Respon Para Raja Terhadap Ajakan Rasulullah Memeluk Islam

Selasa, 26 Mei 2020 - 07:12 WIB
loading...
Respon Para Raja Terhadap Ajakan Rasulullah Memeluk Islam
Surat Rasulullah kepada para Raja, salah satunya kepada Raja Mesir dan Iskandariyah, Al Muqauqis. Foto/Ilustrasi/Al-Arabiya
A A A
RASULULLAH menggunakan beberapa cara dan strategi dalam mendakwahkan Islam . Di samping dakwah secara langsung—berceramah, berpidato, atau berkhotbah, Nabi Muhammad dalam berdakwah juga memakai surat.

Rasulullah menyurati beberapa raja, kepala suku, dan tokoh di sekitar semenanjung Arab agar mereka meninggalkan agama lamanya dan memeluk Islam.

Respons para penguasa tersebut ketika menerima surat dari Rasulullah bermacam-macam. Ada yang mengikuti ajakan Nabi dan ada pula yang menolak bahkan sampai membunuh utusan Nabi untuk mengantarkan surat tersebut.

Dakwah melalui surat itu dilakukan Rasulullah pada akhir tahun keenam Hijriyah, sepulang beliau dari Hudaibiyah. Surat itu dikirim kepada raja-raja. Tapi tokoh ulama besar, Al Manshurfuri menyebut bahwa Nabi mengirim beberapa utusan-utusan ini pada awal bulan Muharram, tahun ke tujuh hijriyah, beberapa hari sebelum berangkat menuju Khaibar. Tujuannya mengajak mereka masuk Islam.

Ketika ingin menulis surat-surat tersebut, dikatakan kepada Nabi bahwa mereka tidak mau menerima surat kecuali jika surat itu diberi stempel. Maka, Nabi pun membuat stempel dari perak bertuliskan: "Muhammad Rasul Allah." Tulisan ini terdiri dari tiga baris, Muhammad sebaris, Rasul sebaris, dan Allah sebaris.

Beliau memilih beberapa sahabat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk dijadikan utusan kepada raja-raja.
Salah satu surat yang dikirimkan itu adalah kepada Raja Mesir dan Iskandariyah, Al Muqauqis. Nabi menulis surat kepada Juraij bin Matta, yang bergelar Al Muqauqis.

Berikut isi surat itu: Dari Muhammad bin Abdullah untuk al-Muqauqis pembesar Qibti. Semoga keselamatan selalu terlimpah kepada orang yang mengikuti petunjuk. Amma ba'du, sesungguhnya aku menyerumu pada Islam. Tunduklah, niscaya engkau selamat dan Allah memberimu pahala dua kali. Jika engkau menolak, engkau menanggung dosa seluruh penduduk Qibthi.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. Ali-Imran:64)

Nabi memilih Hathib bin Abi Balta'ah untuk membawa surat ini. Ketika Hathib masuk menjumpai Muqauqis, ia berkata kepadanya, "Sebelum kamu ada raja yang menganggap dirinya adalah Tuhan yang Mahatinggi, lalu Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia, Allah telah menyiksanya. Maka ambillah pelajaran dari orang lain, jangan orang lain mengambil pelajaran darimu."

Muqauqis menjawab, "Sesungguhnya kami telah mempunyai agama tersendiri, yang tidak akan kami tinggalkan kecuali karena ada agama yang lebih baik darinya."

Hathib berkata, "Kami mengajakmu kepada agama Islam yang telah dicukupkan oleh Allah, maka tinggalkanlah agama selainnya. Sungguh, Nabi ini telah mengajak manusia, kemudian yang paling menentangnya adalah kaum Quraiisy, yang paling memusuhinya adalah orang Yahudi dan yang paling dekat dengannya adalah orang-orang Nasrani . Sungguh, tidaklah kabar gembira yang dibawa Musa mengenai Isa melainkan seperti kabar gembira yang dibawa Isa mengenai Muhammad, dan tidaklah ajakan kami kepadamu kepada Al-Quran kecuali seperti ajakanmu kepada ahli Taurat kepada Injil. Karena setiap Nabi yang bertemu suatu kaum, mereka itu adalah umatnya, maka wajib bagi mereka mematuhinya. Dan engkau termasuk salah seorang yang bertemu dengan Nabi ini. Kami tidak melarangmu memeluk agama Isa tetapi kami memerintahkanmu untuk masuk Islam."

Muqauqis berkata, "Aku telah memperhatikan tentang Nabi ini, aku dapati ia tidak memerintah hal yang tidak disukai dan tidak melarang hal yang disukai. Ia bukanlah seorang tukang sihir yang sesat dan bukan pula seorang dukun pembohong. Aku temukan tanda kenabian padanya ketika ia dapat mengeluarkan sesuatu yang disembunyikan dan menceritakan sesuatu yang dirahasiakan. Seterusnya aku akan mempertimbangkan dulu."

Muqauqis kemudian mengambil surat Nabi itu lalu diletakkan dalam sebuah bejana kecil yang terbuat dari gading. Ia memberi stempel di atasnya lalu diserahkan kepada seorang pelayannya. Kemudian ia memanggil tukang tulis yang mengerti bahasa Arab, lalu menulis surat balasan kepada Nabi:

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Kepada Muhammad bin Abdillah dari Muqauqis pembesar bangsa Qibthi (Mesir). Keselamatan atasmu. Amma ba'du.

Suratmu telah kubaca dan aku memahami apa yang engkau sebutkan di dalamnya dan apa yang engkau serukan. Aku tahu bahwa seorang Nabi masih ada dan tadinya aku mengira ia akan muncul dari negeri Syam. Utusanmu telah aku muliakan dan aku kirim untukmu dua orang perempuan yang keduanya mempunyai kedudukan yang tinggi di Mesir, juga aku hadiahkan untukmu sehelai kain dan seekor bagal (Peranakan kuda dan keledai) untuk tungganganmu. Semoga keselamatan selalu atasmu."

Tidak lebih dari itu isi tulisannya dan ia juga tidak masuk Islam. Setelah itu utusan Rasulullah kembali ke Madinah al-Munawarah sambil membawa surat dari Raja al-Muqauqis dengan dua budak wanitanya Mariyah dan Sirin serta dua budak laki-laki ditambah dengan 1000 mitsqal emas, 20 helai pakaian indah buatan Mesir, 1 ekor bighal (hewan yang lahir perkawinan antara kuda dan keledai) yang gemuk dan madu Banha.

Rasulullah menyambut surat dan menerima hadiah, lalu Rasulullah menjadikan Mariyah sebagai budak beliau, dan memberikan Sirin kepada Hassan bin Tsabit, penyair Rasulullah. (

Raja Heraclius
Merujuk The Great Episodes of Muhammad saw (Said Ramadhan al-Buthy, 2017) dan Membaca Sirah Nabi Muhammad saw dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih (M Quraish Shihab, 2018), Penguasa Romawi Timur (Byzantium), Raja Heraclius, juga mendapat surat yang sama dari Rasulullah.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2163 seconds (0.1#10.140)