Kisah Amr bin Ash Menaklukkan Barqah dan Tripoli Tanpa Perlawanan
loading...
A
A
A
Amr bin Ash adalah sahabat Nabi Muhammad SAW . Beliau dikenal sebagai pahlawan penakluk Mesir . Lebih dari itu, menurut Muhammad Husein Haekal , ia juga penakluk Yerusalem.
Nah, setelah Amr menaklukkan Mesir, ia sempat istirahat terlebih dahulu. Hanya saja, menurut perhitungannya pihak Romawi masih menyimpan kekuatan di Barqah (Barca, Cyrenaica) dan di Tripoli (Tarabulus). Bukan tak mungkin mereka akan bertahan di sana dan mengintai sampai ada kesempatan mengadakan pembalasan dan kembali ke Mesir.
"Karenanya setelah ia yakin di Mesir sudah stabil, ia bergerak dengan sejumlah kekuatan, keluar dari Iskandariah ke Sirenaika," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah Teladan Mendalam tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa itu" (Pustaka Litera AntarNusa, 2000).
Menurutnya, jalan antara kedua kota itu bukan padang sahara yang tandus seperti keadaannya sekarang, tetapi daerah itu merupakan tanah subur, di kanan kirinya rimbun dengan berbagai tanaman, buah-buahan dan kebun-kebun anggur serta keramaian yang terus-menerus.
Dengan demikian perjalanan pasukan berkuda Muslimin ke Sirenaika itu dianggap sebagai suatu pesiar yang menarik. Dalam perjalanan itu dapat dikatakan ia tidak menemui perlawanan yang berarti. Rupanya ini berkesudahan dengan jalan damai setelah ada perlawanan kecil-kecilan, dan setuju membayar jizyah 13.000 dinar setahun.
Kota Barqah atau Sirenaika ini termasuk wilayah Tripoli, menggunakan nama sebuah kota yang sekarang ditempati oleh Banu Gazi.
Ibn Duqmaq berkata: Kota-kota di wilayah ini banyak yang ramai, dengan sungai-sungai dan pepohonan. Penduduknya padat dan banyak tanah perkebunannya yang menghasilkan tanaman safron. Disebutkan bahwa banyak pedagang yang mundar-mandir ke Barqah, sebab tidak sedikit jenis barang dagangan dari barat dan timur yang masuk ke kota ini, dan tidak banyak kota di Magrib yang seperti ini.
Oleh karena itu tidak heran setelah tercapai persetujuan, para petugas dari Muslimin akan memasuki daerah itu untuk memungut jizyah, sebab jizyah itu akan dikirim kepada Amr di Mesir melalui tangan rombongan penduduk.
Menurut Haekal, yang aneh lagi mengenai persetujuan itu, seperti diceritakan, bahwa penduduknya dibolehkan menjual anak untuk membayar jizyah.
Kebenaran ini tak dapat ditafsirkan lain daripada, bahwa menjual anak untuk membayar utang menurut adat mereka memang dibenarkan. Kaum Muslimin pun tidak mengharamkannya, kecuali bagi orang yang sudah masuk Islam.
Besar kemungkinan bahwa anak-anak mereka itu tidak setuju dengan sistem ini, terbukti dari apa yang disebutkan Yaqut, bahwa kebanyakan orang di Barqah sudah masuk Islam.
Amr berangkat dari Barqah ke Tripoli yang merupakan sebuah dermaga yang kuat sekali dengan penjagaan sebuah garnisun dari Romawi dan di sekitarnya terdapat persediaan makanan yang disimpan dalam benteng.
Setelah melihat kedatangan pasukan Muslimin, pintu-pintu benteng itu segera mereka tutup. Dalam keadaan mereka serupa itu, sementara menunggu kedatangan bala bantuan melalui laut, mereka mengadakan konsolidasi untuk menghadapi pengepungan yang akan dilancarkan pihak musuh.
Beberapa minggu sudah berlalu, namun bantuan belum juga datang. Dalam pada itu pasukan Arab sudah tahu bahwa kota itu tidak diperkuat dari jurusan laut. Beberapa orang anggota pasukan menyusup dari arah itu dan berteriak mengumandangkan takbir.
Buat pasukan Romawi itu tak ada jalan lain daripada melarikan diri ke kapal-kapal dengan meninggalkan kota di tangan para penjaganya untuk membukakan pintu, dan Amr pun masuk memimpin angkatan bersenjatanya.
Beberapa kesatuan pergi menyebarkan rasa takut dalam hati penduduk wilayah itu. Tak ada jalan lain di seluruh kawasan itu kecuali menyerah.
Amr menulis surat kepada Amirulmukminin Umar bin Khattab , meminta izin akan meneruskan perjalanan ke Tunis dan ke seberangnya di Afrika Utara. Tetapi karena tidak diizinkan, ia kembali ke Barqah dan disambut oleh kabilah Berber, kabilah terbesar di sana yang kemudian menyatakan kesetiaannya. Sesudah ia yakin tentang habisnya kerajaan Romawi dari seluruh kawasan itu ia bertolak kembali ke Iskandariah dengan membawa tawanan dan rampasan perang.
