Habib Geys Assegaf: Hati-hati dalam Memilih Guru

Rabu, 27 November 2019 - 16:29 WIB
Habib Geys Assegaf: Hati-hati dalam Memilih Guru
Habib Geys Assegaf: Hati-hati dalam Memilih Guru
A A A
Sebagaimana tingginya kedudukan ilmu, Islam juga sangat memuliakan ulama, murobbi, guru, massyaikh, syeikh dan para asatiz. Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf mengimbau para pencari ilmu agar berhati-hati memilih guru.

Dalam kajian Ba'da Maghrib di Masjid Raya Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Habib Geys, bercerita panjang lebar tentang kedudukan guru dan adab-adab sebagai murid.

Diceritakan, ada kisah penuh hikmah ketika seorang ulama Tabi'in namanya Hisyam bin Amar hendak menuntut ilmu kepada ulama besar Imam Malik. Ketika itu Hisyam bin Amar masih kecil dari diberi bekal 10.000 Dinar oleh ayahnya. 1 Dinar setara Rp600.000, maka uangnya senilai Rp6 Miliar.

Uang itu diperuntukkan sebagai ongkos haji dan umrah sekaligus ongkos belajar kepada Imam Malik. Sesampainya di Madinah, Imam Malik menolak kehadiran Hisyam bin Amar karena masih kecil. Bukan Hasyim bin Amar saja, Imam Syafi'i juga pernah ditolak oleh Imam Malik ketika masih kecil.

Hisyam bin Amar berpikir ayahnya sudah menjual rumah senilai Rp6 miliar untuk pendidikannya, maka ia pun tak ingin pulang dengan tangan hampa. Lalu Imam Malik menyuruh muridnya mengajarkan Hisyam kecil dan ia dipukul 15 kali.

Lalu Hisyam kecil mengatakan akan menuntut di akhirat karena sudah memukulnya 15 kali. Lalu bagaimana aku bisa menebusnya? Hisyam kecil berkata, setiap sekali pukulan tebusannya 1 hadis.

Masya Allah, betapa hebatnya pengorbanan orang yang menuntut ilmu di zaman dulu. "Kalau sekarang dicubit sedikit saja, sudah bikin laporan. Di zaman dulu orang menuntut ilmu menghinakan dirinya. Sekarang guru dimarahin, dipukulin, dihina. Inilah akhir zaman," kata Habib Geys.

Jika ingin mencari guru, seorang murid harus beristikharah meminta etunjuk apakah orang ini pantas dijadikan Guru. Kemudian lihat adab dan akhlaknya.

"Pernah ada Qari' bacaannya bagus, tapi pas minum pakai tangan kiri. Kerusakan terbesar itu 'alim tapi jahil. Yang satu lagi orang awam berpenampilan layaknya orang 'alim. Dua jenis orang ini adalah fitnah terbesar bagi yang berpegang kepadanya," terang Habib Geys.

Apabila ingin memilih guru, lihatnya keilmuannya jelas dan kecintannya juga jelas. Dia dikenal sebagai orang baik. Cara mengajarnya bagus dan mudah memberi pemahaman.

Hati-hati mengikuti guru karena viral dan meninggalkan guru yang tidak terkenal. Imam Al-Ghazali pernah berkata: "Sikap belajar hanya mau belajar kepada yang terkenal itu merupakan kebodohan."

Terkadang orang berpikir guru agama itu harus ikhlas. Benar, tetapi juga harus memperhatikan gurunya. Jika ada orang 'alim suka sembunyi atau ngumpet namun dia ahli barakah, maka manfaatnya lebih luas.

"Jadi Guru itu harus bertakwa agar muridnya ngikutin. Kalau gurunya gak bertaqwa akan sulit diikuti. Orang yang sibuk dengan takwa lebih utama dibanding ulama bermasalah. Emang ada ulama yang bermasalah? Ada banyak," kata Habis Geys.

Imam An-Nawawi yang kitabnya dipelajari banyak ulama mengatakan, kalau seorang guru bertakwa, maka di tangannya para murid menjadi brilian. Hendaknya seorang murid mencari syeikh (guru) yang ilmunya syar'i. Ciri orang tersebut dikenal sering berkumpul dengan ulama, masyaikh dan tidak sebentar. Jangan mencari guru yang mengambil ilmu dari selembar kertas.

Ilmu itu diambil dengan adab. Lihat bagaimana pemikiran Imam Asy'ary yang sama dengan Imam 4 mazhab. Cara mengambil dalilnya hati-hati. Pengikutnya paling banyak.

Kalau mau memilih guru lihatlah bagaimana metodologi guru tersebut. Lihat Syeikh Ali Jum'ah lama dengan gurunya, begitu juga Syeikh Dr Usamah Al-Azhari, Habib Ali Al-Jufri, Habib Umar bin Hafidz. Mereka semua mengambil ilmu bukan dari kertas. Tetapi dari guru ke guru bersambung ke guru berikutnya hingga tersambung kepada Rasulullah SAW .

Adab Murid kepada Guru
Seorang murid hendaknya memuliakan gurunya. Ada seorang murid yang mau menikah nunggu izin gurunya. "Kalau kita beda, lihat akhowat (perempuan) dari pengajian langsung bilang wah ini jodoh saya. Main jalan aja gak pakai diskusi sama gurunya," terang Habib Geys.

Dulu Imam Syafi'i pernah ditegur kenapa kamu merendahkan diri? Beliau menjawab, "Saya itu menghinakan diri di hadapan para ulama karena mereka memuliakan saya".

Kalau ingin dimuliakan, maka harus merendahkan diri. Seorang murid hendaknya memandang gurunya dengan pandangan takzim (menghormati).

"Dulu Imam Abu Hanifah dari rumah gurunya cuma berjarak 7 langkah. Nyelonjori kaki gak mau. Kalau kita sekarang selonjoran aja. Imam Abu Hanifah punya adab dan akhlak yang tinggi. Imam Ahmad bin Hanbali 30 tahun sebelum mendoakan orang tuanya beliau mendoakan Imam Syafi'i. Harus tahu keutamaan seorang guru baru barakah akan diturunkan," terang Habib Geys.

Seorang ulama berkata kalau dapat satu ilmu, dia akan lebih banyak mengunjungi gurunya dibanding belajar ilmu. "Kunjungilah guru kita. Jangan sampai ada salah sedikit sama guru langsung su'udzan. Setiap prang pasti punya Aib dan kesalahan. Makanya berdoalah, Ya Allah, jangan sampai saya melihat aib guru saya," kata Habib Geys.

Jasa guru kepada kita sungguh banyak. Ucapkanlah terima kasih kepada mereka. Semoga Allah memberi taufik dan menunjuki kita di jalan yang lurus. Wallahu A'lam bisshowab
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2737 seconds (0.1#10.140)