Abu Jahal Itu Pintar dan Berpengaruh Tapi Mati Keadaan Kafir, Ini Sebabnya

Selasa, 13 Juli 2021 - 12:25 WIB
loading...
Abu Jahal Itu Pintar dan Berpengaruh Tapi Mati Keadaan Kafir, Ini Sebabnya
Inilah kuburan dedengkot kaum kafir Quraisy Abu Jahal di Badar terlihat angker ditumbuhi beberapa pohon berduri. Foto/Channel Youtube Bung Hasibuan
A A A
Kali ini Ustaz Ahmad Sarwat menceritakan kisah Abu Jahal yang mati dalam keadaan kafir dilansir dari catatan media sosialnya. Sebelumnya Abu Jahal dikenal sebagai seorang yang pintar dan dihormati kaum Quraisy Makkah.

Pengasuh Rumah Fiqih Indonesia ini menceritakan kisah ini agar kita dapat mengambil iktibar dan hikmah berharga. Ustaz Sarwat mengatakan, tokoh antagonis yang paling populer dalam Sirah Nabawiyah adalah Abu Jahal.



Nama aslinya adalah Umar bin Hisyam. Tapi karena dia seorang cendekiawan, laqobnya menjadi Abul Hakam.
Sebenarnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sangat kesengsem kepada si Abul Hakam. Selain pintar, ilmunya banyak dan juga punya pengaruh yang kuat serta penuh pesona.

"Kalau sampai dapat hidayah dan masuk Islam, pasti besar sekali pengaruhnya dalam menguatkan barisan dakwah.
Sedikit di bawahnya ada juga Umar yang lain, anaknya Al-Khattab. Nabi SAW kagum juga sebenarnya. Pintar, cerdas, smart, logis dan tegas," kata Ustaz Sarwat.

Dua-duanya sempat masuk dalam teks doa Rasulullah secara langsung. Nabi berdoa meminta salah satu dari kedua Umar itu diberi hidayah. Dan ternyata Allah dikabulkan dan justru yang kecilan dapat hidayah. Abul Hakam tidak dapat hidayah.

Malah semakin lama semakin menjadi-jadi saja ulahnya. Ujung puncaknya dia merekayasa bagaimana agar seluruh kabilah Mekkah bersatu mengunus pedang untuk membunuh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di malam hijrah.

"Ini sudah keteraluan. Mau tidak mau Jibril turun tangan. Maka dibocorkan rahasia mereka dan Nabi SAW berhasil lolos dengan taktik yang amat jitu," terang Ustaz Sarwat.

Dan terakhir, Abu Jahal pun menemui ajalnya di Perang Badar, dua tahun kemudian. Dia tampil sebagai orang kafir harbi. Datang untuk membunuh Nabi SAW di Medan perang terbuka. Ini perang terbuka. Kalau tidak kita bunuh, kita yang dibunuh. Jadi darah Abu Jahal itu 100% sudah halal.

"Jadi kalau sampai dikasih julukan oleh Nabi sebagai Abu Jahal, itu sih belum seberapa. Kira-kira bisa dimaknai sebagai si bodoh, ideot, pandir, bebal, O-on, koplak, otak udang dan teruskan sendiri. Padahal aslinya dia orang pinter, cerdas, banyak akal. Tapi sayang semuanya tidak membawanya kepada hidayah," kata Ustaz Sarwat.

Mengapa Abu Jahal Memusuhi Rasulullah?
El Mujtaba memberi tanggapan menarik terhadap kisah Abu Jahal di atas. Pada kolom komentarnya, El Mujtaba mengemukakan ada beberapa faktor yang membuat Abu Jahal begitu memusuhi Rasulullah SAW.

Di antaranya, persaingan pribadi antara seorang Amr bin Hisyam (Abu Jahal) dan Muhammad bin Abdullah (Rasulullah). Juga persaingan qabilah antara Bani Abdu Manaf (leluhur Rasulullah) dan Bani Makhzum (klan-nya Abu Jahal).

Ketika Bani Abdu Manaf banyak memberi makan peziarah di Makkah, Bani Makhzum juga ikut banyak bersedekah dengan memberi makan. Ketika Bani Abdu Manaf sukses berniaga, Bani Makhzum juga ikut berniaga dan juga sukses.

Ketika seorang laki-laki dari klan Bani Abdu Manaf (Rasulullah) mendapatkan gelar Al Amin di usia di bawah 40 tahun, Amr bin Hisyam (Abu Jahal) dari klan Bani Makhzum juga mendapat gelar Abul Hakam di bawah usia 40 tahun.

Pokoknya kedua klan itu selalu bersaing sampai akhirnya Rasulullah diangkat sebagai Nabi. Amr bin Hisyam masih saja bersikap kekanak-kanakan dengan menganggap pangkat kenabian ini juga masalah yang bisa dibuat persaingan sebagaimana hal-hal remeh keduniaan yang lain.

Sebenarnya Amr bin Hisyam ini mengakui bahwa apa-apa yang dibawa Rasulullah itu benar. Hanya saja gengsinya ini yang membuat Abu Jahal menjadi tidak bisa membedakan mana yang serius dan mana yang main-main. Amr bin Hisyam gengsi kalau harus kalah dengan rivalnya sejak muda, Muhammad bin Abdullah.

"Intinya Abu Jahal itu tidak mau dianggap berada di bawah kedudukan Muhammad bin Abdullah (Rasulullah). Karena tidak mungkin dia mengaku sebagai Nabi juga, maka yang dia lakukan adalah membantah atau menolak bahwa seorang Muhammad bin Abdullah adalah seorang Nabi. Begitu kurang lebih," jelas El Mujtaba.

Wallahu A'lam

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1537 seconds (0.1#10.140)