Jauhi Ujub, Jadilah Orang yang Merasa Hina di Hadapan Allah

Kamis, 28 November 2019 - 16:05 WIB
Jauhi Ujub, Jadilah Orang yang Merasa Hina di Hadapan Allah
Jauhi Ujub, Jadilah Orang yang Merasa Hina di Hadapan Allah
A A A
Terkadang Allah membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan), Sebagaimana adakalanya ditakdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab wusul (sampaimu) kepada Allah.

Syeikh Ibnu 'Atho'illah As-Sakandari (1250-1309) dalam Kitab Al-Hikam menyebutkan, taat itu terkadang dibarengi dengan penyakit hati yang bisa menghilangkan ikhlas seperti ujub (bangga dengan amalnya). Sedangkan dosa itu terkadang diikuti dengan merasa diri hina dan menganggap baik orang yang tidak melakukannya, dan menjadikan dia meminta ampun kepada Allah sehingga menjadi sebab Allah mengampuni dosanya.

Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Demi Allah yang jiwaku ada di tanganNya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menyingkikan (mematikan) kamu, dan diganti dengan orang-orang yang berbuat dosa lalu minta ampun kepada Allah, lalu diampuni oleh Allah.

Maksiat (dosa) yang menjadikan rendah diri dan membutuhkan rahmat dari Allah itu lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain.

Merasa hina, rendah diri itu bagian dari sifatnya seorang hamba kepada Allah. Syeikh Abu Madyan berkata: "inkitsarun lil-'aashi khoirun min wushuulil-muthii'i (perasaan rendah diri yang telah berbuat dosa, itu lebih baik dari kesombongan seorang yang taat).

Ada kalanya seorang hamba berbuat kebaikan yang menimbulkan rasa ujub, sombong, sehingga menggugurkan amal yang dikerjakan sebelumnya. Dan ada kalanya seorang berbuat dosa yang menyedihkan hatinya, sehingga timbul rasa takut kepada Allah, yang menyebabkan keselamatan pada dirinya.

Kisah Hikmah
As-Sya'by meriwayatkan dari Al-Kholil bin Ayyud, bahwasanya seorang 'abid (ahli ibadah) Bani Israil, ketika berjalan ia selalu dinaungi oleh awan. Tiba-tiba ada seorang pelacur Bani Israil tergerak hatinya, ingin mendekat kepada si 'abid. Maka ketika pelacur itu mendekat pada si 'abid, tiba-tiba si abid itu mengusirnya dengan berkata: "Pergi kau dari sini. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi, bahwa Aku (Allah) telah mengampuni dosa pelacur itu dan membatalkan amal ahli ibadah itu. Maka berpindahlah awan dari atas kepala 'abid ke atas kepala pelacur itu."

Al-Harits Al-Muhasiby berkata, Allah menghendaki supaya anggota lahir ini sesuai batinnya (hati), maka apabila sombong congkak seorang 'alim/'abid, sedangkan pelacur itu tawadhu' merendahkan diri, maka ketika itu pelacur itu lebih taat kepada Allah dari si 'abid dan 'alim.

Ada juga kisah seorang ahli iabdah Bani Israil sedang sujud, tiba-tiba kepalanya diinjak oleh orang, maka sang 'abid itu berkata: "Angkat kakimu, demi Allah aku tidak akan mengmpunkan engkau. Maka Allah menjawab: "Hai orang yang bersumpah atas namaKu, bahkan engkau tidak diampunkan karena kesombonganmu. Al-Harits berkata: Dia bersumpah karena merasa diri besar di sisi Allah, maka kesombongan, ujub itulah yang tidak diampuni Allah".
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8093 seconds (0.1#10.140)