Keperkasaan Daulah Fathimiyah, Penjaga dan Penguasa Perairan Laut Mediterania

Senin, 08 November 2021 - 05:15 WIB
loading...
A A A


Siasat Daulah Fathimiyah

Setelah memindahkan pusat pemerintahan ke Mesir dan menggabungkan wilayah Syam yang mencakup Aleppo dan Antiokia di utara ke dalam wilayah kekuasaannya, batas wilayah Daulah Fathimiyah memanjang dari batas Asia Kecil hingga wilayah Tilmisan (Tlemcen).

Daulah ini membagi wilayahnya menjadi enam sektor:

1. Mesir dengan batas-batasnya yang memanjang dari Rafah hingga Agabah Salum.
2. Syam dengan batas perairannya yang memanjang dari Rafah hingga Antiokia.
3. Libya dan Maragiya. Daulah Fathimiyah menggabungkan wilayah ini dalam kekuasaan Mesir setelah terjadinya Revolusi Abu Rakwah Al-Umawi tahun 396 H/ 1005 M.
4. Tripoli yang memanjang dari Sirte hingga Oabis.
5. Ifrigiya (Tunisia) dan Maghrib Al-Ausath.
6. Sicilia. Wilayah ini digabungkan dengan Mesir setelah tahun 361 H. Tripoli dijadikan kota penghubung antara Sicilia dengan wilayah kekuasaan Daulah Fathimiyah di Mesir. Armada laut Daulah Fathimiyah berperan menjaga perairan Laut Mediterania.

Setiap sektor dijaga oleh armada laut khusus. Setiap sektor memiliki pabrik pembuatan kapal dan kantor administrasi yang mengatur urusan maritim.

Selain itu, setiap sektor memiliki angkatan laut-nya sendiri. Angkatan laut ini bertugas sebagai badan pertahanan dan juga sebagai agen yang melakukan serangan ofensif terhadap wilayah musuh.

Dalam aktivitas maritimnya, Daulah Fathimiyah membentuk Dewan Jihad yang berpusat di Mesir. Dewan ini mengurus manajemen kemaritiman yang menyangkut jumlah dan jenis kapal, kepala dan anak buah kapal serta pembayaran gaji mereka, pengawas kapal, dan lain-lain.

Untuk menambah pabrik pembuatan kapal yang telah ada sebelumnya, Daulah Fathimiyah juga membangun pabrik baru di Maks atau Mags. Pabrik ini masuk dalam wilayah kota Iskandariya.

Pabrik baru ini memiliki kemampuan produksi dengan kapasitas yang lebih besar dari pabrik-pabrik lain yang telah ada sejak lama.

Pabrik baru ini dibangun oleh Khalifah Al-Muiz pada tahun 362 H untuk menjaga negara dari ancaman Byzantium dari utara dan kaum Qaramitah dari timur.

Setiap pabrik kapal memproduksi tipe khusus. Pabrik di Raudah memproduksi kapal perang. Pabrik di Dimyath memproduksi kapal pengangkut logistik. Pabrik di Iskandariya memproduksi kapal perang dan sekoci.

Perlu diingat, pabrik di Maks pernah mengalami kebakaran besar pada 24 Rabiul Awal 386 H. Pada waktu itu, sebuah kapal besar yang siap diberangkatkan terbakar. Sedianya kapal itu akan diberangkatkan ke kota Tripoli di wilayah Syam untuk menghentikan ekspedisi armada Byzantium yang hendak memasuki wilayah Syam.

Setelah diperiksa, biang dari kebakaran itu adalah orang-orang Romawi yang tinggal di Iskandariya. Para pelaut dan sejumlah awak sipil di dalam kapal melakukan perlawanan. Mereka merangsek ke arah orang-orang Romawi dan membunuh sebagian besar di antaranya.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1410 seconds (0.1#10.140)