Imbauan Bertobat, Rakyat Dulu atau Pemimpin Dulu?

Selasa, 07 April 2020 - 05:15 WIB
Imbauan Bertobat, Rakyat Dulu atau Pemimpin Dulu?
Imbauan Bertobat, Rakyat Dulu atau Pemimpin Dulu?
A A A
Semua musibah termasuk wabah virus Corona (Covid-19) tidaklah terjadi kecuali seizin Allah Ta'ala, Zat yang Maha memberi penyakit dan kesembuhan. Sehebat apa pun ikhtiar manusia untuk mengatasinya, pada akhirnya tetap butuh pertolongan Allah Ta'ala.

Adalah hal wajar ketika wabah menyebabkan banyak kematian dan hancurnya perekonomian lalu para ulama menyerukan tobat nashuha , kembali kepada Allah Ta'ala. Tobat dianggap sebagai solusi agar Zat Yang Maha Kuasa berkenan mengangkat musibah ini.

Di Indonesia, korban pandemi Covid-19 terus bertambah. Hingga Senin (6/4/2020) pukul 12.00 WIB), tercatat 2.491 kasus positif dan 209 orang meninggal dunia. Adapun yang sembuh sebanyak 192 orang. Pemerintah maupun tim medis terus berjuang mencari jalan keluar dari musibah pandemi ini. Segala daya dan upaya telah dilakukan, namun korban terus bertambah.

Kondisi ini tentu menyadarkan kita betapa lemahnya manusia. Dalam Al-Qur'an , Allah Ta'ala telah mengingatkan manusia:
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اَنۡتُمُ الۡفُقَرَآءُ اِلَى اللّٰهِۚ وَاللّٰهُ هُوَ الۡغَنِىُّ الۡحَمِيۡدُ

"Wahai manusia! Kamulah yang membutuhkan Allah. Dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji". (QS. Al-Fathir: ayat 15).

Di tengah musibah ini, tobat nashuha dinilai satu-satunya solusi di samping melakukan ikhtiar. Ini sejalan dengan nasihat bijak: "Setiap musibah yang turun disebabkan oleh dosa dan tidak akan terangkat kecuali dengan taubat". Muncul pertanyaan, siapakah yang harus bertobat, rakyat dulu atau pemimpin dulu?

Syeikh Mahmud Hasanat, Dai asal Palestina pernah menyampaikan khutbah Jumat yang menggetarkan hati. Dengan mata berkaca-kaca, Syeikh Mahmud mengajak jamaah bermusabah atas musibah Corona yang menimpa umat Islam dan penduduk dunia.

"Wahai sekalian manusia, apa yang pernah kita perbuat hingga kita terusir dari rumah Allah (masjid). Mari lihat wajah kita di depan cermin meski hanya sebentar. Bukankah kita pernah mengambil hak orang lain sebelum adanya virus Corona? Bukankan kita pernah beramai-ramai di bank riba sebelum adanya virus Corona? Hari ini kita menangis dan saling menangisi ketika rumah-rumah Allah terkunci dari wajah-wajah kita. Ini tidaklah terkunci kecuali karena kita. Sebelum adanya wabah ini, kita memiliki wabah kezaliman, wabah kebencian, wabah kecurangan, wabah dosa-dosa dan wabah kemaksiatan. Lihatlah mengapa, beginilah kita," demikian petikan khutbahnya yang sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu.

Allah Ta'ala berpesan dalam Al-Qur'an:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu". (QS Asy-Syura: ayat 30).

Dalam ayat lain, Allah berfirman: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Az-Zumar: ayat 53).

Menurut Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya menyebutkan 4 faktor yang menyebabkan Allah Ta'ala memelihara sebuah negeri atau negara dari musibah termasuk wabah yang membahayakan penduduknya. Keempat faktor itu yaitu pertama, pemimpin adil yang tidak menzalimi rakyatnya. Kedua, ulama yang berani dan tegas menyerukan amar ma'ruf nahi munkar. Ketiga, para cendekiawan yang mengajak mencintai ilmu dan Al-Qur'an. Keempat, para wanita yang senantiasa menjaga kehormatan dan tidak menampakkan auratnya di khalayak publik.

Keutamaan Bertobat
Imam Al-Qurthubi juga menukil dari Ibnu Shubaih dalam tafsirnya, berkata: "Ada seorang laki-laki mengadu kepadanya Hasan Al-Bashri (ulama Tabi'in) tentang kegersangan bumi maka beliau berkata kepadanya, "Beristighfarlah kepada Allah!"

Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya, "Beristighfarlah kepada Allah!". Kemudian yang lain lagi berkata kepadanya, "Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Dia memberiku anak!" maka beliau berkata padanya: "Beristighfarlah kepada Allah!"

Dan yang lain lagi mengadu tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan pula kepadanya, "Beristighfarlah kepada Allah!" Dan kami pun menganjurkan demikian kepada orang tersebut.

Maka Hasan Al-Bashri menjawab: "Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri, tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam Surat Nuh (ayat 10-12)".

