Revolusi Ala Erdogan dan Harapan Umat

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 16:21 WIB
loading...
A A A
Erdogan tidak memutuskan untuk mendirikan dan memimpin negara Turki di atas dasar dan hukum agama (Islam). Tapi dia berhasil menghapuskan banyak bentuk aturan yang semena-mena, di mana Islam telah menjadi korban di bawah pemerintahan sekuler Ataturk. Dan semua itu merendahkan dan menghinakan agama secara nyata.

Erdogan membalik semua itu. Dimulai dari masalah-masalah akidah dan keimanan, yang berujung pada terbentuknya karakter masyarakat yang solid dalam keislaman. Dan tentunya melalui ketaatan ubudiyah dan syiar-syiar agama lainnya.

Erdogan paham bahwa Islam lebih besar dari sekadar sebuah pemerintahan. Lebih tinggi dari sekedar perundang-undangan yang kaku. Tapi memerlukan sistim pemerintahan yang adil, yang tidak melakukan tekanan dan diskriminasi bahkan kepada lawannya.

Maka ditata aturan-aturan itu dengan penuh kehati-hatian. Dilonggarkan segala aturan yang tadinya secara ketat menekan praktek-praktek keagamaan tanpa merubah pada tataran formalitasnya.

Bahkan rumah-rumah pelacuran tidak sekaligus ditutup. Tapi pembangunan ekonomi umat diperkuat. Didukung oleh pembangunan sekolah-sekolah Islam yang dipermudah dan difasilitasi. Sehingga dengan sendirinya berbagai maksiat itu termarjinalkan.

Para ateis tidak juga dikriminalkan. Tapi dilakukan adalah mempermudah bagi berdirinya sekolah-sekolah penghafal Al-Qur'an (Tahfidz). Seraya membuka lebar pintu-pintu segala bentuk keilmuan Islam untuk pendalaman iman dan Islam.

Erdogan tidak memaksa wanita-wanita Turki untuk memakai hijab. Tapi memberikan izin kepada para wanita yang berhijab untuk masuk sekolah dan universitas-universitas.

Sungguh Erdogan telah berhasil membebaskan agama (Islam) dari penjara sekularisme tanpa memenjarakan sekularisme itu sendiri. Menjadikan nilai-nilai dan prinsip, keyakinan dan pemikiran Islam menjadi senyawa dengan masyarakat.

Sehingga pada akhirnya semangat Islam, prinsip-prinsip dan nilai-nilainya mengalir kembali dalam pori-pori negara dan bangsa Turki . Dan inilah sesungguhnya esensi sebuah revolusi dan perubahan. Dan semua itu terjadi tanpa setitik darah yang mengalir.

Memang Turki adalah karunia Tuhan yang unik. Keindahan alam, dengan strategi geografis yang mempertemukan Asia dan Eropa, koneksinya mengglobal. Tentu dengan sejarah masa lalu yang mengagumkan.

Tentu harapan besar saya dan kita semoga Turki semakin kuat, memiliki "haebah" (kharisma) yang lebih sehingga mampu melakukan langkah-langkah kongkrit membantu menyelesaikan penderitaan Umat yang tiada di akhir di berbagai belahan dunia.

Salah satunya tentunya adalah penderitaan Saudara-Saudara kita di Palestina. Dan lebih khusus lagi perjuangan membebaskan Kota Suci ketiga Islam (Jerusalem).

Tapi apakah itu memungkinkan? Apalagi dalam kapasitas Turki sebagai anggota NATO (North Atlantic Treaty Organization), di mana Amerika kerap mendominasi. Dengan Donald Trump mengakui Jerusalem sebagai Ibukota Israel, dan konsesi barteran dalam masalah perbatasan Suriah dan masalah Kurdi menambah kerumitan itu.

Tapi lebih khusus lagi Turki adalah satu dari segelintir negara-negar Muslim yang telah memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Tentu semakin rumit...Kita tunggu saja dobrakan Erdogan ke depan! ( )

Whatever, bravo Erdogan!
Dubai, 15 Oktober 2020
Revolusi Ala Erdogan dan Harapan Umat
(rhs)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0890 seconds (0.1#10.140)