Ka'bah Juga Pernah Mengalami Kebanjiran
A
A
A
Banjir parah yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya mengingatkan kita tentang kuasa Allah Ta'ala dan betapa lemahnya kita sebagai manusia. Dalam Al-Qur'an , Allah mengabarkan bahwa tidak ada musibah yang dialami makhluk-Nya kecuali atas izin-Nya.
"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS At-Taghobun ayat 11)
Tak hanya negeri kita (Indonesia) yang dilanda musibah banjir. Rumah Allah (Baitullah) Ka'bah di Makkah yang menjadi pusat peribadatan juga pernah mengalami banjir. Bahkan Al-Bait Al-Haram atau rumah yang suci di Masjidil Haram itu beberapa kali terendam banjir.
Ka'bah, tempat suci yang dibangun pertama kali di dunia sejak zaman Nabi Adam 'alaihissalam (AS). Di tempat ini, umat Islam melakukan ibadah tawaf, i'tikaf, rukuk dan sujud dan bermunajat kepada Allah.
Sebagai tempat suci yang agung, Ka'bah tentu dijaga oleh Allah Ta'ala dari segala hal yang membahayakan. Seperti saat penyerangan Ka'bah oleh Abrahah dan tentaranya, Allah mengirim pasukan burung Abaabil.
Dalam catatan labbaik.id yang dipublish Oktober 2017 lalu, Ka'bah yang berada di areal Masjidil Haram pernah mengalami banjir besar pada zaman Nabi Nuh AS. Banjir juga terjadi saat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) berusia 35 tahun dan belum diangkat menjadi Rasul. Saat itu kondisi Ka'bah sangat mengkhawatirkan, maka tokoh Quraisy kala itu sepakat untuk memperbaiki Ka'bah.
Selain itu, Ka'bah pernah terendam banjir pada zaman Khalifah Umar ibnul Khattab. Karena banjir saat itu, dinding Ka'bah sebagian rusak parah, karena pada zaman itu Ka'bah dibangun hanya menggunakan batu yang direkatkan dengan tanah dan atau lumpur, bukan menggunakan semen seperti saat ini.
Selain tiga peristiwa banjir yang melanda Ka'bah itu, banjir serupa terjadi pada tahun 1039. Kemudian, Ka'bah pernah dilanda banjir pada tahun 1941 yang merupakan banjir cukup besar. Kala itu, tinggi air yang menggenangi kawasan masjidil haram mencapai 152 cm atau sekitar leher orang dewasa.
Banjir besar ini disebabkan Kota Makkah yang dilanda hujan lebat selama sepekan. Ditambah lagi letak geografis Kota Makkah yang diapit bukit-bukit. Sehingga Kota Makkah termasuk dalam dataran rendah yang letaknya di dalam cekungan. Struktur tanah Kota Makkah juga tidak mudah menyerap air karena sangat keras, kuat dan kering.
Setelah tahun 1941, pada tahun 2009 dan 2012 Ka'bah kembali digenangi air hujan, namun tidak separah yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Air tidak sampai menyentuh badan Ka'bah, hanya menggenangi jalan-jalan.
Dengan bencana ini kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran betapa kekuasaan Allah begitu Maha luas. Rumah yang suci pun bisa terkena bencana banjir karena berbagai alasan. Allah memberi kita pelajaran bahwa tidak ada yang abadi, kecuali Dzat-Nya. Namun dengan adanya bencana banjir, Allah memberikan solusi dan pelajaran.
Allah Ta'ala tidak pernah salah. Dia Maha mengetahui dan Maha pengasih di antara semua pengasih. Peristiwa banjir yang terjadi baik di Indonesia maupun di rumah suci-Nya Ka'bah adalah kehendak-Nya.
Sebagai makhluk, kita hanya diperintahkan tunduk dan ridha kepada takdir-Nya. Sebab, musibah merupakan sunnatullah yang tidak ada satupun makhluk dapat lari darinya. Namun, ketahuilah dibalik musibah ini, sebenarnya Allah menyimpan nikmat besar bagi mereka yang bersabar.
Dalam sebuah Hadis Qudsi, Allah Ta'ala berfirman: "Barangsiapa yang Kuambil kedua anggota tubuh kesayangannya (yakni kedua matanya), lalu ia bersabar, niscaya Aku masukkan dia ke dalam surga sebagai ganti keduanya. Barangsiapa yang Aku cabut nyawa buah hati-Nya dari kalangan penduduk dunia, kemudian ia berharap pahala (dari-Ku), niscaya Aku berikan surga kepadanya sebagai ganti-Nya."
