Akhlak, Quraish Shihab: Kebajikan Lebih Dahulu Menghiasi Diri Manusia

Rabu, 17 Juli 2024 - 14:21 WIB
loading...
Akhlak, Quraish Shihab:...
Prof Quraish Shihab. Foto: Ist
A A A
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran .

Prof Dr M Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007) menjelaskan yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4. Ayat tersebut dinilai sebagai konsiderans pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul.

"Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung." ( QS Al-Qalam [68] : 4).

Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi SAW, dan salah satunya yang paling populer adalah, "Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia".



Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas, yakni akhlak sebagai kelakuan, kata Quraish, kita selanjutnya dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam, dan bahwa firman Allah berikut ini dapat menjadi salah satu argumen keaneka-ragaman tersebut.

"Sesungguhnya usaha kamu (hai manusia) pasti amat beragam." ( QS Al-Lail [92] : 4).

Keanekaragaman tersebut dapat ditinjau dari berbagai sudut, antara lain nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta dari objeknya, yakni kepada siapa kelakuan itu ditujukan.

Baik dan Buruk

Para filosof dan teolog sering membahas tentang arti baik dan buruk, serta tentang pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan itu merupakan hasil pilihan atau perbuatan manusia sendiri, ataukah berada di luar kemampuannya?

Kita dapat berkata bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita akui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik, dan juga sebaliknya.



Ini berarti bahwa manusia memiliki kedua potensi tersebut. Terdapat sekian banyak ayat Al-Quran yang dipahami menguraikan hal hakikat ini, antara lain:

"Maka Kami telah memberi petunjuk (kepada)-nya (manusia) dua jalan mendaki (baik dan buruk)" ( QS Al-Balad [90] : 10).

"...dan (demi) jiwa serta penyempurnaaaan ciptaannya, maka Allah mengilhami (jiwa manusia) kedurhakaan dan ketakwaan." ( QS Asy-Syams [91] : 7-8).

Quraish Shihab mengatakan walaupun kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam Al-Quran bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan.

Al-Quran surat Thaha (20) : 121 menguraikan bahwa Iblis menggoda Adam sehingga, "... durhakalah Adam kepada Tuhannya dan sesatlah ia."



Redaksi ini menunjukkan, kata Quraish, bahwa sebelum digoda oleh Iblis, Adam tidak durhaka, dalam arti, tidak melakukan sesuatu yang buruk, dan bahwa akibat godaan itu, ia menjadi tersesat. Walaupun kemudian Adam bertobat kepada Tuhan, sehingga ia kembali lagi pada kesuciannya.

Quraish Shihab mengatakan kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari persamaan konsep-konsep pokok moral pada setiap peradaban dan zaman.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4401 seconds (0.1#10.140)