Cara Berbakti kepada Orangtua yang Sudah Wafat

Jum'at, 06 Maret 2020 - 20:19 WIB
Cara Berbakti kepada Orangtua yang Sudah Wafat
Cara Berbakti kepada Orangtua yang Sudah Wafat
A A A
Berbakti kepada orang tua (birrul walidain) merupakan salah satu amalan yang paling dicintai Allah Ta'ala. "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orangtuanya." Demikian penggalan ayat 14 dalam Al-Qur'an Surah Luqman.

Lalu, bagaimana cara berbakti kepada orangtua yang sudah meninggal dunia? Berikut penjelasan Al-Habib Quraisy Baharun (Pengasuh Ponpes As-Shidqu Kuningan).

1. Mendoakan Keduanya.
Abu Usaid Malik bin Rabi'ah as-Saidi radhiyallahu 'anhu (RA) pernah berkisah, "Suatu hari kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Ketika itu datang seorang lelaki dari Bani Salimah. Dia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk kebaktian kepada kedua orang tua yang telah meninggal?’

Nabi SAW menjawab, "Benar, masih ada. Yaitu: (1) Menyalatkan keduanya (menyalatkan jenazahnya atau mendoakannya), (2) Memohon ampunan/istigfar untuk keduanya, (3) Memenuhi janji keduanya, (4) Menyambung silaturahmi yang terjalin karena sebab keberadaan keduanya, dan (5) Memuliakan teman dekat keduanya." (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Abu Dawud)

Ulama hadis bersilang pendapat tentang kevalidan hadis di atas. Akan tetapi, makna kandungan hadis itu didukung oleh beberapa dalil yang sahih. Di antaranya diperkuat oleh sabda Nabi, "Apabila seorang manusia meninggal, maka terputuslah amalnya melainkan tiga hal yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)

Di antara doa yang diajarkan Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an adalah:
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Rabbirhamhuma kamaa Rabbayaanii shagiiraa.

"Ya Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangi aku di kala kecil." (QS. Al-Isra: 24)

Begitu juga di antara doa yang bisa kita ucapkan adalah memintakan ampunan untuk keduanya kepada Allah, sebagaimana doa yang kita panjatkan saat menyalati jenazah mereka. Allahummaghfir lahu… (dan seterusnya).

2. Menyambung Hubungan dengan Kerabat dan Teman Dekatnya.
Suatu hari, Ibnu Umar RA pernah berjumpa dengan seorang Arab badui dalam perjalanannya menuju Mekah. Kemudian Ibnu Umar mengucapkan salam, mengajaknya untuk naik ke atas keledainya, serta memberikannya sorban yang ia kenakan.

Saat melihat perbuatan Ibnu Umar yang dinilai berlebihan dalam bersedekah, Ibnu Dinar rahimahullah berujar, "Semoga Allah memberikan kebaikan kepadamu. Sesungguhnya orang itu adalah orang badui, yang sebenarnya jika dia diberi sedikit saja maka ia sudah cukup senang." Ibnu Umar pun menjawab, "Arab badui itu adalah kenalan baik ayahku (Umar bin Khatthab)."

Beliau lantas mengutip sebuah hadis bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Di antara berbakti kepada kedua orang tua yang paling mulia adalah menyambung hubungan dengan orang yang dicintai ayahnya setelah ayahnya meninggal." (HR. Muslim)

3. Bersedekah dan Melunasi Utangnya.
Sayyidah Aisyah RA berkisah bahwa ada seorang lelaki mendatangi Nabi dan berkata, "Ibuku meninggal mendadak, sementara beliau belum sempat berwasiat. Saya yakin, jika beliau sempat berbicara, beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapatkan pahala jika saya bersedekah atas nama beliau?" Nabi pun menjawab, "Iya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ketika ibu Sa'ad bin Ubadah RA dunia, Sa'ad sedang tidak ada di rumah. Sa'ad pun berkarta, "Wahai Rasulullah, ibuku wafat dan ketika itu aku tidak ada. Apakah beliau mendapatkan pahala jika aku bersedekah harta atras nama beliau?" Nabi pun menjawab, "Iya." (HR. Al-Bukhari)

Alangkah baiknya jika yang kita sedekahkan berupa wakaf yang bisa menjadi sedekah jariyah, semisal membangun masjid, pondok pesantren, dan lain sebagainya. Sungguh sebuah berbakti yang sangat besar. Di antara bentuk sedekah yang sangat penting adalah melunasi utang mereka.

Rasulullah pernah bertanya tentang jenazah seorang sahabat, "Mungkin saudara kalian ini memiliki utang?" Sahabat menjawab, "Benar, sebesar dua dinar." Maka Rasulullah pun mundur, tidak jadi menyalatinya.

Abu Qatadah berkata, "Wahai Rasulullah, dua dinar itu biar aku yang menanggungnya." Maka Rasulullah pun bersabda, "Dua dinar itu sekarang menjadi tanggunganmu dan wajib pada hartamu, mayit ini berlepas diri darinya." Abu Qatadah pun menjawab, "Ya." Akhirnya Rasulullah pun menyalatinya.

4. Menunaikan Janji dan Nazar.
Jika semasa hidup mereka ada janji yang ingin dipenuhi, maka di antara bentuk berbakti kita adalah mewujudkannya. Begitu pula dengan menunaikan nazar yang mereka ucapkan. Ketika ibu Sa'ad bin Ubadah wafat, beliau meminta fatwa kepada Rasulullah SAW, "Sesungguhnya ibuku meninggal sedangkan dia memiliki nazar." Rasulullah pun bersabda, "Tunaikanlah nazar tersebut untuknya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Demikian amalan dan cara berbakti kepada orangtua yang sudah meninggal. Semoga Allah mengampuni kedua orang tua kita dan menerima segala amalnya hingga Allah mempertemukan kita di surga-Nya. Aaamiin.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3085 seconds (0.1#10.140)