Ketika Nabi Yusuf dan Nabi Musa Ditegur Allah, Inilah Hikmahnya

Rabu, 08 Januari 2020 - 05:15 WIB
Ketika Nabi Yusuf dan Nabi Musa Ditegur Allah, Inilah Hikmahnya
Ketika Nabi Yusuf dan Nabi Musa Ditegur Allah, Inilah Hikmahnya
A A A
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Alqur'an

Nabiyullah Yusuf 'alaihissalam (AS) pernah dijebloskan ke penjara selama 5 tahun lamanya karena fitnah Zulaikha pada masa pemerintahan Kerajaan Malik Heksos di Memphis Mesir tahun 1720 SM.

Di dalam ruangan penjara, Nabi Yusuf dipertemukan dengan dua orang tahanan yang merupakan pelayan istana kerajaan. Keduanya bermimpi aneh dan meminta Nabi Yusuf mentakwilkan mimpi mereka berdua. Mimpi yang ditakwilkannya nantinya akan terbukti kebenarannya.

Satu orang ditakwilkan akan dibunuh dan terbukti dihukum mati dengan cara disalib. Sedangkan seorang lagi ditakwilkan oleh Nabi Yusuf kelak akan dibebaskan dari segala tuduhan fitnah dan terbukti tidak lama kemudian dikeluarkan dari penjara sebagai seorang pelayan raja.

Ada pelajaran yang menarik dari kisah ini. Manakala salah seorang sahabatnya yang memiliki hubungan dekat sebagai pelayan raja dibebaskan dari penjara, Nabi Yusuf menitipkan pesan kepada Raja melalui sahabatnya itu.

Nabi Yusuf berpesan kepada sahabatnya agar selepas bebas dari penjara segera menyampaikan kasusnya kepada raja untuk ditinjau ulang. Yusuf mengatakan Beliau hanyalah korban fitnah, tanpa pernah menjalani pengadilan.

Allah Ta'ala menguji Nabi Yusuf dengan menjadikan pelayan raja itu lupa menyampaikan pesannya itu kepada sang Raja. Alhasil, hukuman Nabi Yusuf bertambah 2 tahun lagi. Dengan demikian, hukuman Nabi Yusuf menjadi 7 tahun.

Menurut para ulama mufassir, sekiranya Nabi Yusuf tidak menitipkan pesan itu kepada sahabatnya, niscaya Allah akan segera mengeluarkannya dari penjara menyusul sahabatnya itu, tentunya dengan dengan skenario Allah Ta'ala.

Andai saja, Nabi Yusuf bertawakkal dan hanya mengadu kepada Allah semata, niscaya hukumannya di penjara tidak akan bertambah selama beberapa tahun lagi.

Itulah pengajaran Allah terhadap para Nabi-nya. Para Nabi-Nya tidak diperkenankan sama sekali bertawakkal dan berharap kepada selain-Nya. Satu kedipan mata saja mereka berlepas dari Allah, maka pada saat yang sama, Allah segera menegur mereka.

Sama halnya dengan kisah yang dialami Nabiyullah Musa 'alaihissalam. Ketika Nabi Musa sedang berpidato di depan kaumnya Bani Israel, salah seorang dari mereka mengajukan pertanyaan.

"Wahai Musa, siapakah orang yang paling berilmu di muka bumi ini?" Nabi Musa spontan menjawab, "Aku lah orang yang paling berilmu saat ini!"

Nabi Musa pun ditegur oleh Allah Ta'ala. "Wahai Musa, sesungguhnya masih ada hamba-Ku yang lebih alim dan berilmu dari engkau!"

Nabi Musa penasaran dan ingin bertemu serta berguru padanya. Maka Nabi Musa pun menyiapkan perbekalan dan seekor ikan yang dibawa bersama muridnya demi bertemu hamba saleh itu. Hamba saleh itu bertempat tinggal di antara pertemuan dua arus air laut dan air sungai.

Nabi Musa beserta muridnya itu pun melakukan pengembaraan mencari ilmu selama perjalanan berbulan-bulan lamanya sebagaimana dikisahkan oleh Allah dalam Surah Al-Kahfi.

Nabi Musa yang merasa dirinya berilmu diuji oleh Allah dengan sifat lupa, dimana ikan yang dibawa menghilang secara misterius di tempat pertemuan dua arus air yang menandakan di sanalah seharusnya mereka akan dipertemukan dengan seorang Mahaguru yang berilmu tinggi dan salih itu. Konon beliaulah seseorang yang dikenal sebagai Nabiyullah Khaidir 'alaihissalam.

Kelupaan dan kelalaian itu membawa riwayat perjalanan panjang Nabi Musa dan pembantunya kembali berbulan-bulan menelusuri sepanjang pantai dan akhirnya bertemu Nabi Khaidr. Beliau pun dibuat terkagum-kagum dengan ilmu yang dimiliki Nabi Khadir.

Pesannya, manakala Nabi Musa menganggap dirinya paling berilmu ia pun diuji dengan sifat lupa. Saat ia merasa dirinya berilmu, di sana ia lupa bahwa sifat 'Al-Alim' yang hakiki hanyalah sifat yang layak bagi Allah Ta'ala semata. Maka saat ia terlepas dari pandangan itu pada Sang Maha Alim, Allah pun menegurnya.

Pun demikian, Nabi Mulia Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) pun pernah didatangi oleh seorang Yahudi yang meminta penjelasan tentang satu kisah di masa zaman Bani Israel.

Ada riwayat yang menyatakan, Nabi SAW pernah diminta menceritakan kisah Dzulqurnain, beliau mengatakan datanglah esok hari, nanti aku ceritakan. Menurut riwayat beliau lupa mengucapkan "Insya Allah", maka wahyu pun tak kunjung datang sampai keesokan harinya.

Semua menjadi pelajaran bagi para Nabi dan umatnya untuk tidak berlepas dari Allah dalam kondisi apa pun. Para Nabi dan kekasih Allah yang terlupakan meski dalam hitungan menit, segera diingatkan dan ditegurkan oleh Allah Ta'ala.

Namun, bagi kita yang rasanya jauh dari Allah, berlumur dosa ini, meski semakin jauh dari terlepas dari Allah, tak ada teguran sama sekali. Inilah yang membuat kita terkadang lalai dan merasa aman-aman saja meski boleh jadi sudah semakin jauh. Na'uzubillah.

Kita hanya bisa bermohon semoga dengan memperbanyak membaca dan merenungi kisah perjalanan para Nabi, para aulia wa shalihin, hati kita tersadar dan terbimbing untuk tidak berlepas dari Allah dalam kondisi apa pun.

Wallahu A'lam Bisshowab
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2937 seconds (0.1#10.140)