Ritual Ibadah dalam Menghadapi Corona

Jum'at, 27 Maret 2020 - 06:44 WIB
Ritual Ibadah dalam Menghadapi Corona
Ritual Ibadah dalam Menghadapi Corona
A A A
Mochammad Sa'dun Masyhur
Holistic Healing Consulting, Expert and Inventor Medical Quran

Secara spesifik, menghadapi perubahan musim pancaroba, sehingga timbul banyak wabah penyakit termasuk penyebaran virus corona, dan dalam kaitannya untuk menjaga nafs sebagai sel genetik, dapat disampaikan beberapa hal penting antisipatif, sebagai berikut:

Pertama, menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tidak berlebihan dikatakan bahwa Islam mungkin adalah satu-satunya agama di dunia yang mengatur hal-hal pernak-pernik kehidupan yang seolah remeh temeh. Di dalam Islam tidak hanya memperhatikan persoalan kebersihan dan higienitas, tetapi di atas itu, mengajarkan tentang kesucian.

Dalam persoalan bersuci (thaharah), syariah Islam tidak hanya mengatur ketentuan menyangkut media bersucinya, berupa air atau tanah, tetapi juga mengatur tata cara bersuci. Misalnya, dalam hal membersihkan kotoran tertentu, diperlukan hingga 7x siraman dengan air mengalir, yang di antara itu harus membersihkan bagian yang terkena najis tertentu itu, dengan tanah.

Untuk menjaga kesucian, dalam kaidah syariah, air yang digunakan bersuci, harus air yang mengalir atau air dalam volume tertentu. Syariat juga melarang membasuh atau memasukan tangan kotor ke dalam bejana berisi air, tetapi harus memakai gayung. Atau mengatur cara membersihkan kotoran (istinjak) sampai sifat-sifat kotoran itu hilang, dengan tangan kiri. Dan makan mengunakan tangan kanan yang didahului dengan cuci tangan.

Agar tubuh tetap bersih dan menghindari berbagai penyakit, Sunah Rasul menuntun untuk bersiwak/gosok gigi utamanya setelah makan dan hendak sholat, berwudhu dengan benar, khususnya saat menyapu kepala, adalah hal yang sangat penting untuk menjaga kesehatan. Demikian juga diatur pakaian menutup aurat, dan disunahkan memakai wewangian, karena renik patogen, cenderung berbau busuk dan tidak nyaman di lingkungan yang wangi.

Mengingat suhu tubuh manusia normal dalam kisaran 36,5 sd 37,3 derajat Celcius, dan tidak didesain mengalami kejutan suhu. Maka sangat tepat mandi sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelam. Dan agar tidak terjadi sock suhu, awali dengan berwudhu. Atau saat kehujanan, beradaptasi dulu dengan air biasa, dan tidak langsung mandi dengan air panas.

Dalam hal menjaga kebersihan lingkungan, sunah mengajarkan mengalirkan air tergenang, menutup bejana, menimbun bangkai dan hal-hal berbau busuk, menutup pintu dan jendela sebelum malam tiba dan membuka sebelum matahari terbit. Juga menutup mulut saat batuk, menguap atau bersin. Khusus bersin disertai untuk saling mendoakan.

Dalam hal-hal tertentu, sorban sebagai kesunahan, sering dipandang sebelah mata. Padahal berguna fungsional sebagai pelindung kepala di saat hujan atau panas terik, penutup hidung, melindungi wajah dan kepala dari tiupan angin dan debu. Singkatnya ia berfungsi multiguna termasuk sebagai penganti masker, penghangat tubuh di saat dingin, dll. Maka tidak perlu apriori, menganggap itu ke arab-araban.

Tentu masih banyak hal tentang menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang bagi seorang muslim sudah menyatu dalam kehidupan keseharian. Tentang menjaga kebersihan itu, Allah SWT berfirman yang artinya: Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur, (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 6).

Kedua, meningkatkan kebugaran dan kekuatan tubuh. Sangat penting untuk selalu menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga. Minimal, kombinasi jalan 300 meter dan lari kecil-kecil 100 meter, seperti sa'i berjarak 7x Sofa-Marwa atau sekitar 3 km. Selain baik untuk kebugaran, akan sangat cocok bagi penderita ganguan jantung.

Jenis olah raga yang lebih berat lagi dilakukan nabi, sebagai atlit yang sering memenangi kejuaraan bergulat, memanah dan berkuda. Berkaitan dengan kekuatan itu, Nabi berpesan, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; meskipun pada keduanya itu ada kebaikan, (HR. Abu Hurairah).

Sedangkan untuk meningkatkan kekuatan tubuh, sesuai kaidah medical Qur'an, sebagaimana tercantum dalam kisah Zakariyya, tanda mulai penuaan terdapat pada kondisi lemahnya tulang dan timbulnya uban. Singkatnya, kekuatan tubuh sangat tergantung pada kondisi tulang belulang. Oleh karena itu berbagai asupan yang mengandung unsur-unsur pembentukan tulang sangat dibutuhkan, terutama bagi usia pertumbuhan. Sedangkan bagi usia lanjut, berguna untuk mempertahankan kondisi fisik agar tetap kuat, dan terhindar osteoporosis. ( Baca juga: Wabah Covis-19 di Saat Bulan Haram, Siklus Semesta Alam ?)

