Kisah Nabi Musa Sakit Gigi dan Dahsyatnya Kekuasaan Allah
loading...
A
A
A
Kisah Nabi Musa 'alaihissalam menderita sakit gigi termasuk di antara tanda-tanda kebesaran Allah yang patut kita renungi. Perkara sakit merupakan sunnatullah karena semua manusia pernah merasakannya termasuk para Nabi.
Nabi Musa adalah salah satu dari lima Rasul bergelar Ulul 'Azmi. Keistimewaan Beliau bisa berbicara langsung dengan Allah 'Azza wa Jalla sehingga dijuluki Kaliimullah (كليم الله). Setiap kali hendak bermunajat, Nabi Musa naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah beliau berbicara, bertanya dan Allah akan menjawab pada waktu itu juga. Inilah satu kelebihan beliau dari Nabi lainnya.
Dikisahkan dalam Kitab Tafsir Mafatihul Ghaib karya Imam Fakhruddinar-Razi, suatu hari Nabi Musa mengadukan derita sakit giginya kepada Allah 'Azza wa Jalla. Lalu Allah memerintahkan untuk mengambil beberapa helai rumput di suatu tempat.
"Letakkan rumput itu pada gigimu yang nyeri," kata Allah. Seketika sakit gigi Nabi Musa mereda.
Setelah beberapa waktu berlalu, sakit gigi Nabi Musa kembali kambuh. Tanpa mengadu kepada Allah, Nabi Musa langsung menuju padang rumput yang pernah didatangi beberapa waktu silam. Lalu beliau mengobati giginya dengan rumput seperti praktik yang pernah dilakukannya.
Bukannya sembuh, malah sakit giginya semakin menjadi (parah). Nabi Musa pun bermunajat lagi kepada Allah:
Nabi Musa berkata: "Ya Tuhanku, bukankah Engkau memerintahkanku dan menunjukkanku (rumput) itu untuk mengobati sakit gigiku?"
Lalu Allah menjawab: "Ya Musa, Aku-lah penyembuh. Aku-lah pemberi kebaikan. Aku-lah yang mendatangkan mudharat. Aku pula yang mendatangkan kemaslahatan. Pada sakitmu yang pertama, engkau mendatangi-Ku. Karenanya, Aku sembuhkan penyakitmu. Tetapi kali ini, kau langsung mendatangi rumput itu, bukanmendatangi-Ku."
Hikmah di balik kisah ini, Allah ingin mengajarkan kepada hamba-Nya bahwa setiap kali sakit, langkah yang pertama yang dituju adalah Allah, meskipun kita sudah mengetahui obat dari penyakit tersebut. Sebab, yang memberi kesembuhan itu adalah Allah Yang Maha Kuasa, sedangkan obat hanyalah media dan wasilah saja.
Betapa dahsyatnya kekuatan berpasrah diri dan tawakkal kepada Allah. Sejatinya seorang mukmin harus menggantungkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk.
Wallahu A'lam
Nabi Musa adalah salah satu dari lima Rasul bergelar Ulul 'Azmi. Keistimewaan Beliau bisa berbicara langsung dengan Allah 'Azza wa Jalla sehingga dijuluki Kaliimullah (كليم الله). Setiap kali hendak bermunajat, Nabi Musa naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah beliau berbicara, bertanya dan Allah akan menjawab pada waktu itu juga. Inilah satu kelebihan beliau dari Nabi lainnya.
Dikisahkan dalam Kitab Tafsir Mafatihul Ghaib karya Imam Fakhruddinar-Razi, suatu hari Nabi Musa mengadukan derita sakit giginya kepada Allah 'Azza wa Jalla. Lalu Allah memerintahkan untuk mengambil beberapa helai rumput di suatu tempat.
"Letakkan rumput itu pada gigimu yang nyeri," kata Allah. Seketika sakit gigi Nabi Musa mereda.
Setelah beberapa waktu berlalu, sakit gigi Nabi Musa kembali kambuh. Tanpa mengadu kepada Allah, Nabi Musa langsung menuju padang rumput yang pernah didatangi beberapa waktu silam. Lalu beliau mengobati giginya dengan rumput seperti praktik yang pernah dilakukannya.
Bukannya sembuh, malah sakit giginya semakin menjadi (parah). Nabi Musa pun bermunajat lagi kepada Allah:
Nabi Musa berkata: "Ya Tuhanku, bukankah Engkau memerintahkanku dan menunjukkanku (rumput) itu untuk mengobati sakit gigiku?"
Lalu Allah menjawab: "Ya Musa, Aku-lah penyembuh. Aku-lah pemberi kebaikan. Aku-lah yang mendatangkan mudharat. Aku pula yang mendatangkan kemaslahatan. Pada sakitmu yang pertama, engkau mendatangi-Ku. Karenanya, Aku sembuhkan penyakitmu. Tetapi kali ini, kau langsung mendatangi rumput itu, bukanmendatangi-Ku."
Hikmah di balik kisah ini, Allah ingin mengajarkan kepada hamba-Nya bahwa setiap kali sakit, langkah yang pertama yang dituju adalah Allah, meskipun kita sudah mengetahui obat dari penyakit tersebut. Sebab, yang memberi kesembuhan itu adalah Allah Yang Maha Kuasa, sedangkan obat hanyalah media dan wasilah saja.
Betapa dahsyatnya kekuatan berpasrah diri dan tawakkal kepada Allah. Sejatinya seorang mukmin harus menggantungkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk.
Wallahu A'lam
(rhs)