Defenisi Bahagia Menurut Rasulullah SAW

Senin, 10 Februari 2020 - 15:33 WIB
Defenisi Bahagia Menurut Rasulullah SAW
Defenisi Bahagia Menurut Rasulullah SAW
A A A
Semua manusia pasti menginginkan hidup bahagia. Namun, tak banyak yang mengetahui hakikat bahagia yang sesungguhnya. Ada yang berpura-pura bahagia, ada juga yang mengukurnya hanya dengan materi.

Dai muda lulusan Al-Azhar Al-Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf menyampaikan definisi bahagia menurut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) saat mengisi kajian di Masjid Raya Bintaro Jaya, Tangerang Selatan.

"Bahagia itu bukan seberapa harta yang dimiliki, tetapi bagaimana cara kita bersyukur kepada Allaah Ta'ala atas pemberian nikmat-Nya," kata Habib Geys.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

"Kaya (ghina') bukanlah diukur dengan banyaknya harta atau kemewahan dunia. Namun kekayaan adalah hati yang selalu merasa cukup." (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang bahagia itu selalu ingat Allah di kala sendirian. Ketika di keramaian juga ingat Allah Wa Ta'ala. Ketika Allah memberi masalah, jangan fokus pada masalahnya, tapi fokuslah pada Dzat yang memberikan masalah.

"Kalau kita tahu hidup hanya sesaat, kenapa harus sia-siakan waktu yang ada. Hiduplah tanpa kepura-puraan, tanpa harus menjadi orang lain," kata Habib Geys .

Ciri-ciri Orang yang Bahagia:
1. Cinta kepada orang-orang saleh.
2. Senang Mengingat Allah Ta'ala.
3. Zuhud terhadap dunia.
4. Ikhlas dan ridha.
5. Suka mengerjakan qiyamullail.

Kisah Lukman dalam mendidik anaknya bisa dijadikan sebagai pelajaran berharga. Berikut kisahnya diabadikan oleh Al-Qur'an.

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (17) وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (19)

"Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia (karena Sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai." (QS Luqman: 17-19)

Jadi kebahagiaan bukan berasal dari perspektif orang lain, tetapi bagaimana kita menata hati dan jiwa agar senantiasa bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah Ta'ala.

Wallahu A'lam Bish-Showab
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2611 seconds (0.1#10.140)