Begini Cara Melindungi Diri dari Virus Corona bagi Muslim

Senin, 30 Maret 2020 - 05:00 WIB
Begini Cara Melindungi Diri dari Virus Corona bagi Muslim
Begini Cara Melindungi Diri dari Virus Corona bagi Muslim
A A A
CENDEKIAWAN Muslim dari Arab Saudi, Syeikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhailiy, membagikan resep melindungi diri dari serangan virus corona. Dalam tulisannya yang diterjemahkan Muhammad Sulhan berjudul "Pedoman Syar’i Pelindung Diri Dari Wabah Corona" profesor di Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah untuk bidang aqidah ini menyebut 12 langkah mengatasi bala tersebut. Tiga langkah pertama adalah bertaubat kepada Allah, bertawakal kepada Allah, berdoa dan berlindung kepada Allah, terakhir membentengi diri dengan kalimat zikir dan doa.

"Seraya memohon pertolongan, taufik dan bimbingan dari Allah, diri ini menyampaikan: Pencegahan datangnya penyakit, penanggulangan pasca terjadinya dan cara pengobatannya merujuk kepada beberapa metode berikut," ujarnya.

Bertaubat kepada Allah
Di antara faktor diangkatnya bala’ adalah dengan melakukan sebab-sebab yang telah ditakdirkan oleh Allah. Yaitu dengan meninggalkan dosa, bertaubat dan tunduk dengan penuh kerendahan diri kepada-Nya dalam rangka menghilangkan bala’. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. ar-Ra'du: 11)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ

Dan Kami tidak mengutus seorang Nabi pun kepada suatu negeri (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan Kami akan timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan agar mereka tunduk dengan merendahkan diri.” (QS. al-Araf: 94)

Ali bin Abi Thalib radhiyaAllahu ‘anhu (RA) mengatakan: “Tidaklah bala’ turun melainkan karena sebab dosa, dan tidaklah akan diangkat melainkan dengan taubat.”

Bertawakal kepada Allah
Bertawakal kepada Allah subhanahu wa ta'ala (SWT) merupakan sebab paling bermanfaat dan paling manjur dalam mewujudkan berbagai keinginan dan menangkal segala yang tidak disukai. Di antara contohnya adalah dalam hal menangkal berbagai penyakit sebelum datangnya dan mendapatkan kesembuhan setelah kedatangannya. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
ۚ

"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". (QS. At-Talaq : 3)

Allah Ta’ala pun berfirman:


ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدْ جَمَعُوا۟ لَكُمْ فَٱخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَٰنًا وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ


"(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung" (QS. Ali Imran: 173).

فَٱنقَلَبُوا۟ بِنِعْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوٓءٌ وَٱتَّبَعُوا۟ رِضْوَٰنَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ


"Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar". (QS. Ali Imran: 174)

Dari Ibnu Abbas RA ia berkata: “HasbunaAllah wa ni’mal-wakiil : diucapkan Nabi Ibrahim ‘alaihis-salam (AS) ketika dilemparkan ke dalam api, dan diucapkan Nabi Muhammad SAW ketika orang-orang berkata: “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (sebagai penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali Imran: 173)

Meskipun manfaat tawakal begitu besar, tidak sepatutnya meninggalkan ikhtiar dan hanya bersandar kepada tawakal saja. Namun perlu digabungkan antara tawakal dan ikhtiar yang Allah telah jadikan sebagai sebab dalam mewujudkan harapan dan menolak hal-hal yang tidak diinginkan.

Dari Anas bin Malik bahwasanya ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang untanya. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, aku ikat unta ini dan bertawakal, ataukah aku lepas dan bertawakal? Beliau SAWmenjawab: “Ikatlah ia dan bertawakallah.”

Berdoa dan Berlindung kepada Allah
Doa adalah senjata bagi seorang mukmin dalam mendatangkan berbagai kebaikan dan kenikmatan, serta menangkal segala keburukan dan musibah. Di antara contohnya adalah dalam hal mendapatkan kesehatan dan keselamatan dari berbagai penyakit. Allah Ta’ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادۡعُوۡنِىۡۤ اَسۡتَجِبۡ لَـكُمۡؕ


Dan Rabb kalian berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan memperkenankan bagi kalian.” (QS. Ghafir: 60)

Allah ‘azza wa jalla pun berfirman:

أَمَّن يُجِيبُ ٱلْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ ٱلسُّوٓءَ

"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan". (QS. an-Naml: 62)

Allah Ta’ala juga berfirman: “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Rabb-nya, “(Ya Allah) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, sementara Engkau Rabb yang Maha penyayang dari semua yang penyayang. Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami melenyapkan penyakit yang ada padanya.” (QS. al-Anbiya’: 83-84)

Di antara doa agung yang diriwayatkan dari Nabi SAW yang sepatutnya seorang muslim bersemangat membacanya di waktu pagi dan sore, yaitu sebuah doa pada hadis Abdurrahman bin Abu Bakroh, bahwasanya ia berkata kepada ayahnya: “Wahai Ayahanda, sesungguhnya aku mendengar engkau berdoa di setiap pagi: Allaahumma ‘aafinii fii badanii, Allaahumma ‘aafinii fii sam-’ii, Allaahumma ‘aafinii fii bashorii, laa ilaaha illaa anta. Allaahumma innii a-‘uudzubika minal kufri wal faqri, wa a-‘uudzubika min ‘adzaabil qobri, laa ilaaha illaa anta.

