Benarkah Nabi Muhammad Itu Al-Abtar?

Rabu, 25 November 2020 - 17:54 WIB
loading...
A A A
Sementara itu, ada lagi para ulama tafsir yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kata "Al-Kautsar" di sana adalah keturunan yang banyak. Tafsiran tampaknya lebih tepat jika dikorelasikan dengan konteks akhir ayat yang berbicara tentang kasus "Al-Abtar" sebagai sebuah bantahan dan pembelaan langsung dari Allah terhadap kekasih-Nya Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Seakan ayat ini sedemikian cepat dan tegasnya menjawab tuduhan keji orang-orang Musyrikin Makkah dengan menyatakan bahwa Sungguh Allah telah memberikan kamu anak keturunan dzuriat yang banyak lagi tidak terputus hingga hari kiamat kelak.

[ ]

Fakta sejarahnya yang tercatat saja bahwa pernikahan antara putri Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib kemudian melahirkan Sayyidina Hasan dan Husein. Dari Sayyidina Hasan melahirkan jutaan anak keturunan yang kemudian dikenal dengan gelar "Sayyid" atau "Syarif" atau cukup dikenal dengan gelar "Al-Hasani" saja.

Begitu juga dari keturunan Sayyidina Husein pun melahirkan jutaan anak keturunan yang juga biasa dipanggil "As-Sayyid", atau di Indonesia lebih akrab dijuluki "Habib". Para Habaib (jamak dari Habib) keturunan Nabi ini biasanya bermarga Alaydrus, Asseqaf, Al-Athas, Al-Habsyi, As-Shihab, Jamalullail, Al-Jufry, Baraqwan dan masih banyak lainnya. Mereka datang dari Yaman (Hadhramaut).

Kembali ke ayat terakhir, justru bukan sekadar bantahan atas celaan dan tuduhan tidak adil itu, bahkan sekaligus sebagai ancaman bahwa bagi siapa pun itu, baik bagi mereka yang hidup pada masa hidup Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم atau sesudah wafatnya, kini hingga hari kiamat, jika ada yang mengatakan Nabi Muhammad terputus keturunannya atau ungkapan yang menarasikan tidak ada lagi keturunan Nabi Muhammad, maka jelas dialah yang termasuk yang dikecam dalam ayat ini.

Bagi kelompok pembenci Habaib atau keturunan Rasulullah -dengan alasan apa pun itu- yang menyatakan Dzurriyah Rasulullah itu tidak ada lagi atau mereka perlu melakukan pembuktian DNA demi membuktikan keabsahan pengakuan mereka, patut disayangkan. Jangan sampai Allah memutuskan rahmat-Nya karena kebencian terhadap para Dzurriyah Nabi. Semoga Allah memberi taufik kepada kita agar senantiasa memuliakan para Dzurriyah Nabi dan ulama.

(Baca Juga: Gelar Habib dan Sejarahnya di Indonesia)
(rhs)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2045 seconds (0.1#10.140)