Habib Geys Assegaf: Cara Menggapai Kemuliaan yang Sebenarnya

Sabtu, 29 Agustus 2020 - 16:33 WIB
loading...
Habib Geys Assegaf: Cara Menggapai Kemuliaan yang Sebenarnya
Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf, dai lulusan Al-Azhar Mesir. Foto/dok dompet dhuafa
A A A
Al-Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf, dai lulusan Al-Azhar Mesir mengajarkan cara menggapai kemuliaan yang sebenarnya. Habib Geys menyampaikan tausiyahnya di Masjid Al-Ijtihad Tangerang belum lama ini.

Beliau menukil perkataan Imam Ibnu Atha'illah as-Sakandari : "Kalau memang kamu ingin kemuliaanmu tiada akhir, maka janganlah kamu memuliakan dirimu dengan sesuatu yang pasti berakhir. Setiap orang itu pasti ingin mulia, maka orang-orang yang mencari kemuliaan hanya berada dalam dua keadaan. Ada yang kemuliaannya itu terbatas, ada yang kemuliaannya tidak terbatas sama sekali." ( )

Kemuliaan yang terbatas dan sirna itu yaitu orang yang mencari kemuliaan semata-mata dengan dunia, membangga-banggakan harta, jabatan, karir, status sosial, banyaknya rumah, mobil. Ituah kemuliaan yang pasti sirna. Tapi ada kemuliaan yang gak akan sirna meski orangnya sudah meninggal. Kemuliaan apa itu? Kemuliaan yang disandarkan kepada Allah subhanahu wa Ta'ala. Akan tetapi banyak orang yang tertipu."

( )

Imam Ibnu Atha'illah mengatakan penyebab tertipunya orang: "Bagaimana mungkin ada orang yang hatinya ingin bercahaya sementara cermin yang ada di dalam hatinya semuanya terpenuhi oleh gambar-gambar makhluk yang dia lihat dengan matanya." ( )

Imam Ibnu Atha'illah menggambarkan hati kita ini seperti cermin. Cermin itu kalau misalkan kita lempari dengan sesuatu yang dapat mengotorinya, sebening apapun warna wajah kita, seterang apapun cahaya yang menerpa cermin itu maka dia tidak akan bisa memantulkan gambarnya.

"Saya mudahkan gambaran hati itu seperti handphone. Kok bisa Bib? Handphone punya kapasitas memori yang terbatas, kalau handphone itu kita pakai untuk memfoto hal-hal yang tidak diridhai Allah hingga akhirnya memorinya habis, saat memorinya habis kita tidak bisa lagi memasukkan sesuatu yang diridhai Allah, begitu juga hati. Kalau batin kita dipenuhi dengan gambar-gambar makhluk yang semua itu berasal dari penglihatan kita, maka mustahil batin kita bercahaya," terang Habib Geys.

Bagaimana mungkin seseorang menjadi mulia karena ruh itu sifatnya naik ke atas, sementara nafsunya mengikat dan mengekang jiwanya ke bawah. Nafsu hakikatnya selalu menarik manusia untuk menjadi hina, maka dalam keadaan apapun jangan pernah pasrah kecuali kepada Allah Ta'ala. (Baca Juga: Habib Geys Assegaf: Hati-hati dalam Memilih Guru)

"Ikhtiar boleh, tapi batin harus pasrah kepada Allah Ta'ala. Bagaimana mungkin orang masuk kehadirat Allah, mau melakukan salat dengan istimewa, wudhu' dengan istimewa, membaca Al-Qur'an dengan istimewa, menuntut ilmu dengan istimewa, tetapi batinnya masih dalam keadaan junub," kata Habib Geys.

( )

Wallahu Ta'ala A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1478 seconds (0.1#10.140)