Tak Sedikit Umat Islam yang Mengingkari Mukjizat Rasulullah (1)

Minggu, 06 September 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
"Atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat bertatap muka dengan kami." (QS Al-Isra':92).

أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَىٰ فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّىٰ تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ ۗ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا

"Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca. Katakanlah, 'Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi Rasul'." (QS Al-Isra': 93).

Di tempat lain, Allah Taala menyebut hal-hal yang mencegah turunnya tanda-tanda alamiah yang mereka usulkan. Firman Allah SWT:

مَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالْآيَاتِ إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ ۚ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا ۚ وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا

"Dan sekali-kali tidak ada yang menghalang-halangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang yang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti." (QS Al-Isra': 59).

Dalam surat lain Allah menolak permintaan turunnya tanda-tanda yang lain dengan mengatakan bahwa Al-Qur'an sendiri sudah cukup untuk menjadi tanda bagi Muhammad SAW.

Allah Ta'ala berfirman:

أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَىٰ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

"Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Alkitab (Al-Qur'an), sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman." (QS Al-Ankabut: 51).

Hikmah Ilahiah telah menghendaki mukjizat Muhammad SAW merupakan mukjizat akliah dan moral, bukan mukjizat kongkrit dan material. Hal itu dimaksudkan supaya lebih layak dengan kemanusiaan setelah melewati tahap-tahap masa kanak-kanaknya dan lebih layak dengan tabiat risalah penutup yang kekal.

Mukjizat-mukjizat nyata berakhir begitu ia terjadi. Adapun mukjizat akliah, ia akan tetap kekal.

Hal itu dikuatkan oleh hadis dalam Shahih Bukhari dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Tidak ada seorang Nabi di antara Nabi-nabi yang diutus, melainkan ia diberi tanda-tanda (mukjizat) dan kepadanya manusia beriman, tetapi apa yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diturunkan Allah kepadaku. Maka, aku berharap menjadi Nabi yang terbanyak pengikutnya di antara mereka pada hari Kiamat." (H.r. Bukhari).

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi, yang mendorong orang untuk mengambil sikap tersebut ada dua perkara:



1. Terpukaunya manusia di zaman kita ini oleh berbagai ilmu pengetahuan (sains) yang berdiri di atas kenyataan, sebab-sebab dan keharusan pengaruhnya pada musababnya, sehingga sebagian orang mengira bahwa kelaziman akal tidak dapat luput dalam suatu keadaan. Maka, api harus membakar, pisau harus memotong, benda mati tidak mungkin berubah menjadi hewan, dan orang meninggal tidak mungkin dapat hidup kembali.

2. Sifat berlebihan pada jenis pertama dalam menetapkan peristiwa-peristiwa luar biasa sebagaimana perkara hak dan batil, hingga nyaris membatalkan hukum sebab-sebab dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah bagi alam semesta ini. (Bersambung)
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1078 seconds (0.1#10.140)