Penggembala Merangkap Tukang Kayu yang Ahli Hikmah

Selasa, 31 Maret 2020 - 12:45 WIB
Penggembala Merangkap Tukang Kayu yang Ahli Hikmah
Penggembala Merangkap Tukang Kayu yang Ahli Hikmah
A A A
SUDAH menjadi kelaziman, pembaca qiroah Al-Qur'an akan memilih Surat Luqman ayat 13-19 saat prosesi acara aqiqah atau syukuran atas kelahiran seorang anak. Surat ini menjadi pilihan dengan harapan bahwa sang ayah nantinya dapat meneladani tokoh Luqman yang diabadikan wasiatnya dan sang anak juga dapat mengikuti petuah dan nasehat seperti halnya anak Luqman.

Secara tekstual ayat-ayat ini memang berbicara secara khusus tentang pesan Luqman dalam konteks mendidik anak sesuai dengan pesan Al-Qur’an. Apalagi pesan Luqman dalam surat ini sebenarnya adalah pesan Allah yang dibahasakan melalui lisan Luqman Al-Hakim sehingga sifatnya mutlak dan mengikat. Pesan Luqman dalam bentuk perintah berarti perintah Allah, demikian juga nasehatnya dalam bentuk larangan pada masa yang sama adalah juga larangan Allah yang harus dihindari.

Lalu, siapa sejatinya pria yang namanya diabadikan Allah dalam nama surat dalam Al-Qur'an itu?

Nama Luqman Al-Hakim dalam Al-Qur'an disebut sebanyak dua kali. Yakni pada surat Luqman [31] ayat 12-13. Para ulama memperdebatkan soal status dia: nabi, rasul, atau bukan. Kebanyakan ulama berpendapat Lukman bukan nabi tapi ahli hikmah.

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(QS Luqman [31]: 12).

بُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS Luqman [31]: 13).

Nabi, Rasul, Ahli Hikmah

Dalam Kitab Tauhid 2, karangan Tim Ahli Tauhid, yang diterjemahkan Agus Hasan Bashori, mendefinisikan nabi, menurut bahasa, nabi berasal dari kata نبأ و أنبأ yang berarti أخبر (mengabarkan). Jadi nabi adalah yang memberitakan dari Allah SWT dan ia diberi kabar dari sisi-Nya. Atau juga berasal dari kata نبا yang berarti علا و ارتفع (tinggi dan naik). Maka nabi adalah makhluk yang termulia dan tertinggi derajat atau kedudukannya.

Sedangkan menurut istilah, nabi ialah seorang laki-laki yang diberi kabar (wahyu) oleh Allah SWT berupa syari’at yang dahulu (sebelumnya), ia mengajarkan kepada orang-orang di sekitarnya dari umatnya (penganut syari’at ini).

Sedangkan rasul secara bahasa ialah orang yang mengikuti berita-berita orang yang mengutusnya; diambil dari ungkapan جاءت الإبل رسلا (unta itu datang secara beriringan). Rasul adalah nama bagi risalah atau bagi yang diutus.

Menurut istilah, rasul ialah seorang laki-laki merdeka yang diberi wahyu oleh Allah dengan membawa syari’at dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umatnya, baik orang yang tidak ia kenal maupun yang memusuhinya.

Banyak nama nabi dan rasul yang disebut dalam Alquran. Sedikitnya ada 25 nabi dan rasul yang wajib diimani. Sebagaimana disebutkan Syekh Ahmad Marzuqy dalam kitabnya Aqidah al-Awwam dan Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani dalam Nur az-Zhalam, jumlah nabi adalah sebanyak 124 ribu dan rasul ada 313. Keduanya mengutip pendapat Ibnu Katsir yang bersumber dari hadis riwayat Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar RA.

Sementara itu, Syeikh Al-Bajuri berpendapat, jumlah nabi dan rasul itu tidak terbatas. Pendapat yang sahih mengenai jumlah para nabi dan rasul adalah dengan tidak membatasi jumlahnya dalam hitungan tertentu, karena hal itu bisa menetapkan kenabian pada seorang yang kenyataannya bukan nabi atau sebaliknya menabikan kenabian pada seorang yang realitasnya dia benar-benar nabi.”

Keterangan Bajuri ini bersumber pada Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 164.

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ

Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.

Selain Lukman, dalam Al-Qur'an juga terdapat beberapa nama yang diperselisihkan, apakah mereka itu seorang nabi, rasul, atau bukan, misalnya Dzulqarnayn dan Imran.