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR. Abu Daud)

Menurut Syeikh Fikri Thoriq (Dai lulusan Hadramaut Yaman), dalam ceramah onlinenya 28 Maret 2020 lalu mengingatkan agar umat Islam tidak saling menyalahkan dan tidak berputus asa dari rahmat Allah. Ada empat cara agar keluar dari musibah ini.

1. Bertobat (Mengaku Salah).
Salah satu caranya kita mengakui dosa dan salah. Tidak usah saling menyalahkan. Dulu, Nabi Adam 'alaihissalam dengan Sayyidatuna Hawa waktu keluar dari surga karena mendekati pohon terlarang, langsung bertobat. Kalau kita sekarang ini melanggar sudah sangat banyak, jadi cara keluar dari wabah ini kita harus bertobat kemudian memperbaiki diri.

2. Bershalawat.
Semua Malaikat bersalawat kepada Rasulullah SAW. Surat Al-Ahzab ayat 56 ini turunnya di bulan Sya'ban. Salah satu keistimewaan Sya'ban adalah turunnya perintah bershalawat, maka memperbanyak salawat bisa menjadi sebab diangkat bala dan musibah.

3. Istiqamah.
Ketika sudah bertobat dan mengihidupkan salawat, maka manfaatkanlah rumah-rumah kita untuk istiqamah. Salat 5 waktu di awal waktu, baca Al-Qur'an dan memperbanyak doa harus istiqamah.

4. Berjuang dengan Jiwa Rahmah.
Tunjukkanlah jiwa kasih sayang kepada semua orang termasuk kepada korban maupun tim medis yang menangani wabah ini. Barangsiapa yang menyayangi penduduk bumi, maka penduduk langit akan menyayanginya.

Pesan senada disampaikan Al-Habib Quraisy Baharun . Kata beliau, mudah bagi Allah mengangkat wabah virus Corona ini dari muka bumi, semudah ketika air sudah menutupi seluruh muka bumi di masa Nabi Nuh 'alaihissalam, bahkan menutupi puncak-puncak gunungnya.

"Kalau Allah murka, bukan ideologi yang bisa menyelamatkan kita, akan tetapi tobat nasuha (sebenar-benarnya taubat) yang akan menyelamatkan kita semua. Semoga Allah menjaga kita semua dan mengangkat wabah penyakit ini," kata Habib Quraisy.

3 Syarat Tobat Agar Diterima Allah
Barometer ukuran tobat diterima atau tidak bukan dari pengakuan orang lain. Tetapi yang memberi pengakuan ialah syari'at Allah Ta'ala. Tobat wajib dilakukan dari semua dosa tanpa terkecuali. Dai lulusan Al-Azhar Mesir, Al-Habib Geys Assegaf mengemukakan 3 syarat tobat agar diterima Allah Ta'ala:

1. Al-iqla'u (melepaskan diri dari maksiat).
Seseorang harus bisa melepaskan diri dari maksiat apabila taubatnya ingin diterima.

2. An-Nadamu (menyesal).
Ketika ingat dosa masa lalu, maka yang ada adalah penyesalan. Jika justru senang atau tenang ketika ingat masa lalu, maka tobat belum diterima.

3. Al-'Azmu (ketetapan hati).
Artinya seseorang memiliki ketetapan hati di mana ia tidak lagi bolak-balik pada dosa yang dilakukannya. Jika ada kaitannya dengan hak orang lain, maka ia wajib meminta maaf dengan mengganti kerugian apabila ada.

Kembali ke soal imbauan bertobat, dalam perspektif Islam, kedudukan pemimpin tidaklah sama dengan yang dipimpin. Seorang Imam tetaplah berada di posisi terdepan untuk diikuti makmumnya. Besarnya tanggung jawab pemimpin juga setimpal dengan ganjarannya di akhirat. Dalam satu hadis Nabi SAW disebutkan bahwa salah satu dari 7 golongan yang dinaungi Allah pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil.Berikut firman Allah Ta'ala tentang kedudukan para pemimpin:
وَ جَعَلۡنَا مِنۡهُمۡ اَٮِٕمَّةً يَّهۡدُوۡنَ بِاَمۡرِنَا لَمَّا صَبَرُوۡا‌ ؕ وَ كَانُوۡا بِاٰيٰتِنَا يُوۡقِنُوۡنَ

"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami". (QS As-Sajdah: ayat 24).

Pemimpin yang baik tentu akan mengajak rakyat atau orang-orang yang dipimpinnya pada jalan kebajikan sebagaimana diamanahkan oleh Allah. Dengan kesabarannya, ia menjalankan tanggung jawabnya. Ketahuilah Allah Ta'ala akan melindungi pemimpin yang amanah dan selalu melibatkan Allah dalam setiap urusan. Ketika Tobat nashuha diserukan oleh pemimpin lalu diikuti rakyatnya insya Allah pertolongan Allah akan datang. Semoga Allah Ta'ala mempersatukan hati kita dan mengangkat musibah ini dengan berkat tobat nashuha dan doa para ulama. Aamiin.

Wallahu A'lam Bisshowab
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3163 seconds (0.1#10.140)