Beginilah Gambaran Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam

Selasa, 08 Oktober 2019 - 05:30 WIB
Beginilah Gambaran Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam
Beginilah Gambaran Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam
A A A
Kehidupan bangsa Arab sebelum datangnya Islam dikenal dengan istilah Jahiliyah. Masyarakat Jahiliyah ini identik dengan peradaban yang sangat buruk, pelacuran dimana-mana, pertumpahan darah, perbuatan keji yang tak dapat diterima akal sehat.

Sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW , orang-orang Arab menganut agama Yahudi, Nasrani, Majusi, Shabi'ah dan penyembah berhala (paganisme). Seperti apa kondisi sosial dan peradaban bangsa Arab masa zaman Jahiliyah? Berikut ulasan singkat yang dirangkum dari Sirah Nabawiyah karya Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury (bersumber dari Kitab Ar-Rahiqul Makhtum).

Kondisi sosial bangsa Arab Jahiliyah memiliki klasifikasi berbeda-beda dimana kaum bangsawan mendapat kedudukan terpandang. Mereka memiliki otoritas dan pendapat yang mesti didengar.

Adapun gaya hidup masyarakat Arab Jahiliyah terbiasa bercampur baur antara kaum laki-laki dan perempuan. Boleh dikatakan kehidupan mereka jauh dari akal sehat. Selain pelacuran, gila-gilaan, pertumpahan darah sudah biasa di kalangan masyarakat Arab Jahiliyah.

Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah radhiallahu 'anha (RA), bahwa pernikahan pada masa Jahiliyah terdiri dari empat macam:
1. Pernikahan seperti pernikahan orang sekarang, yaitu seorang laki-laki mendatangi laki-laki yang lain dan melamar wanita yang di bawah perwaliannya atau anak perempuannya, kemudian dia menentukan maharnya dan menikahkannya.

2. Seorang laki-laki berkata kepada istrinya manakala ia sudah suci dari haidnya, "pergilah kepada si fulan dan bersenggamalah dengannya". Kemudian setelah itu, istrinya ditinggalkan dan tidak disentuh selamanya hingga tampak tanda kehamilannya dari laki-laki tersebut. Apabila tampak tanda kehamilannya, apabila si suaminya masih berselera kepadanya maka dia akan menggaulinya. Hal tersebut dilakukan hanyalah lantaran ingin mendapatkan anak yang pintar. Pernikahan semacam ini dinamakan dengan nikah Al-Istibdha'.

3. Sekelompok orang dalam jumlah yang kurang dari sepuluh berkumpul, kemudian mendatangi seorang perempuan dan masing-masing menggaulinya. Jika perempuan ini hamil dan melahirkan, setelah beberapa malam dia mengutus kepada mereka (sekelompok orang tadi). Ketika itu tak seorang pun dari mereka yang dapat mengelak hingga semuanya berkumpul kembali dengannya, lalu si perempuan itu berkata kepada mereka: "Kalian telah mengetahui apa yang telah kalian lakukan dan aku sekarang telah melahirkan, dan dia ini adalah anakmu wahai si fulan!". Dia menyebutkan nama laki-laki yang dia senangi dari mereka, maka anaknya dinasabkan kepadanya.

4. Banyak laki-laki mendatangi seorang perempuan, sedangkan si perempuan ini tidak menolak sedikitpun siapa pun yang mendatanginya. Mereka ini adalah para pelacur, di pintu-pintu rumah mereka ditancapkan bendera yang menjadi simbol siapa pun yang menghendaki mereka maka dia bisa masuk. Jika dia hamil dan melahirkan, laki-laki yang pernah mendatanginya itu berkumpul lalu mengundang ahli pelacak (Al-Qaafah), kemudian si ahli ini menentukan nasab si anak tersebut kepada siapa yang mereka cocokkan ada kemiripannya dengan si anak itu. Dalam hal ini, laki-laki yang ditunjuk tidak boleh menyangkal. Maka ketika Allah Ta'ala mengutus Nabi Muhammad SAW, beliau menghapuskan semua pernikahan kaum Jahiliyah itu kecuali pernikahan yang ada saat ini.

Dalam tradisi Arab Jahiliyah, antara laki-laki dan perempuan selalu berkumpul dan diadakan di bawah tajamnya pedang dan tombak. Pemenang dalam perang antarsuku berhak menyandera perempuan-perempuan suku yang kalah dan menghalalkannya. Anak-anak yang ibunya mendapatkan perlakuan semacam ini akan mendapatkan kehinaan semasa hidupnya.

