Syaikh Imran Hosein: Raja Najasyi Belum Masuk Islam ketika Meninggal
loading...
A
A
A
Benarkah Raja Najasyi (Negus) Abyssinia (sekarang Ethiopia ) belum masuk Islam ketika meninggal dunia? Lalu, mengapa Rasulullah SAW menyalatinya begitu mendengar beliau wafat?
Syaikh Imran Nazar Hosein dalam bukunya yang diterjemahkan Yanti Sumara berjudul "Konstantinopel Dalam Al-Qur'an" (Eskatopedia, 2020) menyebutkan bahwa tidak ada sama sekali pernyataan dari Nabi Muhammad yang melakukan salat jenazah bahwa Najasyi telah meninggalkan keyakinannya kepada Yesus sebagai anak Tuhan, atau bahwa dia berhenti menyembah Yesus. Tidak pula juga mendapatkan bukti dari masyarakat Kristen di mana dia adalah pemimpinnya.
"Jika tidak ada bukti dari dua sumber utama ini, bukti dari sumber-sumber sekunder yang bias untuk kepentingan pribadi tidaklah memiliki nilai ilmiah," katanya.
Syaikh Imran menjelaskan hal itu ketika mencontohkan orang-orang Kristen yang menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada Islam dan Muslim pada masa awal Islam.
Kala itu, Raja Najasyi menolak permintaan Makkah untuk pemulangan umat Islam (yang menjadi budak atau semi-budak) telah melarikan diri dari siksaan dan penindasan Makkah dan berlindung di Abyssinia.
"Bahkan, ketika Najasyi meninggal dan berita kematiannya sampai kepada Nabi Muhammad di Madinah, beliau melaksanakan salat jenazah ghaib baginya," ujar Syaikh Imran.
Dengan demikian, katanya, beliau mengakui Najasyi sebagai seorang Kristen yang beriman kepada Allah terlepas dari kepercayaan Kekristenannya.
Di sisi lain, Syaikh Imran juga menganalisis akan adanya umat Kristen seperti itu pasti akan muncul sekali lagi dalam proses sejarah dalam satu kurun waktu yang akan menandingi kemunculan Yahudi Zionis di zaman modern ini yang menunjukkan kebencian terhadap Islam dan umat Islam yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kebencian ini sangat nyata dalam penindasan biadab mereka terhadap warga Gaza yang tidak berdosa di Tanah Suci. Lantas, umat Kristen mana yang dianggap Syaikh Imran dalam ayat tersebut?
Beliau menganggap mereka adalah umat Kristen yang melestarikan tradisi monastisisme (kerahiban), dan para rahibnya menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang kepada Islam dan umat Muslim.
Menurutnya, ini tentunya bukan kekristenan Barat yang sebagian besar telah meninggalkan kerahiban dan jalan hidup monastis. Mereka adalah umat Kristen tanpa adanya arogansi dalam perilaku mereka. Ini juga mengecualikan orang-orang Kristen yang mendirikan peradaban Barat modern dengan sebuah agenda arogan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu memaksakan kekuasaannya yang tidak berperi-keadilan dan menindas untuk menjajah umat manusia di seluruh dunia.
Mereka adalah umat Kristen yang terang-terangan menampilkan diri sebagai "umat Kristen". Ini akan mengecualikan umat Kristen yang telah disekularisasi oleh peradaban Barat modern dan yang menjadi tanda pengenal utamanya adalah bangsa atau negara mereka dan bukan agama mereka.
Mereka tidak mungkin hanya segelintir umat Kristen yang berpencaran, mereka menyembah Allah seperti yang tertulis dalam Al-Qur'an dan karena itu tidak menyembah Yesus sebagai orang ketiga dari Trinitas; dan mereka tidak mengatakan bahwa Allah memiliki anak, dan lain sebagainya.
Mereka justru merupakan komunitas Kristen yang lengkap dengan para pendeta dan rahibnya sehingga begitu mudah untuk diidentifikasi.
Syaikh Imran Nazar Hosein dalam bukunya yang diterjemahkan Yanti Sumara berjudul "Konstantinopel Dalam Al-Qur'an" (Eskatopedia, 2020) menyebutkan bahwa tidak ada sama sekali pernyataan dari Nabi Muhammad yang melakukan salat jenazah bahwa Najasyi telah meninggalkan keyakinannya kepada Yesus sebagai anak Tuhan, atau bahwa dia berhenti menyembah Yesus. Tidak pula juga mendapatkan bukti dari masyarakat Kristen di mana dia adalah pemimpinnya.
"Jika tidak ada bukti dari dua sumber utama ini, bukti dari sumber-sumber sekunder yang bias untuk kepentingan pribadi tidaklah memiliki nilai ilmiah," katanya.
Syaikh Imran menjelaskan hal itu ketika mencontohkan orang-orang Kristen yang menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada Islam dan Muslim pada masa awal Islam.
Kala itu, Raja Najasyi menolak permintaan Makkah untuk pemulangan umat Islam (yang menjadi budak atau semi-budak) telah melarikan diri dari siksaan dan penindasan Makkah dan berlindung di Abyssinia.
"Bahkan, ketika Najasyi meninggal dan berita kematiannya sampai kepada Nabi Muhammad di Madinah, beliau melaksanakan salat jenazah ghaib baginya," ujar Syaikh Imran.
Dengan demikian, katanya, beliau mengakui Najasyi sebagai seorang Kristen yang beriman kepada Allah terlepas dari kepercayaan Kekristenannya.
Di sisi lain, Syaikh Imran juga menganalisis akan adanya umat Kristen seperti itu pasti akan muncul sekali lagi dalam proses sejarah dalam satu kurun waktu yang akan menandingi kemunculan Yahudi Zionis di zaman modern ini yang menunjukkan kebencian terhadap Islam dan umat Islam yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kebencian ini sangat nyata dalam penindasan biadab mereka terhadap warga Gaza yang tidak berdosa di Tanah Suci. Lantas, umat Kristen mana yang dianggap Syaikh Imran dalam ayat tersebut?
Beliau menganggap mereka adalah umat Kristen yang melestarikan tradisi monastisisme (kerahiban), dan para rahibnya menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang kepada Islam dan umat Muslim.
Menurutnya, ini tentunya bukan kekristenan Barat yang sebagian besar telah meninggalkan kerahiban dan jalan hidup monastis. Mereka adalah umat Kristen tanpa adanya arogansi dalam perilaku mereka. Ini juga mengecualikan orang-orang Kristen yang mendirikan peradaban Barat modern dengan sebuah agenda arogan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu memaksakan kekuasaannya yang tidak berperi-keadilan dan menindas untuk menjajah umat manusia di seluruh dunia.
Mereka adalah umat Kristen yang terang-terangan menampilkan diri sebagai "umat Kristen". Ini akan mengecualikan umat Kristen yang telah disekularisasi oleh peradaban Barat modern dan yang menjadi tanda pengenal utamanya adalah bangsa atau negara mereka dan bukan agama mereka.
Mereka tidak mungkin hanya segelintir umat Kristen yang berpencaran, mereka menyembah Allah seperti yang tertulis dalam Al-Qur'an dan karena itu tidak menyembah Yesus sebagai orang ketiga dari Trinitas; dan mereka tidak mengatakan bahwa Allah memiliki anak, dan lain sebagainya.
Mereka justru merupakan komunitas Kristen yang lengkap dengan para pendeta dan rahibnya sehingga begitu mudah untuk diidentifikasi.
(mhy)