Saum+ sedekah=luar biasa

Selasa, 30 Juli 2013 - 07:34 WIB
Saum+ sedekah=luar biasa
Saum+ sedekah=luar biasa
A A A
Kita menyambut Bulan Suci Ramadan dengan ucapan ‘’Marhaban ya Ramadan’’ dan bukan dengan ‘’Ahlan wa Sahlan’’. Mengapa?

Marhaban ya Ramadan berarti menyambut bulan puasa dengan lapang dada, penuh kegembiraan, tidak menggerutu atau menganggapnya sebagai penganggu kepentingannya. Sedang Ahlan wa Sahlan sekadar ucapan formal biasa seperti halnya perkataan ‘’Selamat Datang’’.

Kita harus bener-bener bersyukur lho, dipertemukan lagi dan diizinkan Allah SWT untuk menikmati Ramadan. Sebab, tidak semua orang diberi umur panjang, kesehatan, dan hidayah.

Tuh lihat, di sekeliling kita saat ini, ada yang sakit, terbaring lemah, lalu ia koma tidak sadarkan diri. Mana bisa dia puasa.

Bahkan ada yang umurnya nggak nyampe. Perhatikan coba di sekitar rumah kita. Ya Allah ya Karim, ada tetangga atau teman yang dua pekan atau sebulan yang lalu dia meninggal dunia; Tak sempat memasuki bulan puasa.

Sedangkan kita, Subhanallah, Allah SWT masih sayang sama kita, sehingga kita diijinkan memasuki dan menikmati Bulan Suci Ramadhan tahun ini. Bulan yang kedahsyatannya nggak usah diomongin lagi.

Rasulullah SAW mengatakan, “Penghulu bulan adalah Ramadan, dan penghulu hari adalah Jumat” (HR ath-Thabrani). Beliau juga berwasiat, “Andai saja manusia tahu keutamaan Ramadan, pasti mereka berharap Ramadan berlangsung terus selama setahun” (HR ath-Thabrani, Ibnu Khuzaimah dan al-Baihaqi).

Para ulama menyebut Ramadan sebagai Bulan Agung (syahr ‘azhim), Bulan Mulia (syahr ‘ali), Bulan full Berkah (syahr mubarak), Bulan Pengampunan (syahr maghfirah), Bulan full Rahmat (syahr rahmah), dan Bulan Pembebasan dari Api Neraka (syahr itqun min an-nar).

Di Bulan Ramadan, Allah SWT mengobral tiket ke surga dengan diskon gede-gedean. Artinya, kebangetan sekali kalau dengan Ramadan, kita tidak bisa masuk surga. Pertama, jiwa kita dikuatkan kecenderungannya untuk ibadah dan menjauhi maksiat. Kedua, aktor intelektual pengajak maksiat, yakni setan, dikerangkeng, meskipun memang masih ada pengikutnya dari kalangan manusia.

Artinya, hanya orang yang kebangetan yang masih bisa kena jebakan setan pada bulan suci. Ketiga, pahala amal ibadah ditingkatkan derajatnya berlipat-lipat. Keempat, doa-doa di bulan suci mustajab alias dikabulkan. Dan kelima, pintu surga dibuka lebar-lebar, sedang pintu neraka ditutup rapat. Tuh, kurang apa lagi coba!

Maka, kiranya kepada Allah SWT kita memohon agar Ramadan kali ini berbeda dengan Ramadan sebelumnya, dimana kita berharap agar Allah SWT betul-betul memberikan kita kesehatan. Juga kita diberikan keluangan waktu, pikiran yang tenang, dan hati yang segar. Agar kita bisa beribadah dengan betul-betul, berharap kita sungguh-sungguh menjalani ibadah kali ini.

Kalau bisa, pada Ramadan kali ini, yang biasanya tarawih bolong-bolong sekarang tarawih bisa pol, puasa juga sampai pol, shalat berjamaah juga bisa sampai pol, begitu pula tilawah Quran kita.

Ramadan adalah bulan penuh rahmat, yang dahulu selalu ditunggu-tunggu oleh para sahabat, dan mereka senantiasa berdoa agar Allah selalu memberikan kesempatan kepada mereka agar bisa menikmati karunia rahmat-Nya.

Adalah dalam bulan Ramadan Kitab suci Alquran pertama kali diturunkan untuk mengumumkan berakhirnya penderitaan umat manusia pada masa itu, yang terkekang dalam jerat perbudakan dan ketidakmengertian.

Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan juga ada di bulan ini, dan dalam bulan ini pula kemenangan pertama kali diraih oleh kaum muslimin dengan ditaklukannya Mekkah. Akan tetapi, salah satu dari peristiwa besar yang terdapat dalam bulan ini adalah puasa dan beberapa hikmah yang bisa diambil dari puasa itu sendiri.

Lihai atau lalai?
Pernahkah iseng-iseng bertanya pada diri kita sendiri: "Sudah berapa kali kita melalui Ramadan ini? Lalu apakah kita semakin lihai menghadapi Ramadhan yang tiap tahun kita temui atau sebaliknya malah menjadikan kita lalai?"