Kaum Jahiliyah juga terkenal dengan kehidupan dengan banyak istri (poligami) tanpa batasan. Mereka mengawini dua bersaudara, mereka juga mengawini istri bapak-bapak mereka apabila telah ditalak atau karena ditinggal mati oleh bapak mereka.

Perbuatan zina merata di semua lapisan masyarakat. Namun, ada sekelompok laki-laki dan perempuan yang terbebas dari hal tersebut. Mereka adalah orang-orang yang memiliki jiwa besar dan menolak keterjerumusan ke dalam kemaksiatan. Kondisi hina lebih banyak dialami para budak perempuan.

Imam Abu Daud meriwayatkan dari 'Amru bin Syu'aib, dia berkata: seorang laki-laki berdiri sembari berkata: "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya si fulan adalah anakku dari hasil perzinaanku dengan seorang budak wanita pada masa Jahiliyah. Rasulullah SAW kemudian bersabda: "Tidak ada dakwaan dalam Islam (yang berkaitan dengan masa Jahiliyah). Urusan yang terkait dengan masa Jahiliyah telah lenyap. Seorang anak adalah dari hasil ranjang (dinasabkan kepada suami yang menikah sah), sedangkan kehinaan adalah hanya bagi wanita pezina".

Mengenai pergaulan masyarakat Arab Jahiliyah, hubungan seorang laki-laki dengan saudaranya, anak-anak paman dan kerabatnya sangat kental dan kuat. Mereka hidup dan mati demi fanatisme kesukuan. Semangat untuk bersatu begitu membudaya antar sesama suku. Bahkan prinsip yang dipakai dalam sistem sosial adalah fanatisme rasial dan hubungan tali rahim.

Mereka hidup di bawah semboyan: "Tolonglah saudaramu baik dia berbuat zhalim ataupun dizhalimi". Mereka menerapkan semboyan ini sebagaimana adanya, tidak seperti arti yang telah diralat oleh Islam yaitu menolong orang yang berbuat zhalim maksudnya mencegahnya melakukan perbuatan itu.

Meskipun begitu, persaingan memperebutkan martabat dan kepemimpinan seringkali menyebabkan perang antarsuku yang masih memiliki hubungan se-bapak. Seperti yang terjadi antara suku Aus dan Khazraj, 'Abs dan Dzubyan, Bakr dan Taghlib, dan lain-lain.

Di lain pihak, hubungan yang terjadi antarsuku benar-benar berantakan. Kekuatan yang mereka miliki digunakan untuk berjibaku dalam peperangan. Satu-satunya yang menolong mereka adalah adanya bulan-bulan yang diharamkan berperang (Asyhurul Hurum) sehingga mereka hidup damai dan mencari rezeki untuk kebutuhan sehari-hari.

Kesimpulannya, kondisi sosial masyarakat Arab Jahiliyah benar-benar rapuh dan jauh dari akal sehat. Kebodohan mencapai puncaknya dan khurafat merajalela dimana-mana. Orang-Orang hidup layaknya binatang ternak.

Wanita diperjualbelikan, bahkan terkadang diperlakukan seperti benda mati. Hubungan antarumat sangat lemah, saling berperang menjadi tradisi mereka ketika ada yang mengancam kekuasaan dan melukai kehormatan. Selain itu, kebiasaan masyarakat Arab Jahiliyah juga tak lepas dari minum khamr, mabuk-mabukan dan perjudian.

Masyarakat Jahiliyah memang dikenal memiliki peradaban yang buruk, namun masih ada akhlak mulia dan terpuji yang menjadi kelebihan mereka. Di antaranya, kemurahan hati, kedermawanan, pantang menyerah, memenuhi janji, suka menolong orang lain.

Semua keterpurukan moral dan kelamnya peradaban Jahiliyah itu baru berubah setelah Nabi Muhammad SAW diutus membawa risalah Islam. Perlahan namun pasti, berkat rahmat Allah, Nabi Muhammad SAW dengan kelembutan dan kemuliaan akhlaknya mengubah gelapnya peradaban menuju cahaya. Kemusyrikan dihilangkan, perbudakan dihapuskan, perempuan dimuliakan, perzinaan dan perjudian ditinggalkan. Bangsa Arab memasuki fase peradaban baru yang lebih bermartabat dengan hadirnya Islam. Allahu A'lam.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0335 seconds (0.1#10.140)