Salah Besar Jika Pejabat Menganggap Dirinya Lebih Mulia dari Ulama

Minggu, 18 Oktober 2020 - 09:00 WIB
loading...
Salah Besar Jika Pejabat Menganggap Dirinya Lebih Mulia dari Ulama
Beruntunglah kaum yang memuliakan para ulama, sebab ulama adalah pewaris para Nabi. Foto/Ist
A A A
Sungguh kekeliruan besar jika ada pejabat menganggap dirinya lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya dari ulama. Menghinakan para ulama dan orang saleh dapat mendatangkan bala . Salah satu musibah di zaman ini adalah ketika masyarakat lebih memuliakan pejabat daripada ulama .

Ulama dan orang-orang saleh membawa keberkahan di tengah masyarakat. Mereka adalah permata, matahari bagi kegelapan, serta mereka adalah sebab tidak turunnya azab dan bala dari Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ

"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka..." (Surah Al-Anfaal: Ayat 33).

Ulama tafsir mengatakan, selagi ajaran Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dihidupkan oleh para ulama , maka Allah tak akan menurunkan azab. Begitu pula dengan adanya orang-orang saleh yang mengikuti Nabi صلى الله عليه وسلم adalah sebab tidak turunnya azab. ( )

Ada satu hadis Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم:

وعن جابر بن عبد الله قال : قال رسول الله صلى الله وسلم : (إن الله ليصبح بصلاح الرجل المسلم ولده وولد ولده وأهل دويرته ودويرات حوله ولا يزالون فى حفظ الله عز وجل ما دام فيهم)

Singkat hadis ini dimaknai bahwa Allah Ta'ala akan menjaga suatu kaum selama orang saleh masih berada di antara mereka.

Dalam hadis lain disebutkan:

إن الله ليدفع بالمسلم الصالح عن مائة أهل بيت من جيرانه بلاء
[أخرجه الطبراني في الكبير و الأوسط]

"Sesungguhnya Allah Ta'ala akan menolak bala dari seratus keluarga tetangga orang saleh dengan sebab adanya orang saleh ini. Dengan sebab orang saleh, bala tak akan turun kepada tetangga-tetangga mereka."

Ketika ulama dan orang-orang saleh ada di antara kita, lalu kita memuliakannya, maka kita akan mendapat barokah dan merasakan ketenangan yang haqiqi.

Mari kita mengambil pelajaran dari sejarah umat para Nabi terdahulu yang merendahkan para Rasul yang dimuliakan Allah, na'udzubillahi min dzalik.

1. Umat Nabi Nuh menganggap Nabi Nuh sebagai manusia biasa:

فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ

"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". (Surah Huud: 27)

2. Umat Nabi Musa dan Nabi Harun Menganggap Keduanya sebagai manusia biasa:

فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ

"Dan mereka berkata: 'Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?" (Surah Al Mu'minuun: 47)

3. Umat Nabi Sholeh menganggap Nabi Sholeh sebagai manusia biasa:

مَا أَنْتَ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1440 seconds (0.1#10.140)