Setelah Diusir dari Surga, Nabi Adam dan Siti Hawa Berbuat Syirik?

Senin, 22 Februari 2021 - 13:32 WIB
loading...
A A A
Katanya lagi: “Mereka adalah Yahudi dan Nashoro, Allah memberi mereka anak, lalu mereka membuatnya menjadi Yahudi dan Nashoro”.

Seandainya saja kisah ini shahih menurut beliau (Hasan), niscaya beliau menafsirkan dengannya. Hal ini menunjukkan bahwa kisah ini hanya sampai kepada sahabat dan tampaknya diambil dari ahli kitab atau yang beriman dari mereka semisal Ka’ab atau Wahb bin Munabbih dan selainnya”.

Setelah itu, Ibnu Katsir mengatakan: “Adapun kami, maka kami sependapat dengan Hasan al-Bashri dalam masalah ini bahwa maksud ayat ini bukanlah Adam dan Hawa’, namun orang-orang yang berbuat syirik dari anak keturunanya”. ( Lihat Tafsir al-Qur’anil Azhim 3/530. Ucapan beliau ini disetujui banyak ulama seperti Syaikh as-Syinqithi dalam adhwa’ul Bayan 2/341, Muhammad Rosyid Ridho dalam al-Manar 9/521, Muhammad Nasib ar-Rifa’i dalam Taisir Aliyyi Qodir 2/262 dan lain sebagainya).

Kesimpulannya, kisah ini tidak shahih dari Nabi SAW, maka otomatis tidak bisa dijadikan hujjah. (Lihat Silsilah Ahadits adh-Dho’ifah al-Albani: 342, Qoshosun Laa Tatsbutu Masyhur Hasan 7/11-32)



Tinjauan Matan
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan beberapa point yang menunjukkan bathilnya kisah ini, kata beliau: “Kisah ini adalah bathil dari beberapa segi:

1. Kisah ini tidak terdapat dalam hadis yang shahih dari Nabi padahal kisah seperti ini tidak bisa diterima kecuali berdasarkan wahyu. Ibnu Hazm mengatakan tentang kisah ini: “Riwayat khurafat, dusta dan palsu”.

2. Kalau kisah ini benar-benar mengenai Adam dan Hawa’ maka ada dua kemungkinan: Pertama: Keduanya mati dalam kesyirikan dan tidak bertaubat, maka sungguh ini adalah tuduhan dusta, sebab para Nabi terjaga dari perbuatan syirik. Kedua: Keduanya telah bertaubat dari syirik, sungguh tidak sesuai dengan keadilan Allah bila menyebut dosa mereka namun tidak menyebutkan taubat keduanya, padahal Allah apabila menyebutkan kesalahan sebagian Nabi maka Dia juga menyebutkan taubat mereka.

3. Para Nabi terjaga dari perbuatan syirik dengan kesepakatan ulama.

4. Dalam hadis syafa’at disebutkan bahwa manusia saat itu datang kepada Adam untuk meminta syafaat, lalu beliau menyampaikan udzur karena telah bermaksiat kepada Allah dengan memakan dari pohon yang terlarang. Seandainya beliau terjatuh dalam kesyirikan, tentu hal itu lebih utama untuk diutarakan saat itu.

5. Dalam kisah ini setan berkata: “Saya adalah teman kalian yang mengeluarkan kalian dari surga”. Ucapan ini bukanlah ucapan orang yang ingin menggoda dan menyesatkan, bahkan ucapan ini malah membikin tertolaknya rayuannya.

6. Ucapan Iblis “Bila tidak, niscaya akan kujadikan anakmu bertanduk dua seperti rusa”. Ada dua kemungkinan:

Pertama: Adam dan Hawa’ mempercayainya dan ini perbuatan syirik dalam rububiyyah karena tidak ada pencipta kecuali hanya Allah saja.

Kedua: Keduanya tidak percaya, tidak mungkin keduanya percaya karena keduanya tahu bahwa hal itu tidak mungkin dalam haknya.

7. Firman Allah: “Maha tinggi Allah atas apa yang mereka persekutukan” dengan dhomir jama’ (mereka), seandaianya kembali kepada Adam dan Hawa’ maka akan menggunakan dhomir mutsana (keduanya).

Beberapa point ini menguatkan bathilnya kisah ini, maka tidak boleh seorang berkeyakinan bahwa Adam dan Hawa’ terjatuh dalam kubang kesyirikan, karena para Nabi tidak mungkin melakukannya dengan kesepakatan ulama.

Dengan demikian maka tafsir yang benar tentang ayat ini adalah kembali kepada anak Adam yang berbuat syirik, karena di antara anak Adam ada yang berbuat syirik dan ada yang ahli tauhid”. (Al-Qoulul Mufid ‘ala kitab Tauhid 3/67-68)

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0975 seconds (0.1#10.140)