Kado-kado istimewa Ramadan (2)

Jum'at, 19 Juli 2013 - 06:50 WIB
Kado-kado istimewa Ramadan (2)
Kado-kado istimewa Ramadan (2)
A A A
ORANG berpuasa tidak makan dan minum bukan karena manusia, tetapi karena Allah semata. Sebab jika karena manusia, seseorang bisa sembunyi- sembunyi makan dan minum, kemudian mengaku berpuasa kepada orang lain.

Tapi mustahil membohongi Allah dan diri sendiri dengan mengaku berpuasa, padahal sebenarnya tidak. Orang tidak makan dan minum murni karena Allah adalah saksi utama perbuatan kita, bukan orang lain. Hubungan Allah dan orang yang berpuasa sifatnya langsung, intim, dan tersembunyi.

Ganjaran puasa orang awam (sekadar tidak makan minum dan tidak berhubungan seks) dengan puasa orang khusus (plus memelihara seluruh anggota badan dari perbuatan dosa) dan orang istimewa (puasa hati dari seluruh anganangan dunia selain Allah) sepenuhnya hanya Allah yang tahu.

Kado istimewa ketiga adalah janji Allah tentang manfaat puasa untuk diri manusia sendiri. Perintah puasa dalam Surat Al-Baqarah/2:83 yang menggunakan redaksi kata kerja pasif (kutiba alaikum) mengandung pesan bahwa Allah menempuh cara persuasif untuk memotivasi manusia menjalankan puasa. Berbeda dengan bentuk perintah ibadah lain yang menggunakan amar yang lugas dan tegas seperti perintah salat (aqimis shalata li dzkri), zakat (khudz min amwalihim shadaqatan tuthahhiruhum), dan haji (wa atimul hajja wal ‘umrata lillmah), perintah puasa menggunakan redaksi pasif.

Dalam ilmu nahu, struktur kalimat pasif (mabny majhul) dibuat karena dua hal. Pertama, subjeknya sangat jelas sehingga tidak perlu diungkapkan. Kedua, substansinya sangat jelas sehingga tidak perlu dibuat lugas. Dengan demikian, pemilihan bentuk redaksi pasif ini mengisyaratkan dua hal. Pertama, boleh jadi karena subjek yang memerintahkan puasa sudah jelas, yaitu Allah SWT.

Kedua, boleh jadi karena substansi puasa sudah sangat jelas manfaatnya sehingga kalaupun tidak diwajibkan oleh Allah, manusia yang akan mewajibkan untuk dirinya sendiri. Jika kita telaah ayat-ayat Alquran, kata kutiba yang digandengkan dengan kata alaikumbiasanya digunakan untuk perkara yang mengandung unsur masyaqqah (kesulitan), yang membuat manusia enggan menjalankannya.

Misalnya ayat kutiba alaikumul qital wa huwa kurhun lakum (diwajibkan atas kamu berperang, padahal engkau tidak menyukainya) atau ayat kutiba ‘alaikumul qishahu fil qatla (diwajibkan bagimu qisas dalam perkara pembunuhan). Dengan uslubini, Allah memupuk moral dan mental orang yang beriman, sebab di dalam kesulitan itu terdapat kebaikan untuk manusia sehingga tanpa perintah yang bersifat tegas pun kelak manusia akan memetik buah kebaikan dari perbuatan itu.

Seandainya manusia tidak berpuasa, yang intinya adalah pengendalian diri, manusia akan menerima azab sejak di dunia ini yang menjelma dalam bentuk kerusakan bumi karena kerakusan manusia. Kemudian penyakit mental karena kekeringan spiritual dan munculnya berbagai penyakit fisik karena diumbarnya syahwat perut dan kemaluan. Puasa bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

Karena itu, Allah mewajibkan puasa kepada umat Muhammad sebagaimana Allah mewajibkan puasa kepada umat sebelumnya. Inilah di antara beberapa kado istimewa Ramadan. Seandainya manusia tahu seluruh rahasia di balik Ramadan, niscaya mereka ingin seluruh bulan adalah Ramadan.

ALI MASYKUR MUSA
Ketua Umum PP ISNU
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4652 seconds (0.1#10.140)