Bagi mereka yang bersabar dengan musibah, Allah tengah mempersiapkan surga baginya. Sebagaiman firman-Nya:
(sambil mengucapkan), "Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu." Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu (surga). (QS Ar-Ra'd: 24)Wallahu A'lam Bisshowab
مَاۤ اَصَابَ مِنۡ مُّصِيۡبَةٍ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰهِؕ وَمَنۡ يُّؤۡمِنۡۢ بِاللّٰهِ يَهۡدِ قَلۡبَهٗؕ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ
"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS At-Taghobun ayat 11)
Tak hanya negeri kita (Indonesia) yang dilanda musibah banjir. Rumah Allah (Baitullah) Ka'bah di Makkah yang menjadi pusat peribadatan juga pernah mengalami banjir. Bahkan Al-Bait Al-Haram atau rumah yang suci di Masjidil Haram itu beberapa kali terendam banjir.
Ka'bah, tempat suci yang dibangun pertama kali di dunia sejak zaman Nabi Adam 'alaihissalam (AS). Di tempat ini, umat Islam melakukan ibadah tawaf, i'tikaf, rukuk dan sujud dan bermunajat kepada Allah.
Sebagai tempat suci yang agung, Ka'bah tentu dijaga oleh Allah Ta'ala dari segala hal yang membahayakan. Seperti saat penyerangan Ka'bah oleh Abrahah dan tentaranya, Allah mengirim pasukan burung Abaabil.
Dalam catatan labbaik.id yang dipublish Oktober 2017 lalu, Ka'bah yang berada di areal Masjidil Haram pernah mengalami banjir besar pada zaman Nabi Nuh AS. Banjir juga terjadi saat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) berusia 35 tahun dan belum diangkat menjadi Rasul. Saat itu kondisi Ka'bah sangat mengkhawatirkan, maka tokoh Quraisy kala itu sepakat untuk memperbaiki Ka'bah.
Selain itu, Ka'bah pernah terendam banjir pada zaman Khalifah Umar ibnul Khattab. Karena banjir saat itu, dinding Ka'bah sebagian rusak parah, karena pada zaman itu Ka'bah dibangun hanya menggunakan batu yang direkatkan dengan tanah dan atau lumpur, bukan menggunakan semen seperti saat ini.
Selain tiga peristiwa banjir yang melanda Ka'bah itu, banjir serupa terjadi pada tahun 1039. Kemudian, Ka'bah pernah dilanda banjir pada tahun 1941 yang merupakan banjir cukup besar. Kala itu, tinggi air yang menggenangi kawasan masjidil haram mencapai 152 cm atau sekitar leher orang dewasa.
Banjir besar ini disebabkan Kota Makkah yang dilanda hujan lebat selama sepekan. Ditambah lagi letak geografis Kota Makkah yang diapit bukit-bukit. Sehingga Kota Makkah termasuk dalam dataran rendah yang letaknya di dalam cekungan. Struktur tanah Kota Makkah juga tidak mudah menyerap air karena sangat keras, kuat dan kering.
Setelah tahun 1941, pada tahun 2009 dan 2012 Ka'bah kembali digenangi air hujan, namun tidak separah yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Air tidak sampai menyentuh badan Ka'bah, hanya menggenangi jalan-jalan.
Dengan bencana ini kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran betapa kekuasaan Allah begitu Maha luas. Rumah yang suci pun bisa terkena bencana banjir karena berbagai alasan. Allah memberi kita pelajaran bahwa tidak ada yang abadi, kecuali Dzat-Nya. Namun dengan adanya bencana banjir, Allah memberikan solusi dan pelajaran.
Allah Ta'ala tidak pernah salah. Dia Maha mengetahui dan Maha pengasih di antara semua pengasih. Peristiwa banjir yang terjadi baik di Indonesia maupun di rumah suci-Nya Ka'bah adalah kehendak-Nya.
Sebagai makhluk, kita hanya diperintahkan tunduk dan ridha kepada takdir-Nya. Sebab, musibah merupakan sunnatullah yang tidak ada satupun makhluk dapat lari darinya. Namun, ketahuilah dibalik musibah ini, sebenarnya Allah menyimpan nikmat besar bagi mereka yang bersabar.
Dalam sebuah Hadis Qudsi, Allah Ta'ala berfirman: "Barangsiapa yang Kuambil kedua anggota tubuh kesayangannya (yakni kedua matanya), lalu ia bersabar, niscaya Aku masukkan dia ke dalam surga sebagai ganti keduanya. Barangsiapa yang Aku cabut nyawa buah hati-Nya dari kalangan penduduk dunia, kemudian ia berharap pahala (dari-Ku), niscaya Aku berikan surga kepadanya sebagai ganti-Nya."
Bagi mereka yang bersabar dengan musibah, Allah tengah mempersiapkan surga baginya. Sebagaiman firman-Nya:
سَلٰمٌ عَلَيۡكُمۡ بِمَا صَبَرۡتُمۡ فَنِعۡمَ عُقۡبَى الدَّارِؕ
(sambil mengucapkan), "Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu." Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu (surga). (QS Ar-Ra'd: 24)Wallahu A'lam Bisshowab
(rhs)