Nasihat Ustaz Abdul Somad untuk Para Pejabat

Kamis, 24 Oktober 2019 - 05:20 WIB
Nasihat Ustaz Abdul Somad untuk Para Pejabat
Nasihat Ustaz Abdul Somad untuk Para Pejabat
A A A
Ustaz Abdul Somad (UAS) menyampaikan sebuah nasihat yang menggetarkan hati ketika menjadi Khatib Jumat beberapa waktu lalu. Khutbah UAS ini disiarkan oleh Tafaqquh Video dan dipublish oleh Akun Youtube 'Nuansa Muslim'.

Dai lulusan Al-Azhar Mesir ini membuka khutbahnya dengan kalimat syukur 'hamdalah' dan salawat atas Nabi Muhammad SAW . Kemudian menyampaikan ayat Allah untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa (Surah Ali 'Imran ayat 102).

Setelah itu, UAS menyampaikan satu hadits Nabi yang cukup populer: "Siapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Siapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Siapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat."

Apa standar kebaikan itu? Kalaulah ukurannya adalah fisik, maka Fir'aun lah yang paling hebat karena bisa membangun gedung-gedung dan menara tinggi. Tapi standar kebaikan ternyata tidak dilihat dari fisik. Standar kebaikan bagi seseorang adalah ketika ada rasa takut kepada Allah Ta'ala.

Siapa yang paling baik di antara kamu? Mereka adalah orang yang paling takut kepada Allah. Ketika Allah menciptakan manusia dari sperma (nuthfah) hingga Allah jadikan bisa mendengar, bisa melihat. Sebelumnya dia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, tapi ketika sudah diberi ruh dalam jasadnya maka muncullah hawa nafsu dan keinginan. Nafsu makan, nafsu biologis, nafsu kekuasaan, nafsu politik membuat dia jatuh ke tempat yang paling rendah.

"Tapi ketika dia punya rasa takut kepada Allah, maka dia mendapat karunia Allah berupa surga. Bersyukurlah ketika ada rasa takut maka itu lebih baik dari kemarin," kata UAS.

Beliau melanjutkan, bahwa laknat tidak selalu dalam bentuk kemiskinan atau sakit. Boleh jadi Allah ingin menghapus dosa-dosa kita di masa lalu. Di mana sebenarnya rasa takut itu? Rasa takut itu sesunugguhnya ada dalam segumpal daging yang ketika ia baik maka baiklah semua jasad itu. Dia adalah hati.

Laknat Allah pertama kali turun ke dalam hati. Jika hati sudah terkunci, maka ia menular ke telinga. Kalau telinga sudah tersumbat maka akan menjalar ke mata. Maka mata dan telinga tidak lagi berfungsi dan akhirnya tidak lagi berada di jalan kebenaran.

Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. "Ilahi Anta Maqsudi wa ridhoka mathlubi (Allah lah tempat tujuan dan ridhaNya lah semata-mata yang diharapkan). Apapun jabatan yang ada, sesungguhnya itu untuk mencari ridha Allah," terangnya.

Adapun krisis ekonomi, politik, sosial, kemasyarakatan itu berangkat dari pribadi-pribadi. Kalau pribadinya baik maka muncullah pribadi yang baik. Kalau keluarga baik akan lahir masyarakat kecil yang baik. Apabila masyarakat kecil baik akan muncul masyarakat besar yang baik. Bila ada masyarakat besar tidak baik, atau banyak caci maki dan sumpah serapah sesungguhnya itu terjadi karena pribadi-pribadi yang tidak baik.

"Mari kita perbaiki diri. Semua tingkah laku, perbuatan hendaknya dimulai dari sendiri. Kita memulai dari diri sendiri kemudian orang-orang terdekat dan kerabat dan itulah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW sejak 14 abad silam," ajak UAS.

UAS juga menegaskan, bahwa umat terbaik bukanlah karena memiliki masjid besar-besar, bukan karena pergi ke Mekkah setahun dua kali, bukan karena suara merdu saat membaca Alqur'an , bukan juga karena suara lantang menyampaikan khutbah. Dikatakan umat terbaik apabila mampu mengajak orang berbuat baik dan mencegah (melarang) kemungkaran.

Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman. (HR. Muslim)

"Ketika tanda tanganmu masih berlaku, ketika kekuasaan ada dalam genggaman tanganmu maka pakailah ia untuk menegakkan agama Allah. Orang yang paling rugi adalah orang yang pernah menerima jabatan dan kekuasaan tetapi tidak digunakan untuk menolong agama Allah," kata Dai kelahiran Asahan, Sumut, yang kini menetap di Kota Pekanbaru, Riau ini.

Jika engkau pakai untuk menolong agama Allah maka engkau sudah dikatakan orang terbaik. Salat Dhuha itu baik, tapi itu bisa dilakukan siapa saja, puasa sunnah, membaca Qur'an juga bisa dilakukan siapa saja. Tetapi ada perbuatan baik yang tidak bisa dilakukan semua orang, seperti mengeluarkan Perda Syariah yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang terpilih, para anggota legislatif, eksekutif, yudikatif yang punya kekuasaan.

Allah memberikan kekuasaan bukan sebagai kehormatan, bukan minta untuk dilayani. Tapi sebagai jalan dan cara untuk menolong agama Allah. Di zaman yang saat ini sulit membedakan hak (kebenaran) dan bathil (kemungkaran) sepatutnya kita berdoa kepada Allah agar diberi petunjuk.

Satu-satunya jalan untuk menenangkan hati adalah dengan banyak berzikir kepada Allah. Jangan pernah putuskan hubunganmu dengan Allah. Ingatlah Allah ketika tegak artinya saat kita berkuasa, ketika duduk artinya saat kita pensiun. Ingat Allah ketika berbaring ketika menunggu Malaikat Maut mencabut nyawa.

Berapa banyak orang yang masyhur (terkenal) di muka bumi tapi Malaikat tidak pernah mengenalnya. Tapi ada orang-orang yang bukan ulama, bukan ustaz, di dunia mereka bukan siapa-siapa, mereka dikenal Malaikat karena catatan amalnya dibawa setiap hari.

Di hari ini, banyak orang-orang bingung melihat kebenaran apakah dari kalangan pers, pegiat sosial media, tapi ada hamba-hamba Allah yang tidak kacau karena hari ini ( Jumat ) mereka membaca Surah Al-Kahfi. Nabi SAW bersabda: "Siapa yang membaca Surah Al-Kahfi di hari Jumat maka Allah memberinya cahaya (pencerahan) sampai hari Jumat berikutnya".

UAS juga mengingatkan bahwa kebenaran bukan dilihat dari kepala. Imam Abu Hamid Al-Ghazali (wafat tahun 505 H/1111 Masehi) menganggap bahwa kebenaran bisa dilihat dengan mata, tapi ternyata aku salah. "Aku lihat ada tiang di dalam kolam, aku sangka tiang kayu itu bengkok. Setelah aku tarik kayu itu ternyata lurus. Betapa mata telah tertipu hanya karena setengah kayu itu berada di dalam air," terang UAS.

Tapi orang yang memandang bukan dengan mata kepala, yaitu dengan pandangan mata hati (mata batin), tajamkanlah ia maka engkau tak akan ragu dengan kebenaran.

Orang-orang yang bisa diselewengkan dari kebenaran adalah orang-orang yang tidak mengenali kebanaran. Maka kenalilah kebenaran, engkau akan hukum orang dengan kebenaran. Orang-orang yang tidak mendapatkan cahaya maka ia berada di dalam kegelapan. Semoga Allah memberkahi kita semua.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4730 seconds (0.1#10.140)