Hakikat Mimpi Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani

Sabtu, 09 Januari 2021 - 10:45 WIB
loading...
Hakikat Mimpi Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, ulama besar kelahiran Persia yang memiliki kedalaman ilmu tasawuf dan ilmu fikih. Foto/Ist
A A A
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (470-561 H) menjelaskan hakikat mimpi dalam kitab "Sirrul Asror". Sebagai ulama sufi yang punya kedalaman ilmu tasawuf dan ilmu fiqih, Al-Jilani membagi mimpi ke dalam dua macam.

Kata Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, mimpi-mimpi merupakan pembawa pembukaan dan perantara kepada yang luar biasa. Bukti kebenaran mimpi dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya: "Sesungguhnya Allah akan buktikan mimpi itu benar kepada Rasul-Nya, kamu akan memasuki Masjidil Haram jika dikehendaki Allah dengan aman". (QS Al-Fath Ayat 27)

[Baca Juga: 27 Amalan Agar Bertemu Nabi Muhammad dalam Mimpi (1)]

Dan memang benar Nabi صلى الله عليه وسلم memasuki Kota Makkah ketika kota itu dikuasai kaum musyrikin. Selain itu mimpi Nabi Yusuf 'alaihissalam yang menjadi kenyataan sebagaimana firman-Nya: "(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku". (QS Yusuf Ayat 4).

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Tidak ada Nabi yang datang selepasku tetapi boleh datang pembukaan-pembukaan yang lain. Orang yang beriman akan melihat pembukaan itu dalam mimpi mereka atau pembukaan itu akan ditunjukkan kepada mereka menerusi mimpi."

Mimpi datangnya dari Allah, tetapi kadang-kadang ada juga yang datang dari setan. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Siapa yang melihatku di dalam mimpi sesungguhnya dia benar-benar melihatku karena setan tidak dapat menyerupai wujudku".

Syaikh Abdul Qadir mengemukakan bahwa setan juga tidak dapat mengambil bentuk mereka yang beriman, orang yang berada di jalan kebenaran, ahli makrifat, dan orang disinari cahaya Nabi.

Orang arif menafsirkan hadis Nabi di atas dengan mengatakan setan bukan saja tidak dapat mengambil wujud Nabi, bahkan setan tidak dapat berpura-pura mengakui seseorang atau orang yang memiliki sifat kemurahan dan kasih sayang. Sesungguhnya para Nabi, wali-wali, Malaikat, Masjidil haram, matahari, bulan, awan putih, Al-Qur'an yang suci, merupakan kewujudan yang setan tidak dapat masuk di dalamnya dan juga tak dapat mengambil bentuk mereka.

Ini karena sifat setan yang menzahirkan kekerasan, hukuman dan kesengsaraan. Ia hanya menggambarkan kekeliruan dan keraguan. Tetapi setan bisa saja mengaku sebagai Allah dan menipu manusia, membawa mereka menjadi sesat. Ini hanya terjadi dengan izin Allah.

Allah memerintahkan Nabi-Nya: "Katakanlah: 'Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS Yusuf Ayat 108)

Dalam ayat ini 'orang yang mengikuti aku' adalah manusia sempurna, guru yang tersambung dengan Nabi Muhamamad yang akan mewarisi ilmu batin dan kebijaksanaan beliau.

Dua Jenis Mimpi
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani menyebutkan, ada dua jenis mimpi yaitu mimpi subjektif dan mimpi objektif.Jenis pertama mimpi subjektif artinya pandangan atau perasaan yang lahir dari diri sendiri. Mimpi ini seperti bayangan atau gambaran suasana kerohanian (hati).

Adapun mimpi objektif mengandung gambaran yang berkaitan dengan suasana seseorang yang bebas dari keresahan. Ia mengenal diri dan menemui ketenteraman pikirannya. Gambarannya adalah kelezatan yang dia akan temui di dalam surga, wewangian dan suara indah di dalam surga.

Dia akan bermimpi beberapa jenis hewan dan burung yang menyerupai paling cantik yang ada dalam dunia. Hewan yang dilihat di dalam mimpi itu adalah hewan surga.

Misalnya, unta adalah hewan surga. Kuda sebagai hewan yang membawa tentara suci dalam peperangan menentang orang-orang kafir di sekelilingnya. Lembu jantan kepada Nabi Adam membajak tanah untuk ditanami gandum. Kambing biri-biri datangnya dari madu surga. Unta diciptakan dari cahaya surga, kuda dari selasih manis di dalam surga, biri-biri dari kunyit surga.

Baghal (hewan sejenis antara kuda dan keledai) menggambarkan suasana terendah seseorang yang menemui hati dan fikiran yang tenang. Apabila dia mimpikan baghal itu tandanya dia malas dalam melakukan ibadah sebab hawa nafsu badannya menahan, dan usaha ruhaninya tidak memberi hasil. Dia harus bertaubat dan melakukan kebajikan supaya mendapatkan hasil.

Keledai diciptakan dari batu surga dan diberikan untuk berkhidmat kepada Nabi Adam dan keturunannya. Keledai adalah lambang jasad dan keperluan kebendaan. Jasad adalah hewan yang membawa beban atau membawa ruh. Jika seseorang menjadi hamba kepada jasad dia adalah umpama orang yang memikul keledai di atas bahunya. Jadi, keledai melambangkan cara atau alat seseorang mengarahkan urusan akhiratnya di dalam dunia.

Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhi berkata: "Jika aku tidak dibentuk oleh Tuhanku, aku tidak akan mengenal-Nya".

Kalam suci keluar dari lisan Imam Junaid Al-Baghdadi: "Tiada yang lain kecuali Allah di dalam jubahku". Terdapat rahasia-rahasia besar di dalam peringkat seperti ini yang dicapai oleh manusia sempurna. Terlalu sukar untuk menerangkannya dan terlalu panjang untuk menguraikannya. Ia hanya berkaitan dengan mereka yang menghabiskan hidupnya mengejar ilmu batin.

Untuk membentuk ruhani yang sempurna, seseorang memerlukan bimbingan dan teladan guru yang masih hidup. Guru-guru yang menjadi pembimbing adalah para Nabi dan orang-orang yang Allah warisi kebijaksanaan Para Nabi. Melalui pengajaran mereka, hati seseorang akan diterangi cahaya.

Guru yang masih hidup mestilah mereka yang tersambung dengan Nabi صلى الله عليه وسلم. Yaitu jika dia benar-benar pewaris Nabi, dia diajarkan untuk menjadi hamba Allah yang sabar. Para guru inilah yang menjadi wasilah dalam meniti jalan kebahagiaan.

(Baca Juga: Syarat Melakukan Zikir Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani)

Wallahu A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1198 seconds (0.1#10.140)