Ketiga, meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh. Upaya untuk meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh ditujukan agar kondisi nafs sebagai sel genetik, mampu berkembang, atau sekurang-kurangnya dapat mempertahankan diri. Oleh karena itu unsur-unsur pembentukan nafs sebagai sel genetik, sangat dibutuhkan.

Ingat sel genetik itu berupa polimer berisi ratusan hingga ribuan nukleotida. Adapun tiap nukleotida itu mengandung gula pentosa deoksiribosa (gula murni), gugus fosfat, dan basa nitrogen. Dalam kaitan itu, otomatis unsur-unsur lain yang bertentangan dan berlebihan, utamanya unsur gula apalagi sintetis, lemak jenuh, koleterol dan polutan atau radikal bebas akan merusak sel genetik. Maka unsur-unsur yang dapat mengganggu dan merusak nafs itu , mutlak harus dihindari dan dijauhi.

Adapun unsur-unsur yang berhubungan dengan nafs itu diatur sangat khusus, berlaku kaidah kehalalan, kethoyiban dan tidak berlebih-lebihan. Tiga kaidah itu bersifat equal, artinya kaidah tidak thoyib itu sama dengan tidak halal, dan sama dengan berlebih-lebihan. Atau sebaliknya berlebih-lebihan itu sama dengan haram, sama dengan tidak thoyib, demikian seterusnya. Melanggar kaidah itu, otomatis akan merusak nafs. Sedangkan dalam tiga kaidah itu melekat aspek sifat dan jenis makanan dan minuman, sifat dan jenis pekerjaan, serta sifat dan tabiat pasangan hidup.

Di luar itu Sunah Nabi mengajarkan etika dan cara makan dan minum. Misalnya tidak mengendus-endus dan meniup makanan dan minuman, menetapkan waktu tidur lebih awal dan bangun sepertiga malam, posisi tidur miring ke kanan, karena jantung di bagian kiri, dll, dll.

Selanjutnya, amalan puasa adalah salah satu cara yang baik, bahkan paling efektif untuk meningkatkan imunitas tubuh. Proses peningkatan kekebalan tubuh itu terjadi karena saat puasa akan berlangsung pengurangan atau paceklik gizi di dalam tubuh. Kondisi menipisnya gizi itu, secara alamiah akan mendorong seluruh bagian tubuh bereaksi, dengan mengaktifkan seluruh sistem pertahanan diri semaksimal mungkin. Kemudian dari gizi saat sahur dan buka puasa (pilih yang terbaik), tubuh akan memproduksi sistem imun baru, sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh.

Bahkan menurut hasil studi terakhir, puasa tiga hari berturut-turut akan secara langsung dapat memperbarui sistem kekebalan tubuh. Karena itu, meskipun mengurangi makan, puasa dengan cara yang benar, akan membuat tubuh tidak mudah flu atau terkena wabah penyakit.

Jadi salah satu cara yang efektif untuk terhindar serangan virus, termasuk COVID-19 adalah berpuasa. Alasan lainnya saat berpuasa, suhu tubuh akan naik menjadi lebih panas, sehingga tidak disukai renik patogen, setidaknya kondisi itu menyebabkan virus tidak berkembang biak.

Selebihnya puasa akan memberikan manfaat kesehatan menurunkan gula darah dan meningkatkan produksi gula murni pentosa pada seluruh bagian tubuh. Dan secara keseluruhan puasa akan meningkatkan kesehatan perut (Arab: buthun, jamak dari batnun), yang secara fisik melekat kaidah perbaikan kesehatan tulang belakang bagian perut (pinggang).

Adapun secara holistik dalam kaidah Alqur'an, buthuun sebagai seluruh bagian perut, berakar kata ba-tho-nun, dikamuskan Alquran sama dengan akar kata bathin. Karena itu secara langsung puasa berhubungan dengan kesehatan bathin. Ketenangan dan kebahagiaan.

Dengan alasan itu maka disarankan kaum muslimin melakukan dan memperbanyak puasa, utamanya di bulan haram. Setidaknya dapat mengikuti sunah puasa Senin-Kamis, dan ayyamul bidh, yaitu puasa tengah bulan Hijriyah, jatuh tiap tanggal 13, 14 dan 15, dengan cara yang benar. Yakni, tetap makan sahur, tidak minum es, menghindari makan mengandung pengawet, perasa dan pewarna buatan, mengurangi gula, menghindari gula sintetik, jika terpaksa ingin rasa manis gantilah dengan madu, serta perbanyak makan buah-buahan. Wajarlah makan dan minum, jangan sampai kekenyangan. ( Baca juga: Pelajaran di Balik Terjadinya Wabah Virus Corona )

Tentu masih banyak hal lain ibadah yang dapat meningkatkan kekuatan dan imunitas tubuh, misalnya, memperbanyak salat sunah, membaca Alquran, dll. Persoalan besar selanjutnya yang akan dihadapi adalah bagaimana proses penanganan dan penyembuhan korban. Tentu perlu penjelasan dan penanganan khusus.

Di atas segala ihtiar selanjutnya, akhirnya kita berserah diri kepada Allah, karena sebaik-sebaiknya pertolongan adalah perlindungan Allah SWT. Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan.

Aamiin ya Robbal alamin.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3461 seconds (0.1#10.140)