Qanaah Dalam Kehidupan

Minggu, 21 Februari 2021 - 15:45 WIB
loading...
A A A
اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا ، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا ، وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikan aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkan aku bersama orang-orang miskin pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)



Nabi memohon kepada Allah kondisi yang kedua. Apa sebabnya? Yaitu karena kondisi yang kedua ini (yaitu sebagai orang yang miskin/kafaf) seperti yang disebutkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang lain:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

“Beruntunglah orang-orang yang telah mendapatkan Islam kemudian diberi rezeki yang kafaf (cukup) dan Allah memberinya sifat qana’ah terhadap apa yang Allah berikan kepadanya.” (HR. Muslim)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam meminta kondisi yang kedua ini, karena itulah kondisi dimana seorang paling mungkin untuk selamat dunia dan akhirat dengan harta yang Allah berikan kepadanya, yaitu dia berkecukupan, dia hidup kafaf, tidak lebih dan tidak kurang. Orang seperti inilah yang mungkin untuk bisa selamat di dunia dan selamat juga di akhirat.



Adapun yang pertama (orang yang kaya), mungkin dia akan selamat hidupnya di dunia, karena dia punya segala sesuatu bahkan berlebih. Orang ini di akhirat nanti mungkin dia akan menghadapi suatu pertanggungjawaban yang berat, dia akan ditanya tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan kemana dia akan belanjakan.

Adapun yang terakhir, dia mungkin tidak bisa selamat di dunia karena hidupnya hina dan mungkin juga tidak selamat di akhirat karena mungkin dia berhutang ataupun segala sesuatu yang membuat dia susah di dalam hidupnya.

Oleh karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kepada Allah agar diberi jenis kehidupan yang kedua, yaitu hidup sebagai seorang yang miskin ataupun berkecukupan, yang rezekinya kafaf (cukup) untuk kita gunakan sebagai penyambung hidup kita di dunia.



Qanaah dalam Kehidupan

Oleh karena itu apabila kita termasuk orang yang ditakdirkan hidup miskin, maka janganlah kita berkeluh-kesah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menyebutkan di dalam hadits yang kita bacakan tadi: “Sungguh beruntung, sungguh bahagia/sukses, orang yang telah mendapatkan Islam dan diberi rezeki yang cukup, tidak kurang dan tidak juga lebih,” dan tinggal perkara ketiga yang harus dia miliki. Yaitu dia qana’ah meneriman apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya. Dia termasuk orang-orang yang bahagia di dunia dan di akhirat.

Maka tidak layak bagi seorang muslim yang telah mendapatkan hidayah Islam dan telah mendapatkan kecukupan hidup, tidaklah dia orang yang kekurangan, bukanlah dia orang yang melarat ataupun sengsara, dan telah diberi qana’ah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian masih mengeluhkan rezekinya kepada manusia.



kita bisa menjadi orang yang paling kaya, orang yang memiliki sifat qana’ah di dalam kehidupan ini dan tidak tertipu dengan gemerlap dunia yang kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam justru itu yang akan membinasakan umat ini dan itu yang paling dikhawatirkan oleh Nabi atas umat ini, yaitu dibentangkannya dunia kepada kita.

Kita tahu bahwa faktor dunia ini yang membuat dua orang yang dekat terpisah, orang yang bersahabat bertengkar. Segala sesuatu ketika dibentangkan dunia, kita lihat disana ada keributan/perselisihan/pertengkaran, yang mana sebelum dunia itu datang mereka akur-akur saja.

Dua orang yang mungkin berbisnis/bekerja sama dalam satu usaha, sebelum dunia dilimpahkan kepada mereka, mereka akur-akur saja, menjadi dua sahabat yang dekat. Akan tetapi ketika dibentangkan dunia kepada mereka, maka terjadilah pertengkaran/perselisihan/permusuhan.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1579 seconds (0.1#10.140)