Nashruddin, ketika menyeberangi perairan yang ganas bersama seorang sarjana yang berpola pikir kaku dan formalistik, mengatakan sesuatu kepadanya yang secara kaidah bahasa tidak sesuai. "Apakah Anda tidak pernah belajar kaidah-kaidah?" tanya si sarjana tersebut.
"Tidak," jawab Nashruddin.
"Maka separo kehidupan Anda sia-sia," ucapnya kepada Nashruddin seraya bertanya, "Apakah Anda pernah belajar berenang?"
Baca Juga:
"Tidak, mengapa?"
"Maka seluruh kehidupan Anda sia-sia -- kita tengah tenggelam." (Baca juga: Pada Fase Tertentu Manusia Dapat Terbang dengan Kekuatannya Sendiri )
Idries Shah dalam The Sufis yang diterjemahkan M. Hidayatullah dan Roudlon, S.Ag. menjadi Mahkota Sufi : Menembus Dunia Ekstra Dimensi, berpendapat Ini merupakan penekanan terhadap sufisme sebagai suatu aktivitas praktis, seraya menolak bahwa pemikiran formal bisa sampai pada kebenaran, dan pola pemikiran yang diperoleh dari dunia biasa (pengalamannya) bisa diterapkan pada realitas yang sesungguhnya, yang bergerak ke dimensi lainnya.
Hal ini terlihat, bahkan lebih diperkuat oleh sebuah cerita konyol yang dilontarkan di sebuah warung teh, sebuah istilah tempat Sufi untuk pertemuan para darwis. Seorang pendeta masuk dan berkata:
Baca juga: Tradisi Alkimia Masuk ke Barat Melalui Sumber-Sumber Arab