"Ya Allah, berikanlah kesehatan untuk badanku, bagi pendengaranku dan penglihatanku, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung diri kepada-Mu dari kekufuran, dan kefakiran. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Engkau.” Engkau mengulanginya sebanyak tiga kali di waktu pagi dan tiga kali di waktu sore. Engkau pun membaca:


اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ


“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran, Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tiada sesembahan yang hak melainkan Engkau semata.” Engkau mengulang-ulangnya sebanyak tiga kali di waktu pagi dan tiga kali di waktu sore.

Ia menjawab: “Benar, wahai Ananda. Sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdoa dengan kalimat tersebut, dan aku suka mengamalkan sunnah Beliau.” --Riwayat Ahmad dalam kitab Musnad (20430) dan dihasankan oleh al-Albani dalam kitab Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud (5090).

Membentengi Diri dengan Kalimat Zikir dan Doa
Dari Khaulah binti Hakim as-Sulamiyyah RA ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ


"Siapa yang singgah di suatu tempat, lalu ia membaca: A'udzu Bikalimaatillaahit Taammaati min Syarri Maa Khalaq (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya) maka tak ada sesuatupun yang membahayakannya sehingga ia beranjak dari tempatnya tersebut." (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah RA berkata, Nabi SAW bersabda: "Siapa yang di waktu sore berdoa sebanyak tiga kali ...

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

... niscaya racun bisa tidak akan membahayakannya pada malam itu.”

Abu Hurairah berkata: “Keluarga kami dahulu mempelajari dan mengamalkannya. Lalu ada seorang anak perempuan dari mereka yang disengat (serangga), anehnya ia tidak mengeluhkan rasa sakit.”(Riwayat Ahmad di al-Musnad (7898). Para ulama peneliti kitab tersebut berkata: “Hadits ini shahih sesuai persyaratan Muslim.”

Rasulullah bersabda:

"Siapa yang berdoa “أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ "Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya." sebanyak tiga kali maka kalajengking tidak akan membahayakannya hingga tiba waktu sore, dan siapa yang berdoa dengannya di waktu sore, niscaya kalajengking tidak akan membahayakannya hingga tiba waktu pagi. ”Diriwayatkan Abu Hanifah dalam Musnad-nya (9). Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkomentar: “Telah Riwayat an-Nasa-i dengan riwayat berbeda dari Abu Hurairah ... dan semua itu menunjukkan bahwa riwayat tersebut ada dasarnya dari Abu Hurairah.” Nata-ij al-Afkar (2/361).

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُمْسِىَ


“Barang siapa membaca Bismillaahilladzii laa yadlurru ma’as mihi syai’un fil ardhi wa laa fis samaa’i wa huwas samii’ul ‘aliim (Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di langit dan di bumi tidak akan berbahaya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) tiga kali maka ia tidak akan ditimpa bahaya apapun hingga pagi hari. Dan barangsiapa membacanya tiga kali di pagi hari, niscaya ia tidak akan ditimpa bahaya apa pun hingga malam tiba” (HR. Abu Daud, hadits senada juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Lalu Dari Utsman bin Affan RA berkata, “Tidaklah seorang hamba pada setiap pagi dan sore mengucapkan, “Dengan menyebut nama Allah, yang dengan nama-Nya segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan membahayakan, dan Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui” sebanyak tiga kali, lalu ada sesuatu yang dapat membahayakannya.” (Riwayat al-Hakim dalam al-Mustadrok (1/965) (hadits ini memiliki sanad yang shahih, dan tidak diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim) dan dishahihkan al-Albani dalam kitab Shahih alJami’ (2/1002)

Beberapa hadits di atas mengandung dua lafal zikir yang agung:

Lafal pertama

.. أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ

“Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah ... ”.

Zikir ini memiliki dua bentuk bila ditinjau dari segi pengulangan dan perbedaan kondisi. Berkaitan dengan dua kondisi: Pertama: Siapa yang singgah di suatu tempat ia boleh membaca doa ini cukup sekali, tanpa diulangi, dan tidak terikat dengan waktu. Setiap kali ia berpindah ke suatu tempat dan singgah di sana maka ia boleh membacanya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang dapat membahayakannya hingga ia meninggalkan tempat itu.

Kedua, dibaca pada waktu pagi dan sore sebanyak tiga kali. Siapa yang membacanya di pagi hari maka tidak ada sesuatu pun yang dapat membahayakannya hingga tiba waktu sore. Siapa juga yang membacanya di waktu sore maka tidak ada sesuatu pun yang dapat membahayakannya hingga tiba waktu pagi.

Lafal Kedua:

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ


“Dengan menyebut nama Allah yang dengan nama-Nya tidak akan ada sesuatu yang dapat membahayakan ... .”

Zikir ini memiliki satu lafal saja. Dibaca di waktu pagi dan sore sebanyak tiga kali. Siapa yang mengamalkannya maka tidak ada sesuatu pun yang dapat membahayakannya dari waktu ia membacanya hingga tiba waktu malam atau pagi. Kedua lafal zikir agung tersebut dapat dipastikan manfaatnya dengan dasar hadits Rasulullah SAW. Siapa yang menjaga keduanya sesuai dengan tuntunan niscaya tidak akan ada sesuatu pun yang dapat membahayakannya dengan izin Allah.

"Inilah yang dapat disampaikan. Aku memohon kepada Allah yang Maha mulia untuk menjaga kita dan seluruh kaum muslimin dari segala keburukan, bala’ dan wabah. Semoga Allah menyembuhkan orang-orang yang sakit dari kaum muslimin, dan segera memberikan kesembuhan kepada mereka, serta menjadikan apa yang menimpa mereka sebagai pelebur dosa," tulis Ibrahim. Allahu a’lam. ( Baca juga:
Merenungi Hakikat Wabah Covid-19 dalam Tinjauan Syar’i
)
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2735 seconds (0.1#10.140)