Nah, setelah Amr menaklukkan Mesir, ia sempat istirahat terlebih dahulu. Hanya saja, menurut perhitungannya pihak Romawi masih menyimpan kekuatan di Barqah (Barca, Cyrenaica) dan di Tripoli (Tarabulus). Bukan tak mungkin mereka akan bertahan di sana dan mengintai sampai ada kesempatan mengadakan pembalasan dan kembali ke Mesir.
"Karenanya setelah ia yakin di Mesir sudah stabil, ia bergerak dengan sejumlah kekuatan, keluar dari Iskandariah ke Sirenaika," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah Teladan Mendalam tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa itu" (Pustaka Litera AntarNusa, 2000).
Menurutnya, jalan antara kedua kota itu bukan padang sahara yang tandus seperti keadaannya sekarang, tetapi daerah itu merupakan tanah subur, di kanan kirinya rimbun dengan berbagai tanaman, buah-buahan dan kebun-kebun anggur serta keramaian yang terus-menerus.
Dengan demikian perjalanan pasukan berkuda Muslimin ke Sirenaika itu dianggap sebagai suatu pesiar yang menarik. Dalam perjalanan itu dapat dikatakan ia tidak menemui perlawanan yang berarti. Rupanya ini berkesudahan dengan jalan damai setelah ada perlawanan kecil-kecilan, dan setuju membayar jizyah 13.000 dinar setahun.
Kota Barqah atau Sirenaika ini termasuk wilayah Tripoli, menggunakan nama sebuah kota yang sekarang ditempati oleh Banu Gazi.
Ibn Duqmaq berkata: Kota-kota di wilayah ini banyak yang ramai, dengan sungai-sungai dan pepohonan. Penduduknya padat dan banyak tanah perkebunannya yang menghasilkan tanaman safron. Disebutkan bahwa banyak pedagang yang mundar-mandir ke Barqah, sebab tidak sedikit jenis barang dagangan dari barat dan timur yang masuk ke kota ini, dan tidak banyak kota di Magrib yang seperti ini.
Oleh karena itu tidak heran setelah tercapai persetujuan, para petugas dari Muslimin akan memasuki daerah itu untuk memungut jizyah, sebab jizyah itu akan dikirim kepada Amr di Mesir melalui tangan rombongan penduduk.
Menurut Haekal, yang aneh lagi mengenai persetujuan itu, seperti diceritakan, bahwa penduduknya dibolehkan menjual anak untuk membayar jizyah.
Kebenaran ini tak dapat ditafsirkan lain daripada, bahwa menjual anak untuk membayar utang menurut adat mereka memang dibenarkan. Kaum Muslimin pun tidak mengharamkannya, kecuali bagi orang yang sudah masuk Islam.
Besar kemungkinan bahwa anak-anak mereka itu tidak setuju dengan sistem ini, terbukti dari apa yang disebutkan Yaqut, bahwa kebanyakan orang di Barqah sudah masuk Islam.
Amr berangkat dari Barqah ke Tripoli yang merupakan sebuah dermaga yang kuat sekali dengan penjagaan sebuah garnisun dari Romawi dan di sekitarnya terdapat persediaan makanan yang disimpan dalam benteng.
Setelah melihat kedatangan pasukan Muslimin, pintu-pintu benteng itu segera mereka tutup. Dalam keadaan mereka serupa itu, sementara menunggu kedatangan bala bantuan melalui laut, mereka mengadakan konsolidasi untuk menghadapi pengepungan yang akan dilancarkan pihak musuh.
Beberapa minggu sudah berlalu, namun bantuan belum juga datang. Dalam pada itu pasukan Arab sudah tahu bahwa kota itu tidak diperkuat dari jurusan laut. Beberapa orang anggota pasukan menyusup dari arah itu dan berteriak mengumandangkan takbir.
Buat pasukan Romawi itu tak ada jalan lain daripada melarikan diri ke kapal-kapal dengan meninggalkan kota di tangan para penjaganya untuk membukakan pintu, dan Amr pun masuk memimpin angkatan bersenjatanya.
Beberapa kesatuan pergi menyebarkan rasa takut dalam hati penduduk wilayah itu. Tak ada jalan lain di seluruh kawasan itu kecuali menyerah.
Amr menulis surat kepada Amirulmukminin Umar bin Khattab , meminta izin akan meneruskan perjalanan ke Tunis dan ke seberangnya di Afrika Utara. Tetapi karena tidak diizinkan, ia kembali ke Barqah dan disambut oleh kabilah Berber, kabilah terbesar di sana yang kemudian menyatakan kesetiaannya. Sesudah ia yakin tentang habisnya kerajaan Romawi dari seluruh kawasan itu ia bertolak kembali ke Iskandariah dengan membawa tawanan dan rampasan perang.
(mhy)