Cinta dan Patah Hati dalam Puisi Arab dan Muslim

Kamis, 03 Agustus 2023 - 11:52 WIB
loading...
Cinta dan Patah Hati dalam Puisi Arab dan Muslim
Patah hati adalah akhir yang lebih umum daripada bahagia selamanya di sebagian besar epos udhri (Mohamad Elaasar/MEE)
A A A
Kisah cinta memiliki tempat khusus dalam budaya Timur Tengah . Sering kali diturunkan dari generasi ke generasi melalui mulut ke mulut. Mereka melayani peran didaktik dalam cara mereka mengajar pendengar tentang berbagai jenis cinta dan yang terpenting, tentang patah hati .

Nyatanya, patah hati adalah akhir yang lebih umum daripada "bahagia selamanya" di sebagian besar epos berbahasa Arab, dengan kekasih sering dipisahkan karena persaingan suku dan status sosial.

"Kedalaman linguistik bahasa Arab telah memainkan peran penting dalam meningkatkan seni mendongeng," tulis Indlieb Farazi Sabre dalam artikelnya berjudul "Why love always hurts in udhri poetry" yang dilansir Middle East Eye (MEE).



Penyair kuno seperti Imru' al-Qais dan Antarah Ibn Shaddad melukiskan gambaran puitis yang memungkinkan mereka mendiskripsikan berbagai tahap cinta, dengan jelas melukiskan emosi yang terkait.

Mereka dan penyair lain dari periode pra-Islam mampu menyusun cita-cita cinta romantis Arab dengan cara yang terus mempengaruhi puisi Arab dan Muslim hingga saat ini.

Gaya khas kisah cinta yang muncul di Arab abad keenam adalah gaya Jamil Al-Udhri (w. 701 M), yang kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah dan Asia Tengah seiring dengan kebangkitan Islam.

"Kisah cinta udhri menekankan pengertian tentang kehormatan dan kesucian dalam hubungan romantis, membedakannya dari penggambaran cinta yang khas, yang memasukkan unsur erotis," ujar Sabre.

Meskipun tidak ada padanan bahasa Inggris yang tepat untuk cinta udhri, itu telah dibandingkan dengan cinta sopan dalam literatur Prancis dan Inggris kuno. Konsep ini melibatkan pelamar laki-laki yang mengungkapkan pengabdian yang tak tergoyahkan kepada kekasihnya, seringkali merupakan versi ideal dari arketipe feminin, tanpa mengharapkan keintiman fisik.



Dalam bukunya, Falsafa al-Hubb ind al Arab (Filsafat Cinta Orang Arab), penulis dan filsuf Lebanon pertengahan abad ke-20, Abd al-Lateef Sharara, menggambarkan cinta udhri sebagai "cinta perawan", yang berasal dari komposisi puisi suci di antara suku-suku Arab.

“Cinta platonis adalah abstraksi filosofis murni, sedangkan cinta udhri adalah peristiwa sosio-historis yang dirasakan oleh masing-masing pecinta Arab… Yang pertama adalah sebuah ide, sedangkan yang terakhir adalah kehidupan, dan perbedaan antara ide dan kehidupan sangatlah besar,” tulis Sharara.

Para sufi, yang dikenal dengan introspeksi spiritualnya, juga merenungkan cinta udhri sebagai simbol cinta ilahi, mengaitkannya dengan pencarian abadi untuk hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1376 seconds (0.1#10.140)