hari.

Di dalam rumah Abu Bakar, Nabi SAW mengatur strategi hijrah agar dapat mengelabui kafir Quraisy yang pasti akan melakukan pengejaran hingga ke Yatsrib. Nabi memutuskan memutar haluan mengambil jalur berlainan ke arah selatan menuju Yaman. Sedangkan untuk menuju ke Yatsrib seharusnya ke arah utara dengan cara bersembunyi dahulu di Gua Tsur beberapa hari.

Abu Bakar pun mengatur membagi tugas-tugas khusus pada putranya Abdullah bin Abi Bakar sebagai intelijen pencari informasi tentang pergerakan kafir Quraisy yang melaporkan setiap malam ke Gua Tsur. Sedangkan putrinya, Asma bin Abi Bakar bertugas sebagai pemasok makanan susu dan daging setiap hari selama persembunyian.Pembantunya Amir bin Fahirah diperintahkan mengembalakan kambing di sekitar gua Tsur untuk menutup bekas jejak unta milik Abu Bakar di atas padang pasir agar rute perjalanan hijrah Nabi Muhammad dan Abu Bakar tidak dapat dilacak oleh kafir Quraisy.

Pemuda kafir Quraisy sempat melakukan penyisiran hingga gua Tsur. Mereka hampir saja menemukan persembunyian Nabi SAW dan Abu Bakar. Hampir saja keduanya tertangkap dan terbunuh. Abu Bakar sedemikian khawatirnya Nabi SAW terbunuh. Maka turunlah surah at-Taubah ayat 40 dimana Allah SWT menenangkan hati kekasih-Nya, "Janganlah takut dan sedih sesungguhnya Allah bersama kita!" Wahyu tersebut, Nabi SAW ucapkan untuk menenangkan hati Abu Bakar bin Shidiq.

Allah pun menyelamatkan mereka berdua dengan memerintahkan sepasang burung merpati bersarang di mulut gua serta sarang laba-laba yang mengindikasikan bahwa gua tersebut sudah lama belum pernah dimasuki seorang pun, sehingga kafir Quraisy yang dipimpin Umayah bin Khalaf batal memasuki gua. (bersambung..)
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3909 seconds (0.1#10.140)