Saudara, jika kita mengendarai motor, maka semakin sering kita mengendarainya maka kita akan semakin lihai. Begitu juga perkerjaan yang lainnya. Jika sering kita lakukan maka kepandaian kita akan bertambah akan perkerjaan tersebut.

Harusnya logika yang sama juga berlaku pada bulan Ramadan kan? Banyak dari kita mungkin yang sudah puluhan tahun ketemu dengan bulan Ramadan ini. Namun apakah itu menjadikan kita lihai atau malah lalai memasuki bulan yang mulia ini?

Berapa kali kita khatamkan Alquran pada Ramadan? Bertambahkah setiap tahunnya atau malah mandeg di situ-situ saja? Juga sudah semakin ikhlaskah dan tidak merasa berat lagi ketika harus mengeluarkan materi yang kita punya untuk bersedekah pada bulan Ramadan kali ini? ini pertanyaan yang harus sering-sering kita utarakan pada jiwa kita.

Jangan deh kita sampai jadi orang merugi, yaitu orang-orang yang amalannya pada hari ini sama dengan hari kemaren. Seorang muslim itu harusnya progresif. Selalu ada kemajuan dalam hidupnya. Bukan malah kemunduran. Begitulah sejatinya seorang muslim.

Jangan juga puasa kita termasuk kedalam puasa yang hanya menahan lapar dan haus saja. Gak ada nilai pahalanya. Karena disaat bersamaan, kita juga melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabrani)

Stop deh kita yang punya kebiasaan ngomongin orang, suka berucap gak jujur, dan juga perbuatan-perbuatan maksiat. Stop dah di bulan Ramadan ini dan pertahankan pada bulan-bulan setelah Ramadan.

Saudaraku, janganlah kita sia-siakan puasa kita dengan hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Marilah kita menjauhi berbagai hal yang dapat mengurangi kesempurnaan pahala puasa kita.

Sungguh sangat merugi orang yang melewatkan ganjaran yang begitu melimpah dari puasa yang dia lakukan. Renungi baik-baik firman Allah SWT dalam hadis Qudsi berikut ini: “Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), ‘Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.’” (HR. Muslim).

Lihat untuk amalan lain selain puasa akan diganjar dengan 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Namun, lihatlah pada amalan puasa, khusus untuk amalan ini Allah sendiri yang akan membalasnya. Suka-suka Allah membalasnya. gak terbatas.

Jadi, yuk jangan lagi sia-siakan Ramadan kali ini. Isi hari-hari di bulan suci ini dengan amalan yang bermanfaat, bukan dengan perbuatan yang sia-sia atau bahkan mengandung maksiat. Perbanyak deh berderma, membaca Alquran, banyak berzikir dan itikaf di bulan Ramadan.

Fadhilah sedekah
Puasa Ramadan, digabungkan dengan sedekah, merupakan perpaduan luar biasa. ‘’Siapa ahli puasa, ia dipanggil dari pintu surga Ar-Rayyan. Dan, siapa ahli sedekah, ia dipanggil dari pintu sedekah," kata Rasulullah SAW sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra.

Abu Bakar ra bertanya, "Duhai Rasulullah, apakah ada orang yang dipanggil dari seluruh pintu surga itu?" Ya, jawab Nabi. ‘’Dan aku berharap engkau termasuk golongan mereka."

Masya Allah, dipanggil masuk surga dari dua pintu? Padahal, dari satu pintu pun, dan pintu apapun, niscaya semua manusia riang gembira memasuki surga.

Saking mempesonanya jalinan Ramadan dan sedekah, sehingga Rasulullah yang maksum pun getol melakukannya. Ibnu Abbas ra berkata, ‘’Rasulullah SAW manusia paling dermawan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadan ketika Jibril menemuinya untuk mengajari Alquran pada tiap malam. Kedermawanan Rasulullah SAW saat itu lebih baik daripada hembusan angin sepoi-sepoi’’ (HR Bukhari dengan 1/30 Fath dan Muslim no 2307).

Menurut hadits riwayat Baihaqi dari Aisyah ra, "Jika memasuki Bulan Ramadan, Rasulullah SAW membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang yang meminta."

Ramadan plus sedekah semakin luar biasa dahsyat ditambah salat malam (tarawih dan tahajud). Kata Rasulullah SAW, “Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam, dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan salat di kala kebanyakan manusia tidur” (HR At Tirmidzi no1984, Ibnu Hibban di Al Majruhin 1/317).

Jangan puas sampai di situ. Shaimin dan shaimat yang berhalangan puasa, masih bisa memetik ganjarannya. Dan yang tiada halangan, dapat pula menggandakan ganjaran puasanya.

Caranya mudah. Ikutilah pesan Rasulullah SAW: “Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya” (HR At Tirmidzi no 807).

Dalam hadis lain disebutkan: “Siapa yang menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, niscaya ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun” (HR Ahmad dan An-Nasai).

USTAZ YUSUF MANSUR
Pengasuh Ponpes Daarul Quran
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2357 seconds (0.1#10.140)