Kisah Bijak Para Sufi: Anjing dan Keledai

Jum'at, 31 Juli 2020 - 06:00 WIB
loading...
Kisah Bijak Para Sufi: Anjing dan Keledai
Ilustrasi keledai/Ist
A A A
SUATU hari, seorang lelaki yang telah menemukan cara memahami arti suara-suara binatang, sedang berjalan menyusuri jalan desa.

Di tengah jalan, ia melihat seekor keledai, yang baru saja meringkik, dan di sebelahnya ada seekor anjing yang menyalak keras-keras.



Ketika ia mendekat, ia bisa menangkap arti sahut-sahutan suara tersebut.

"Huh, dari tadi kau bicara terus tentang rumput dan padang rumput, sedangkan aku hanya ingin dengar tentang kelinci dan tulang, bosan ah!" kata anjing itu.

Lelaki itu tak tahan tidak berkomentar. "Tetapi yang utama adalah kegunaan jerami, seperti juga, fungsi daging," sergahnya.



Kedua binatang itu menoleh kepadanya sejenak. Anjing itu menyalak sengit sehingga suara orang itu pun tak kedengaran dan keledai menyepak sekerasnya dengan kaki belakangnya hingga orang itu jatuh terjerembab.

Kemudian, mereka kembali cekcok.


===
Idries Shah dalam Tales of The Dervishes diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi menjelaskan kisah ini, yang menyerupai salah satu kisah Rumi, adalah fabel dari koleksi terkenal milik Majnun Qalandar, yang mengembara selama empat puluh tahun pada abad ketiga belas, menceritakan kisah teladan di pasar-pasar.

Beberapa orang mengatakan bahwa ia benar-benar gila (sesuai dengan arti namanya); yang lain beranggapan bahwa ia termasuk salah seorang di antara 'Yang Berubah' --yang menyebarkan pemahaman tentang hubungan antara segala sesuatu yang oleh orang biasa dianggap terpisah. ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1260 seconds (0.1#10.140)