Hukum Memberi Hadiah dan Cium Pipi Kanan dan Pipi Kiri

Senin, 28 Oktober 2019 - 21:22 WIB
Hukum Memberi Hadiah dan Cium Pipi Kanan dan Pipi Kiri
Hukum Memberi Hadiah dan Cium Pipi Kanan dan Pipi Kiri
A A A
Dalam kajian Kitab Al- Mukhtar Minal Anwar fii Shuhbatil Akhyar, Habib Ahmad bin Novel Salim Jindan (Pengasuh dan Pengajar Ponpes Al-Fachriyah Tangerang) menjelaskan beberapa hak persaudaraan.

Salah satunya membahas hukum berciuman pipi kanan dan pipi kiri ketika bertemu seseorang. Dalam syariat Islam , hal tersebut (cium pipi kanan dan kiri) tidak diberlakukan sama sekali.

Adapun sunnah yang dilakukan ketika bertemu dengan sahabat atau ketika seseorang hendak bepergian atau baru datang dari safar ada tiga, yaitu:
1. Berjabat Tangan.
2. Berpelukan.
3. Mencium kening (jidad).

Habib Ahmad bin Novel mengatakan bahwa mencium pipi kanan dan kiri bukanlah sunnah yang dianjurkan oleh agama Islam. Perlu ditekankan adalah sunnah ini hanya antara laki-laki dengan laki-laki atau antara perempuan dengan perempuan atau dengan orang yang ada ikatan mahrom dan perkawinan saja. Selain itu, maka hukumnya haram.

Budaya ini memang sudah menyebar di kalangan masyarakat kita dan orang-orang muslim pun ikut terpengaruh dengan budaya ini. Untuk lebih detilnya disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar.

Kemudian dalam Kitab Al-Mukhtar Minal Anwar, Imam Asy Sya'rani menjelaskan, di antara hak persaudaraan adalah saling memberikan hadiah. Pemberian ini tidak harus setiap waktu, tetapi di waktu-waktu tertentu.

"Alhamdulillah di antara adat yang bagus di tengah masyarakat kita saat ini adalah ketika menyambut Ramadhan, lebaran, atau Maulid Nabi Muhammad SAW banyak orang saling memberikan hadiah satu sama lain. Ini adalah contoh adat yang baik dan dapat mengokohkan persaudaraan," kata Habib Ahmad yang juga murid Ulama besar Yaman, Habib Umar bin Hafidz .

Habib Ahmad mengemukakan, bahwa Nabi Muhamad SAW terkadang memberikan hadiah dan menerima hadiah, walaupun hanya sebuah siwak. Apalah artinya siwak di mata orang-orang. Itu hanya sebatang kayu yang bisa dipotong dimana saja. Namun, ini merupakan suatu bentuk perhatian, tanda cinta, tanda ingat.

Menurut Imam Abdul Wahhab Asy-Sya'roni bahwa obat paling ampuh untuk mencairkan perselisihan adalah dengan memberikan hadiah kepadanya. Dengan hadiah itu, Insya Allah perselisihan ini akan luntur.

Hadits diriwayatkan Abu Ya'la dan Ibnu 'Asakir dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Hendaknya kalian saling memberikan hadiah, maka kalian akan saling mencintai satu sama lain. Dan hendaknya kalian saling berjabat tangan, maka niscaya kedengkian akan luntur dari hati kalian."

Kemudian Imam Asy-Sya'rani menjelaskan, hak persaudaraan berikutnya adalah menenangkan sahabat atau saudara yang yang diganggu atau didzalimi. Kita dianjurkan untuk mengimbaunya dengan cara halus dan menasehatinya agar menyerahkan segala masalah tersebut kepada Allah dan mencukupkan Allah sebagai pembelanya.

"Ajak saudara kita tersebut untuk ridha dan jangan kita malah makin membuatnya marah," kata Habib Ahmad.

Ada seseorang datang kepada Habib Abdullah bin Husain bin Thohir. Orang ini sangat marah karena dia dizalimi dan mengadu kepada Habib Abdullah bin Husain bin Thohir, "Habib, saya dijahati, saya dizalimi."

Habib Abdullah bin Husain bin Thohir hanya berkata, "Alhamdulillah. Hendaknya kamu bersujud syukur sekarang".

Mendengar jawaban Habib Abdullah bin Husain bin Thohir, orang ini bertanya, "Mengapa habib megatakan demikian kepada saya. Habib, saya dizalimi."

Habib Abdullah bin Husain bin Thohir berkata, "Bersujud syukurlah kamu kepada Allah, karena Allah menjadikan kamu sebagai orang yang dizalimi, bukan orang yang menzalimi. Bersyukurlah atas nikmat yang besar dari Allah ini."

Inilah nikmat Allah. Hanya terkadang kita tidak sadar atas nikmat ini. Berapa banyak yang nampak di hadapan kita terlihat sebagai musibah, tetapi itu sebenarnya adalah nikmat yang besar dari Allah.

Inilah persaudaraan yang harus kita lakukan. Jika hal-hal seperti ini dijalankan oleh mayoritas umat Islam, maka tidak akan ada perselisihan di antara umat Islam. Tidak akan ada umat yang diadu domba satu sama lain. Baldatun thoyyibatun warabbun ghofur orang yang menjadikan Allah sebagai pembelanya, maka dia akan selalu menang.

Di dalam Kitab suci Zabur, Allah berfirman kepada Nabi Dawud, "Wahai Dawud, janganlah sekali-kali engkau membalas dendam kepada orang yang menjahatimu. Siapa yang membalas dendam kepada orang yang menjahatinya, maka Aku tidak akan menolongnya. Pertolonganku akan Aku angkat dari orang itu."

Serahkan semuanya kepada Allah. Memang berat, tetapi jika kita lakukan ini, maka hidup akan terasa sangat nikmat dan kita tidak akan pernah rugi.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5851 seconds (0.1#10.140)