Stres karena Terjebak Pada Cangkir, Tak Ada Waktu Nikmati Isinya

Selasa, 07 April 2020 - 03:19 WIB
Stres karena Terjebak Pada Cangkir, Tak Ada Waktu Nikmati Isinya
Stres karena Terjebak Pada Cangkir, Tak Ada Waktu Nikmati Isinya
A A A
SUATU ketika, beberapa mantan mahasiswa mendatangi dosen sebuah universitas yang pernah mengajarnya. Mereka berbincang-bincang berbagai hal sampai kemudian mengarah pada masalah stres dalam pekerjaan dan kehidupan mereka sehari-hari.

Dosen itu tersenyum. Ia beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke dapur. Ia kembali dengan bermacam-macam cangkir. Ada cangkir terbuat dari porselin, plastik dan terbuat dari kaca. Cangkir ini sebagian tampak mahal harganya karena sangat indah dan sebagian lagi murah.

Dosen itu mempersilakan masing-masing mantan mahasiswa itu mengambil cangkir untuk mendapatkan minuman bagi diri mereka sendiri.

Ketika semua sudah mengambil cangkir yang telah terisi air sang dosen berkata, “Jika kalian melihat, semua dari kalian mengambil cangkir yang mahal dan indah dan tak menyentuh yang murah," ujar sang dosen itu sembari mengapungkan senyumnya. "Ini menunjukkan kalian memang menginginkan yang terbaik untuk dirimu," lanjutnya.

"Masalah dan sumber stress kalian sebenarnya adalah cangkir, karena kalian selalu mengejar cangkir yang lebih baik padahal yang kalian butuhkan adalah air," ujarnya, tanpa menghiraukan para mantan mahasiswanya yang duduk serba salah.

“Sama seperti dalam hidup, jika hidup adalah air, maka pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkir. Mereka hanya alat untuk memegang dan menjaga hidup, tapi semua itu tak mengubah kualitas hidup kita..”

“Jika kalian hanya berkonsentrasi pada cangkir, kita tidak akan punya waktu untuk menikmati, rasa dan menghargai air di dalamnya.”

Masalah pertama kita adalah mata yang selalu dilanda kerinduan untuk hal-hal yang orang lain miliki, dan melupakan karunia kita sendiri yang diberikan oleh Allah dan lupa untuk menikmatinya.

Allah berfirman:

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

Wa lā tamuddanna 'ainaika ilā mā matta'nā bihī azwājam min-hum zahratal-ḥayātid-dun-yā linaftinahum fīh, wa rizqu rabbika khairuw wa abqā

Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS Thaha Ayat 131).

Kedua, kita seringkali mengeluh tentang sakit sepele dan masalah yang kita hadapi di dunia ini, sementara melupakan penderitaan yang sebenarnya yang boleh jadi akan kita hadapi di akhirat kelak lantaran kesalahan dan kelalaian. Kita juga lupa untuk menyadari bahwa kesenangan yang sebenarnya adalah bila kita mampu memenuhi tugas kita untuk meringankan penderitaan orang-orang di sekitar kita.

Allah SWT berfirman,

وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآيَاتِ رَبِّهِ ۚ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَىٰ

Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (QS Ta Ha Ayat 127)

Ketiga, kita seringkali setelah kemudahan lupa inti tujuan hidup kita, yang merupakan ujian dengan penuh penderitaan untuk mendapatkan pahala dari Tuhan kita di syurga di akhirat.

Allah berfirman:

وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا ۚ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?" (Surat Al-Qasas Ayat 60)

Keempat, kita mengambil kehidupan di dunia seakan langgeng dan menghabiskan semua, seolah-olah kematian adalah untuk ‘orang lain dan bukan aku’, sementara kita melupakan fakta bahwa kehidupan kekal hanya di akhirat.

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Surat Al-A’la Ayat 17)

Jadi berhentilah mengeluh. Mari kita nikmati dan menghargai hidup kita yang merupakan investasi untuk kebahagiaan di akhirat.

Ali Ibn Thalib bertanya: “Jika diberikan pilihan, apa yang akan Anda lebih suka: kehidupan di dunia ini atau kematian?”

Ali terkejut tatkala seorang pria membalas: “Saya akan memilih kehidupan di dunia ini karena melalui itu saya akan dapat memperoleh kenikmatan” Tuhanku. Begitulah.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2569 seconds (0.1#10.140)