Hari Kedua Perang Kadisiah: Pasukan Persia Tanpa Gajah, Pasukan Muslim di Atas Angin

Senin, 19 Oktober 2020 - 10:25 WIB
loading...
A A A
Abu Mihjan as-Saqafi
Dalam pada itu Mihjan as-Saqafi masih diikat dalam penjara, karena kedapatan minum khamr. Sa’ad bin Abi Waqqash menghukumnya dengan memenjarakannya serta melarangnya untuk ikut berjihad.

Abu Mihjan ini termasuk kesatria Arab yang sudah mereka buktikan. Sesudah pertempuran makin menjadi-jadi dan takbir mereka terus-menerus menggema di telinganya, sambil menyeret belenggu yang mengikatnya itu ia berusaha menghampiri Sa’ad untuk meminta maaf dan minta dilepaskan. Tetapi Sa’ad menghardiknya dan menyuruhnya kembali. ( )

Abu Mihjan pergi menemui istrinya Salma binti Hafs. la meminta agar ikatannya itu dilepaskan dan meminjamkan si Balqa', kuda Sa’ad. la bersumpah, kalau Allah menyelamatkannya ia akan kembali dan akan memasang lagi belenggu itu di kakinya.

Tetapi Salma menjawab: Itu bukan urusan saya! Mihjan kembali dan tampak sedih sekali. Sambil melompat-lompat dengan belenggu di kaki ia membaca syairnya, yang intinya:

Betapa sedih hatiku membiarkan kuda dalam kandang
Dan aku dibiarkan terbelenggu begini
Bila sudah melesat menghadapi musuh
Aku tak lagi mendengar siapa pun.

Dulu, aku yang kaya raya, yang banyak saudara
Kini ditinggalkan sebatang kara.

Tetapi, apa pun akibatnya
Aku tak akan melanggar janjiku kepada Allah.

Mendengar pembacaan sajak itu Salma merasa kasihan. Ia berkata: "Saya telah memohon kepada Allah kiranya pilihanku diterima-Nya, maka kuterima janjimu. Ia pun dilepaskan. Sekarang kuda Balqa' itu dikeluarkan dari kandang. Ia pergi dengan kuda itu berikut senjatanya.



Ia menyeruak ke tengah-tengah barisan dan sambil bertakbir ia memacu kudanya, kadang ke sayap kanan, kadangkala ke sayap kiri dengan menggunakan pedang membabati musuh-musuhnya. Orang tidak tahu, siapa pahlawan ini. Mereka mengira dia anak buah Hasyim bin Utbah.

Sa’ad bin Abi Waqqas yang melihatnya hanya dari gedung berkata: "Kalau tidak karena Abu Mihjan sekarang masih dalam penjara, tentu kukatakan, ini Abu Mihjan, dan itu Balqa' kudaku."



Setelah selesai hari itu, ia kembali ke tempatnya semula dan kembali memasang belenggu di kakinya. Sa’ad masih penasaran. Ketika ia turun dan melihat kudanya basah oleh keringat, hal itu ditanyakannya.

Salma menceritakan segala yang sudah terjadi. Sa’ad merasa senang sekali dan Abu Mihjan pun dibebaskan.

Pertempuran hari itu berlangsung terus sampai malam hari dan pasukan Muslimin melihat ada peluang akan menang. Sampai berapa jauh kegembiraan mereka setelah itu kita dapat mengacu pada sumber-sumber para sejarawan. Mereka menyebutkan bahwa Qa'qa' sendiri ketika itu berhasil membunuh tiga puluh orang. Dengan tak adanya pasukan gajah itu pasukan Muslimin merasa diringankan, dan makin berani.



Sebaliknya pasukan Persia merasa dirinya bertambah lemah. Para sejarawan itu menambahkan bahwa sepupu-sepupu Qa'qa' menyelubungi seekor unta dan menutupi mukanya lalu disodorkan ke depan, yang oleh pasukan Persia dikira gajah. Pengaruhnya terhadap mereka ketika itu seperti pengaruh pasukan gajah terhadap pasukan Muslimin di Armas.

Melihat itu kuda Persia berlarian. Ketika itulah pasukan Muslimin mendapat kesempatan menghajar dan membantai anggota-anggota pasukan Persia. Begitu bersemangat sebagian anggota pasukan itu sampai-sampai ada yang menerobos masuk ke tengah-tengah barisan lawan dengan tujuan hendak membunuh Rustum.

Sesudah ia berada di dekatnya dan sudah siap menghantamkan pedangnya, dari pihak Persia ada yang tampil menghadang dan Rustum diselamatkan.
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1462 seconds (0.1#10.140)