Hindarkan Anak dari Celaan dan Cacian

Selasa, 05 Januari 2021 - 19:00 WIB
loading...
A A A
(Baca juga: Sri Mulyani Bicara Kondisi Perempuan di Tengah Pandemi )

Ini yang perlu kita harus pahami. Jangan buru-buru kita sanggah bahwa kalau kita melakukan seperti Nabi, maka kita tidak akan mungkin berhasil.

Jadi kewajiban kita para orang tua adalah mengikuti teladan Nabi di dalam bab ini. Karena Allah mengatakan:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ…

“Sungguh pada diri Nabi itu terdapat suri tauladan yang baik.” (QS. Al-Ahzab : 21)

Coba kita lakukan, walaupun kita tidak seperti Nabi dan mungkin tidak bisa menjadi seperti Nabi, tapi kita mencoba untuk mengikuti apa yang Nabi contohkan kepada kita di dalam mendidik generasi.

Mungkin kita tidak selembut yang dilakukan oleh Nabi, tidak sebijaksana Nabi dan tidak bisa seperti Nabi di dalam menahan emosi dan lain sebagainya, kadang-kadang kita keceplosan, kadang-kadang kita kebablasan dan lain sebagainya. Itu adalah kekurangan kita yang perlu kita perbaiki sebagai orang tua.

(Baca juga: Bareskrim Polri Telusuri Dugaan Penimbunan Kedelai )

Ini adalah metode Ilahi, metode Rabbani, metode yang dipakai Nabi di dalam mendidik manusia dan itu yang harus kita ikuti. Terlepas hasilnya bagaimana, kita diperintahkan untuk mengikuti proses yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala gariskan. Adapun hasil,

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ…

Allah tidak menyalahkan Nabinya ketika tidak bisa memberikan hidayah kepada Abu Thalib, karena itu bukan domain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tapi Nabi telah melakukan yang terbaik kepada Abu Thalib; mendakwahinya, membalas kebaikannya dengan kebaikan dan lain sebagainya. Walaupun Abu Thalib pada saat itu kafir, tapi Nabi melakukan apa yang diperintahkan Allah, tidak melangkahi aturan-aturan yang ada. Bahkan sebelum larangan mendoakan orang-orang yang mati dalam keadaan kafir diturunkan, Nabi masih meminta ampunan untuk Abu Thalib.

Coba bayangkan bagaimana Nabi ingin membalas kebaikan Abu Thalib. Ini menunjukkan akhlak yang luar biasa. Ketika turun larangan, baru Nabi berhenti.

Anak-anak itu pasti akan tersentuh hatinya dan ada satu titik dia akan terkesan dengan apa yang kita lakukan. Walaupun awalnya seperti melawan. Karena hati anak-anak kita di tangan Allah, bukan di tangan kita. Lakukan prosesnya dengan benar, insyaAllah hasilnya kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

(Baca juga: Ini Penjelasan Kemendikbud Kenapa Formasi CPNS untuk Guru Ditiadakan )

Cara-cara dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu berlaku sampai hari kiamat, bukan harus kita rubah cara berdakwah Nabi. Misalnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ…

“Ajaklah manusia dengan cara yang hikmah dan dengan pengajaran yang baik…” (QS. An-Nahl[16]: 125)

Ayat itu tidak berubah sampai hari kiamat. Karena yang kita dakwah ini manusia dan itu metode yang dipilih Allah untuk Nabinya untuk berdakwah.

Wallahu A'lam
(wid)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1188 seconds (0.1#10.140)