5 Sikap Terbaik Menyikapi Wabah Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah

Rabu, 23 September 2020 - 21:43 WIB
loading...
5 Sikap Terbaik Menyikapi Wabah Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah
Pengasuh Rumah Fiqih Indonesia (RFI), Ustaz Ahmad Sarwat Lc MA. Foto/dok RFI
A A A
Wabah Corona atau Covid-19 merupakan fenomena unik yang terjadi di masa sekarang. Berbeda dengan pandemi lainnya, pandemi ini terjadi secara cepat menyebar ke seluruh penjuru muka bumi tanpa bisa dihindari.

Tak hanya Indonesia, seluruh dunia pun ikut merasakan dampaknya. Bagi umat Islam, wabah Covid-19 ini memberi ujian besar terutama dalam menjalankan ibadah Haji dan Umrah. Pemandangan Masjid Al-Haram pun menjadi unik, aktivitas tawaf (mathaf) kosong melompong. Belum lagi dampak sosial yang memporak-porandakan ekonomi masyarakat. Semuanya tentu kehendak Allah Ta'ala karena Dialah pemilik kerajaan langit dan bumi. ( )

Lalu, bagaimanakah sikap bijaksana dalam menghadapi wabah seperti ini? Dalam Buku "Memetik Hikmah di Tengah Wabah" Ustaz Ahmad Sarwat menyampaikan 5 sikap terbaik yang diajarkan Al-Qur'an dan Sunnah . (Baca Juga: Cara Orang Beriman Menghadapi Wabah dan Doa Para Nabi)

1. Berprasangka Baik Kepada Allah Ta'ala
Yang pertama kali sebagai seorang muslim kita tetap harus berprasangka baik kepada Allah Ta'ala, khususnya ketika sedang menghadapi bala' dan bencana. Allah Ta'ala berfirman: "(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka." (QS. Al-Ahzab: 10)

Hal itu juga disebutkan dalam Hadits Qudsi berikut ini: "Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku, karenanya hendaklah ia berprasangka semaunya kepada-Ku." Jika kita berprasangka buruk, maka kita pun akan mengalami keburukan. Sebaliknya, kalau kita berprasangka baik, tentu Allah Ta'ala pun akan memberikan yang terbaik buat kita.

2. Optimis dan Berkata Baik
Kita tetap wajib bersikap optimistis dalam menghadapinya dan berucap kata-kata yang baik. Hal ini sebagaimana diajarkan oleh Nab i صلى الله عليه وسلم dalam hadits dari Anas bin Malik radhiyallahuanhu. "Tidaklah penyakit menular tanpa izin Allah dan tidak ada pengaruh dikarenakan seekor burung, tetapi yang mengagumkanku ialah al-Fa'lu (optimisme), yaitu kalimah hasanah atau kalimat thayyibah (kata-kata yang baik)." (HR. Al-Bukhari,Muslim)

Para ahli medis mengatakan bahwa salah satu faktor yang memicu penyembuhan para pasien korban Covid-19 adalah mentalitas yang optimis serta tidak stress. Yang dibicarakan bukan angka-angka korban kematian, melainkan angka-angka kesembuhan. Selain itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga melarang kita untuk berbicara yang tidak baik. Kalau tidak bisa membicarakan yang baik-baik saja, maka sebaiknya diam saja. "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." (HR. Bukhari Muslim)

3. Kewajiban Menghindari Wabah
Hal pertama yang mesti dilakukan seorang muslim dalam menghadapi wabah penyakit setelah ia menata akidahnya adalah berikhtiyar semaksimal mungkin untuk menghindarinya. Bahkan sikap ini merupakan perintah langsung dari Rasululla h صلى الله عليه وسلم dan juga sekaligus diamalkan oleh beliau "Dan larilah dari penyakit lepra sebagaimana engkau lari dari kejaran singa." (HR. Al-Bukhari)

Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhu telah meriwauatkan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Tha'un (penyakit menular/wabah kolera) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya." (HR. Bukhari Muslim)

4. Tidak Membahayakan Orang Lain
Selain tidak boleh membahayakan diri sendiri, juga kita wajib menghidarkan diri dari melakukan halhal yang membahayakan orang lain. Keduanya menjadi satu hal yang satu paket, sebagaimana sabda Nabi dalam hadits riwayat Abu Said alKhudri radhiyallahuanhu. "Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain." (HR. Malik, Daruquthni, Hakim dan Baihaqi)

Sebisanya menjauhkan diri dari kerumuman atau perkumpulan. Menghindari kontak fisik dan wajib menjaga jarak selama masa penyebaran Covid-19 ini adalah bentuk nyata dari upaya agar kita tidak memberi madharat kepada orang lain. Masalahnya bukan sekadar agar kita tidak tertular dari orang lain, tetapi juga tidak menulari orang lain.

5. Wajib Mengupayakan Pengobatan
Syariah Islam telah memerintahkan kepada kita sebagai hamba Allah untuk selalu mengupayakan kesembuhan. Sebab setiap penyakit itu datangnya dari Allah Ta'ala. Dan Allah tidak pernah menurunkan suatu penyakit kecuali diturunkan juga obatnya. Maka tugas dan kewajiban kita adalah untuk menemukan obat dari suatu penyakit.

Perintah ini memang datang dari sisi Rasulullah صلى الله عليه وسلم : "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah 'azza wa Jalla." (HR. Muslim). Jadi penyakit itu harus diupayakan obatnya dan bukan hanya didiamkan saja. Benar bahwa tubuh kita punya zat antibodi yang bisa melawan penyakit. Namun bukan berarti kita tidak perlu berobat.

Itulah 5 sikap terbaik seorang muslim sebagaimana diajarkan Al-Qur'an dan Sunnah. Kita berdoa semoga Allah Ta'ala berkenan mengangkat wabah ini. ( )
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1144 seconds (0.1#10.140)