Nashruddin Sering Mainkan Peranan Orang yang Belum Tercerahkan

Senin, 10 Agustus 2020 - 08:53 WIB
loading...
A A A
Meskipun demikian ia menjadi semakin makmur dan mencolok. Pada saatnya ia berhenti dan pindah ke negeri lain. Di tempat baru ini ia sudah bertahun-tahun, dimana salah satu petugas bea cukai bertemu dengannya.

"Sekarang Anda bisa menceritakan kepadaku, Nashruddin!" ucapnya. "Apa sebenarnya yang Anda selundupkan dulu, sehingga kami tidak pernah bisa menangkapnya?"

"Keledai," jawab Nashruddin.



Cerita ini juga menekankan salah satu dari kandungan besar sufisme --bahwa pengalaman yang tidak biasa dan tujuan mistik merupakan sesuatu yang lebih dekat kepada manusia dibanding yang disadari. Anggapan bahwa sesuatu yang esoteris atau transenden pastilah jauh atau rumit telah dianut oleh orang-orang bodoh. Dan orang semacam ini tidak memiliki syarat untuk memberikan penilaian terhadap persoalan. Ini menjadi " jauh" hanya dalam arah yang tidak ia sadari.

Nashruddin, seperti sufi lainnya, tidak merusak kaidah-kaidah zamannya. Tetapi Ia menambahkan suatu dimensi baru bagi kesadarannya, dengan menolak menerima terhadap tujuan-tujuan khusus dan terbatas. Bahwa kebenaran, katakanlah demikian, merupakan sesuatu yang bisa diukur sebagaimana sesuatu yang lain.



Apa yang disebut oleh masyarakat sebagai kebenaran adalah relatif pada situasi mereka. Dan ia tidak bisa menekannya sampai menyadarinya.

Salah satu cerita Nashruddin, salah satu yang paling cerdik, memperlihatkan bahwa sampai seseorang bisa melihat melalui kebenaran relatif, maka tidak ada kemajuan bisa dibuat.

Suatu hari Nashruddin duduk di pengadilan. Raja mengeluh bahwa para pejabatnya tidak jujur. "Paduka," ucap Nashruddin, terdapat kebenaran dan kejujuran. Orang harus mempraktikkan kebenaran sejati, sebelum mereka bisa menggunakan kebenaran relatif. Mereka selalu mencoba-coba cara lain. Akibatnya adalah bahwa mereka berlaku lancang dengan kebenaran buatan-manusia, sebab secara naluri mereka mengetahui bahwa itu hanyalah suatu ciptaan (manusia)."

bagian ( 1 ) dan ( 2 )

Raja menganggap hal ini terlalu rumit, "Sesuatu harus benar atau salah. Aku akan membuat orang berkata jujur dan dengan praktik ini mereka akan terbiasa jujur."

Ketika gerbang kota dibuka pada esok harinya, sebuah gantungan telah dipasang, yang dipimpin oleh seorang kapten dari pengawal istana. Sebuah pengumuman dilontarkan:

"Siapa saja yang memasuki kota, pertama-tama harus menjawab benar pertanyaan yang akan dikemukakan kepadanya oleh kapten pengawal."



Nashruddin, yang tengah menunggu di luar, maju pertama.

Kapten tersebut berkata, "Mau ke mana engkau? Jawab dengan jujur -- alternatifnya adalah hukuman mati dengan digantung."

"Aku akan," jawab Nashruddin, "digantung di atas tiang gantungan itu."

"Aku tidak mempercayaimu."

"Jika demikian, baiklah. Jika aku berdusta, gantung aku."
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1709 seconds (0.1#10.140)