Profil Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal yang Jadi Menteri Agama Kabinet Merah Putih
loading...
A
A
A
Nasaruddin Umar yang merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal telah resmi menjadi Menteri Agama menggantikan Yaqut Cholil Qoumas setelah dilantik pada 21 Oktober 2024.
Sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar dianggap memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk menjabat sebagai Menteri Agama . Jika dilihat dari rekam jejaknya selama ini, Umar bukanlah orang baru di lingkungan Kementerian Agama.
Mengingat di tahun 2011 hingga 2014, dirinya sempat dipercaya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi Wakil Menteri Agama.
Dalam riwayat pendidikannya, Umar berhasil memperoleh gelar Sarjana Muda dari Fakultas Syari’ah IAIN Alauddin Ujung Pandang tahun 1980. Ia juga sukses meraih gelar Sarjana Lengkap (Sarjana Teladan) di universitas yang sama pada tahun 1984.
Pendidikannya berlanjut ke jenjang DS2, dimana dia berhasil meraih gelar magister dari IAIN syarif Hidayatullah Jakarta pada 1992, dan bahkan gelar doktor dari universitas yang sama pada tahun 1998.
Selama studi S3, dia sempat menjadi salah satu mahasiswa yang menjalani Program PhD di Universitas McGill, Montreal, Kanada dari 1993 hingga 1994. Serta menjadi salah satu mahasiswa yang menjalani Program Phd di Universitas Leiden, Belanda (1994-1995).
Setelah mendapatkan gelar doktor, ia pernah menjadi sarjana tamu di Sophia University, Tokyo (2001), sarjana tamu di SOAS University of London (2001-2002), dan sarjana tamu di Georgetown University, Washington DC (2003-2004).
Untuk riwayat kariernya, Umar telah beberapa kali menduduki posisi strategis. Dirinya pernah ditunjuk menjadi Pembantu Rektor III UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun 2000.
Umar juga sempat menjadi Ketua Program studi Agama dan Perempuan, bidang kajian wanita program pasca Sarjana UI Jakarta di tahun 2001.
Pada tanggal 3 November 2019, dalam Musyawarah Nasional (Munas) BP4 XVI di Jakarta, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. terpilih sebagai Ketua Umum BP4 periode 2019-2024.
Hingga pada tahun 2020, Umar dipercaya untuk mengemban amanah sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta. Keputusan itu tercantum dalam Kepres RI No. 31/M Tahun 2020.
Sejumlah posisi yang juga pernah diduduki oleh Umar antara lain, Komisaris PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), Komisaris Bank Mega Syariah, Dewan Redaksi Jurnal Islam FUTURA, hingga Staf ahli PSW IAIN Sunan Kalijaga.
Tidak hanya aktif dalam berkarier, ia juga aktif dalam berorganisasi. Dirinya adalah pendiri organisasi lintas agama untuk Masyarakat Dialog antar Umat Beragama dan pernah menjabat sebagai Dirjen di Departemen Agama.
Dia juga adalah anggota dari Tim Penasehat Inggris-Indonesia yang didirikan oleh mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair.
Banyak karya ilmiah tentang Islam yang telah diciptakan sebagai sumbangan yang tak ternilai untuk dunia Islam Indonesia dan beliau juga adalah penulis dari 12 buku diantaranya Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Quran (Paramadina, 1999), yang menjabarkan hasil penelitian mengenai bias gender dalam Quran.
Sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar dianggap memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk menjabat sebagai Menteri Agama . Jika dilihat dari rekam jejaknya selama ini, Umar bukanlah orang baru di lingkungan Kementerian Agama.
Mengingat di tahun 2011 hingga 2014, dirinya sempat dipercaya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi Wakil Menteri Agama.
Profil Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar lahir pada 23 Juni 1959, di Ujung, Dua Boccoe, Bone, Sulawesi Selatan. Dirinya menghabiskan waktu di kota kelahiran ketika masih muda, mulai dari bersekolah di SDN Ujung-Bone hingga lulus dari Pesantren As’adiyah Sengkang di 1976.Dalam riwayat pendidikannya, Umar berhasil memperoleh gelar Sarjana Muda dari Fakultas Syari’ah IAIN Alauddin Ujung Pandang tahun 1980. Ia juga sukses meraih gelar Sarjana Lengkap (Sarjana Teladan) di universitas yang sama pada tahun 1984.
Pendidikannya berlanjut ke jenjang DS2, dimana dia berhasil meraih gelar magister dari IAIN syarif Hidayatullah Jakarta pada 1992, dan bahkan gelar doktor dari universitas yang sama pada tahun 1998.
Selama studi S3, dia sempat menjadi salah satu mahasiswa yang menjalani Program PhD di Universitas McGill, Montreal, Kanada dari 1993 hingga 1994. Serta menjadi salah satu mahasiswa yang menjalani Program Phd di Universitas Leiden, Belanda (1994-1995).
Setelah mendapatkan gelar doktor, ia pernah menjadi sarjana tamu di Sophia University, Tokyo (2001), sarjana tamu di SOAS University of London (2001-2002), dan sarjana tamu di Georgetown University, Washington DC (2003-2004).
Untuk riwayat kariernya, Umar telah beberapa kali menduduki posisi strategis. Dirinya pernah ditunjuk menjadi Pembantu Rektor III UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun 2000.
Umar juga sempat menjadi Ketua Program studi Agama dan Perempuan, bidang kajian wanita program pasca Sarjana UI Jakarta di tahun 2001.
Pada tanggal 3 November 2019, dalam Musyawarah Nasional (Munas) BP4 XVI di Jakarta, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. terpilih sebagai Ketua Umum BP4 periode 2019-2024.
Hingga pada tahun 2020, Umar dipercaya untuk mengemban amanah sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta. Keputusan itu tercantum dalam Kepres RI No. 31/M Tahun 2020.
Sejumlah posisi yang juga pernah diduduki oleh Umar antara lain, Komisaris PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), Komisaris Bank Mega Syariah, Dewan Redaksi Jurnal Islam FUTURA, hingga Staf ahli PSW IAIN Sunan Kalijaga.
Tidak hanya aktif dalam berkarier, ia juga aktif dalam berorganisasi. Dirinya adalah pendiri organisasi lintas agama untuk Masyarakat Dialog antar Umat Beragama dan pernah menjabat sebagai Dirjen di Departemen Agama.
Dia juga adalah anggota dari Tim Penasehat Inggris-Indonesia yang didirikan oleh mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair.
Banyak karya ilmiah tentang Islam yang telah diciptakan sebagai sumbangan yang tak ternilai untuk dunia Islam Indonesia dan beliau juga adalah penulis dari 12 buku diantaranya Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Quran (Paramadina, 1999), yang menjabarkan hasil penelitian mengenai bias gender dalam Quran.
Baca Juga
(wid)