Tentang Lukman, Ibnu Katsir dalam kitabnya Bidayah wa an-Nihayah dan Tafsir Ibnu Katsir, berpendapat, nama panjangnya ialah Luqman bin ‘Anqa' bin Sadun, sedangkan anaknya bernama Taran, demikian pula menurut As-Suhaili.

Sementara itu, Syauqi Abu Khalil dalam kitabnya Athlas Al-Qur’an menyebutkan, Luqman adalah putra saudara perempuan Ayyub atau putra bibinya. Namun, ada juga yang berpendapat Luqman hidup hingga Nabi Daud AS diutus menjadi seorang rasul.

Mayoritas ulama berpendapat, Luqman seorang ahli hikmah karena dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Allah memberikan hikmah kepadanya. Selain itu, ia terkenal dengan nasihat kepada anaknya untuk berbakti kepada kedua orang dan tidak menyekutukan Allah.
Ibnu Abbas dalam Mausu’ah al-Qarn al’Isyrin VIII/370 meriwayatkan, Luqman hanya seorang penggembala yang dimerdekakan oleh majikannya. Dia juga tukang kayu. Bertubuh pendek dan berhidung mancung. Tempat tinggalnya di Habsyi.

Riwayat lain menyebutkan, ia berasal dari Nuba dan ada yang berpendapat berasal dari Sudan. Lalu, ada pula yang berpendapat Luqman seorang hakim di zaman Nabi Daud.

Lidah dan Hati

Pada suatu hari majikannya pernah menyuruhnya untuk menyembelih seekor kambing dan memintanya untuk mengeluarkan salah satu gumpalan daging yang paling baik dari kambing tersebut. Luqman pun mengeluarkan lidah dan hati dari tubuh kambing tersebut.
Kemudian, selang beberapa hari, sang majikan menyuruhnya kembali untuk melakukan hal yang sama dan memintanya untuk mengeluarkan gumpalan daging yang paling buruk dari kambing tersebut. Luqman kemudian memberikan lidah dan hati.

Dengan penuh keheranan, sang majikan menanyakan alasan Luqman melakukan hal itu. Luqman menjawab, "Kedua bagian itu adalah yang paling enak jika ia benar-benar baik. Ia menjadi paling tidak enak atau buruk, jika keduanya itu buruk.”

Siapa pun yang menyebutkan Luqman seorang ahli hikmah, itu karena di antara kata-kata bijak yang disampaikan Luqman adalah, "Diam itu hikmah, tapi hanya sedikit sekali pelakunya.”

Jalaluddin Rumi dalam karyanya yang berjudul al-Matsnawi mengisahkan bahwa meskipun Luqman hanya seorang budak, tetapi ia memiliki derajat yang tinggi di sisi tuan-nya. Oleh sebab itu, sang tuan selalu membagi apa pun pemberian orang dengan Luqman.

Suatu hari, sang tuan mendapatkan hadiah semangka dari seseorang. Ia tidak langsung memakannya, tetapi memberikan irisan semangka terbaik terlebih dahulu kepada Luqman. Luqman menyantap irisan semangka itu dengan sangat lahap dan nikmat. Hal ini membuat sang tuan tergoda untuk mencicipi semangka tersebut, sebagaimana Luqman.

Ketika sang tuan mulai menggigit irisan semangka tersebut, ia sangat terkejut dan langsung memuntahkannya karena rasa dari semangka tersebut sangat pahit. “Wahai Luqman, semangka ini memiliki rasa yang sangat pahit. Apakah ini semangka yang sama dengan semangka yang kau makan?” tanya sang majikan.

“Tentu tuan, semangka yang hamba makan sama persis dengan semangka yang tuan makan,” jawab Lukman.

“Lalu mengapa kau justru sangat menikmatinya, sedangkan aku merasa tersiksa karena rasa pahitnya?” tanya sang tuan kembali.

Lukman menjawab, “Sungguh tidak pantas hamba mengeluh atas kemurahan hati dan kasih sayang yang telah tuan berikan kepada hamba. Tuan memberi semangka kepada hamba atas dasar kasih sayang dan ketulusan, sehingga sangat tidak pantas jika hamba membalasnya dengan mengeluh atas rasa pahit semangka tersebut”.

Jawaban Luqman lagi-lagi membuat sang tuan terkagum-kagum dengan kebijaksanaannya. Memang, secara tampilan luar Luqman adalah budak, tetapi dalam hal ini Luqman telah menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang tuan.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4760 seconds (0.1#10.140)