Kisah Nabi Musa dan Orang Fasik yang Dicintai Allah

Rabu, 04 Desember 2019 - 05:15 WIB
Kisah Nabi Musa dan Orang Fasik yang Dicintai Allah
Kisah Nabi Musa dan Orang Fasik yang Dicintai Allah
A A A
Dalam Kitab Al-Mawa'izh Al-'Usfuriyah berisi nasihat-nasihat ringan, Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury mengulas sebuah kisah seorang fasik (keluar dari ketaatan dan sering melakukan dosa) yang mendapat rahmat dan ampunan Allah Ta'ala.

Dikisahkan, pada zaman Nabi Musa 'alaihissalam (AS) ada seorang laki-laki meninggal dunia kemudian jenazahnya dibuang oleh warga ke tempat sampah. Orang-orang tidak memandikannya dan tidak mau menguburkannya karena kefasikannya.

Kemudian Allah Ta'ala mewahyukan kepada Nabi Musa AS dan berfirman: "Wahai Musa ada seseorang yang mati di daerah fulan pada tempat sampah, dia adalah seorang wali dari para wali-Ku. Mereka belum memandikannya, belum mengkafaninya dan belum menguburkannya, maka pergilah engkau, mandikannlah, kafanilah, salatilah, dan kuburkan dia".

Nabi Musa AS pun mendatangi tempat itu dan menanyakan orang-orang tentang keberadaan mayit tersebut. Mereka berkata kepada Nabi Musa: "Telah mati seseorang dengan sifat begini dan begitu, dan sesungguhnya dia adalah seorang fasik yang nyata".

Kemudian Nabi Musa bertanya: "Dimana tempatnya? karena sesungguhnya Allah Ta'ala telah mewahyukan kepadaku karena dia. Beritahukan padaku tempatnya".
Orang-orang pun pergi meninggalkan Nabi Musa. ketika Nabi Musa AS melihatnya dalam keadaan terbuang di tempat sampah dan orang-orang mengabarinya tentang kelakuannya yang buruk, Nabi Musa pun bermunajat kepada Allah Ta'ala.

"Wahai Tuhanku, Engkau menyuruhku menguburkan dan mensalatinya sedangkan kaumnya bersaksi atas keburukannya, maka Engkau lebih mengetahui daripada mereka dengan segenap pujian dan celaan".

Maka Allah berfirman: "Wahai Musa, kaumnya benar pada apa yang telah mereka ceritakan tentang keburukan kelakuannya. Hanya saja dia memohon pertolongan kepada-Ku saat kematiaannya dengan tiga hal yang andaikata (tiga hal tersebut) digunakan untuk memohon pertolongan kepada-Ku oleh seluruh orang-orang yang berdosa dari ciptaan-Ku, pastilah Aku akan mengkabulkannya. Bagaimana Aku tidak menyayanginya sedangkan dia telah memohon sendiri, dan Aku adalah Maha Penyanyang dari semua penyayang".

Nabi Musa bertanya: "Wahai Tuhan, apa tiga hal itu?". Allah Ta'ala berkata: "Ketika kematiannya dekat, dia berkata 'Wahai Tuhan, Engkau lebih mengetahui diriku bahwa sesungguhnya aku telah melakukan banyak maksiat sedangkan aku membenci maksiat itu dalam hatiku. Tetapi ada tiga hal yang membuatku melakukan maksiat dengan membenci maksiat itu di dalam hatiku. Pertama hawa nafsu, teman yang buruk dan iblis yang dilaknat Allah. Tiga hal ini menjatuhkanku dalam kemaksiatan, maka sesungguhnya Engkau lebih mengetahui daripada aku tentang apa yang aku katakan, maka ampunilah aku".

Kedua, laki-laki itu berkata: "Wahai Tuhan, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku telah melakukan banyak maksiat dan tempatku bersama orang-orang fasik, namun aku suka berteman dengan orang saleh. Kezuhudan mereka dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada bersama orang-orang fasik".

