Inilah Penyebab Hati Tidak Merasakan Manisnya Iman
loading...
A
A
A
Hati yang bersih, membuat kita bisa merasakan manisnya iman . Iman harus selalu menyertai, sebab kalau iman ini tidak ada, maka kita menjadi orang yang tidak beriman. Sehingga orang yang bisa merasakan manisnya iman, dia akan menjadi orang yang bahagia selalu. Dan orang yang bisa merasakan manisnya iman adalah orang yang hatinya bersih.
(Baca juga : Mengenakan Pakaian Populer, Makruh atau Haram? )
Sebaliknya, hati yang kotor maka sudah pasti kita pun tak akan merasakan manisnya iman itu. Kenapa hati kita kotor dan apa penyebabnya? Menurut Ustadz DR. Musyaffa Ad-Dariny, hati bisa menjadi kotor karena dua sebab. Penyebab pertama dari hati kotor itu adalah kotoran dosa dan sebab yang kedua adalah kotoran penyakit hati .
(Baca juga : Bolehkah Seorang Istri Menunda Kehamilan? )
Kotoran hati ini bisa menjadikan hati kita tertutup. Sehingga hati tersebut tidak bisa merasakan manisnya iman. Tidak bisa merasakan kebahagiaan dalam menjalani agama Allah subhanahu wa ta’ala. Padahal hati yang bersih adalah penentu baiknya seseorang.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah jantung(hati)” (HR. Bukhari dan Muslim).
(Baca juga : Lelaki Penggoda dan Hukumannya )
Muslimah, ketika hati kita bersih, hati kita baik, maka seluruh jasad kita akan menjadi baik. Amal-amal kita akan menjadi baik. Kita berfikir juga dengan baik. Maka dari itu hati adalah penentu dari baiknya kepribadian seseorang. Inilah hati yang menjadi penentu baiknya seseorang. Kalau hati buruk, orangnya pun akan menjadi buruk.
Ustadz asal Jepara Jawa Tengah yang rutin mengisi kajian di jaringan dakwah muslim ini mengibaratkan, hati adalah ibarat raja. Ketika raja adalah seorang yang saleh, baik, taat, maka yang diperintahkan adalah sesuatu yang baik. Sehingga masyarakatnya akan menjadi masyarakat yang baik.
(Baca juga : Anies Perpanjang Masa PSBB Transisi Jakarta hingga 8 November 2020 )
Kalau ada hal-hal yang buruk, raja tersebut akan melarang dan berusaha untuk menghilangkannya. Sebaliknya jika rajanya buruk, maka yang keluar dari lisannya juga buruk. Kebijakan-kebijakannya juga akan menjadi buruk. Kalau ada kebaikan, tentu dia tidak menginginkannya. Bahkan kalau bisa, yang terjadi adalah sesuatu yang memuaskan nafsunya.
Begitupula hati, apabila hati kita baik, bersih, maka jasad kita pun akan seperti itu. Namun jika hati kita kotor, hati kita buta, maka perintah-perintahnya pun akan tidak jelas dan tidak baik.
(Baca juga : Ekspor ke Negara Islam Surplus USD2,2 Miliar, Apa Saja Produknya? )
Orang yang hatinya bersih akan menjadi orang yang paling mulia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu pernah ditanya, “Siapakah yang paling mulia dari manusia?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab:
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ
“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bersih hatinya dan selalu benar atau jujur lisannya.” Kemudian mereka para sahabat berkata, mengenai jujur atau benar lisannya, kami sudah mengetahuinya, tetapi apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?” Beliau menjawab, “Yaitu seseorang yang bertakwa dan bersih, yang tidak terdapat kedurhakaan dan kezaliman padanya, tidak iri hati (hasad), dan juga tidak dengki.”. (HR. Ibnu Majah)
(Baca juga : Munarman FPI Pastikan Beri Bantuan Pengacara untuk Gus Nur )
Wallahu A'lam
(Baca juga : Mengenakan Pakaian Populer, Makruh atau Haram? )
Sebaliknya, hati yang kotor maka sudah pasti kita pun tak akan merasakan manisnya iman itu. Kenapa hati kita kotor dan apa penyebabnya? Menurut Ustadz DR. Musyaffa Ad-Dariny, hati bisa menjadi kotor karena dua sebab. Penyebab pertama dari hati kotor itu adalah kotoran dosa dan sebab yang kedua adalah kotoran penyakit hati .
(Baca juga : Bolehkah Seorang Istri Menunda Kehamilan? )
Kotoran hati ini bisa menjadikan hati kita tertutup. Sehingga hati tersebut tidak bisa merasakan manisnya iman. Tidak bisa merasakan kebahagiaan dalam menjalani agama Allah subhanahu wa ta’ala. Padahal hati yang bersih adalah penentu baiknya seseorang.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah jantung(hati)” (HR. Bukhari dan Muslim).
(Baca juga : Lelaki Penggoda dan Hukumannya )
Muslimah, ketika hati kita bersih, hati kita baik, maka seluruh jasad kita akan menjadi baik. Amal-amal kita akan menjadi baik. Kita berfikir juga dengan baik. Maka dari itu hati adalah penentu dari baiknya kepribadian seseorang. Inilah hati yang menjadi penentu baiknya seseorang. Kalau hati buruk, orangnya pun akan menjadi buruk.
Ustadz asal Jepara Jawa Tengah yang rutin mengisi kajian di jaringan dakwah muslim ini mengibaratkan, hati adalah ibarat raja. Ketika raja adalah seorang yang saleh, baik, taat, maka yang diperintahkan adalah sesuatu yang baik. Sehingga masyarakatnya akan menjadi masyarakat yang baik.
(Baca juga : Anies Perpanjang Masa PSBB Transisi Jakarta hingga 8 November 2020 )
Kalau ada hal-hal yang buruk, raja tersebut akan melarang dan berusaha untuk menghilangkannya. Sebaliknya jika rajanya buruk, maka yang keluar dari lisannya juga buruk. Kebijakan-kebijakannya juga akan menjadi buruk. Kalau ada kebaikan, tentu dia tidak menginginkannya. Bahkan kalau bisa, yang terjadi adalah sesuatu yang memuaskan nafsunya.
Begitupula hati, apabila hati kita baik, bersih, maka jasad kita pun akan seperti itu. Namun jika hati kita kotor, hati kita buta, maka perintah-perintahnya pun akan tidak jelas dan tidak baik.
(Baca juga : Ekspor ke Negara Islam Surplus USD2,2 Miliar, Apa Saja Produknya? )
Orang yang hatinya bersih akan menjadi orang yang paling mulia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu pernah ditanya, “Siapakah yang paling mulia dari manusia?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab:
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ
“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bersih hatinya dan selalu benar atau jujur lisannya.” Kemudian mereka para sahabat berkata, mengenai jujur atau benar lisannya, kami sudah mengetahuinya, tetapi apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?” Beliau menjawab, “Yaitu seseorang yang bertakwa dan bersih, yang tidak terdapat kedurhakaan dan kezaliman padanya, tidak iri hati (hasad), dan juga tidak dengki.”. (HR. Ibnu Majah)
(Baca juga : Munarman FPI Pastikan Beri Bantuan Pengacara untuk Gus Nur )
Wallahu A'lam
(wid)