Ketiga, dia berkata: "Wahai Tuhan sesungguhnya Engkau mengetahui diriku bahwasanya orang-orang salih lebih aku sukai daripada orang-orang fasik, hingga andaikata aku dihadapkan dua orang; baik dan buruk pastilah aku mendahulukan kebutuhan orang yang baik daripada orang yang buruk".

Dalam riwayat Wahab bin Munabbih dia berkata: "Wahai Tuhanku, andaikata Engkau memaafkan dan mengampuni dosa-dosaku maka bergembiralah para wali-Mu dan para Nabi-Mu, dan bersedihlah syaitan musuhku dan musuh-Mu. Dan andaikata Engkau mengazabku sebab dosaku maka syaitan dan teman-temannya akan bergembira, dan bersedihlah para Nabi dan para wali. Dan sesungguhnya aku mengetahui bahwa kegembiraan para wali menurut-Mu lebih disukai daripada kegembiraan syaitan dan teman-temannya, maka ampunilah aku. Wahai Allah sesungguhnya engkau lebih mengetahui dariku apa yang aku katakan maka sayangilah aku dan maafkanlah aku".

Allah Ta'ala menjawab doa laki-laki itu: "Aku sayangi, Aku ampuni dan Aku maafkan karena sesungguhnya Aku Maha Pemurah lagi Maha Penyayang khususnya kepada orang yang mengakui dosa kepada-Ku dan orang ini mengakui dosa maka Aku mengampuninya dan memaafkannya. Wahai Musa, lakukan apa yang Aku peritahkan karena Aku mengampuni dengan kehormatannya untuk orang yang mensalati jenazahnya dan menghadiri pemakamannya".

Syeikh Muhammad Ushfury menukil salah satu hadis Rasulullah SAW .
عن ابن مسعود رضي الله تعالى عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الفاجر الراجي رحمة الله تعالى أقرب إلى الله تعالى من العابد المقنط.

Dari Ibnu Mas'ud RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Pelaku dosa yang mengharap rahmat Allah lebih dekat kepada Allah daripada ahli ibadah yang memutus rahmat".

Syeikh Muhammad Ushfury juga menceritakan kisah dari Zaid bin Aslam dari Umar bahwa pada umat terdahulu ada seseorang yang bersungguh-sungguh dalam beribadah. Dia bersikeras dalam ibadah untuk dirinya sendiri, namun dia memutus orang-orang dari rahmatnya Allah.

Kemudian dia meninggal, lantas dia bertanya "Wahai Tuhan, apa yang Engkau siapkan untukku dari-Mu?" Allah menjawab: "Neraka". Dia bertanya lagi, "Wahai Tuhan, lantas dimana ibadahku dan kesungguhanku?" Allah Ta'ala menjawab: "Sesungguhnya engkau telah memutus orang-orang dari rahmat-Ku di dunia maka hari ini Aku memutusmu dari rahmat-Ku".

Kisah lain diriwayatkan dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, ada seseorang yang tidak berbuat kebaikan sama sekali kecuali hanya tauhid, maka tatkala maut mendatanginya dia berkata pada keluarganya: "Jika aku telah mati maka bakarlah aku dengan api hingga menjadi abu, kemudian larunglah aku di lautan pada hari yang banyak angin".

Maka setelah keluarganya melaksanakan wasiatnya, tiba tiba dia berada dalam genggaman Allah Ta'ala. Kemuian Allah bertanya: "Apa yang membuatmu melakukan apa yang telah kau lakukan?" Dia menjawab: "Ketakutan pada-Mu".

Kemudian Allah Ta'ala mengampuninya sebab hal tersebut. Padahal dia tidak melakukan suatu kebaikan apapun melainkan tauhid.

Demikian kisah laki-laki fasik yang mendapat naungan Allah Ta'ala berkat taubat dan kemurahan Allah Ta'ala. Kisah ini memberi hikmah dan iktibar agar kita jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Wallahu A'lam Bisshowab.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3606 seconds (0.1#10.140)