Kisah Sufi Syaikh Nasir el-Din Shah: Menyiasati Sumpah

Kamis, 25 November 2021 - 11:00 WIB
loading...
Kisah Sufi Syaikh Nasir el-Din Shah: Menyiasati Sumpah
Kisah sufi yang dituturkan Syaikh Nasir el-Din Shah, yang juga dikenal sebagai Lentera Delhi, wafat pada tahun 1846. (Foto/Ilustrasi: Ist)
A A A
Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" menyuplik kisah sufi yang dituturkan Syaikh Nasir el-Din Shah, yang juga dikenal sebagai 'Lentera Delhi', wafat pada tahun 1846. Ia dimakamkan di Delhi, India. Berikut penuturan:



Suatu saat ada seorang lelaki yang sedang gelisah, ia bersumpah bahwa jika masalah-masalahnya teratasi maka ia akan menjual rumahnya dan memberikan semua hasil penjualannya kepada fakir miskin.

Ketika semua masalahnya sudah selesai, ia menyadari bahwa sudah saatnya untuk menepati sumpahnya tersebut. Tetapi, hatinya menjadi galau; ia tak ingin menyumbangkan begitu banyak uang. Akalnya segera bekerja mencari jalan keluar.

Rumah itu dijualnya seharga satu keping perak dengan syarat: pembeli harus membeli rumah itu beserta seekor kucing.

Harga yang diajukannya untuk binatang ini adalah sepuluh ribu keping perak. Seorang tuan membeli rumah dan kucing itu. Lelaki itu memberikan sekeping perak kepada orang miskin, dan mengantongi sepuluh ribu keping perak itu bagi dirinya sendiri.

Banyak orang memiliki pikiran seperti ini. Mereka berketetapan hati untuk mengamalkan suatu ajaran, tetapi mereka menafsirkan ajaran itu sesuai dengan keuntungan diri mereka sendiri.

Selama mereka belum mengatasi kecenderungan tersebut dengan latihan khusus, mereka tidak dapat belajar sesuatu pun.



Idries Shah mengatakan muslihat yang digambarkan dalam kisah ini, menurut Syeh Nasir el-Din Shah mungkin disengaja atau mungkin melukiskan pikiran bengkok yang secara tak sadar merencanakan muslihat semacam ini.

Versi ini, yang ia tuturkan, berasal dari tradisi lisan tarekat Chishti. Kisah ini digunakan untuk memperkenalkan teknik psikologis yang dirancang untuk menyeimbangkan pikiran, membuatnya terbuka dan terhindar dari muslihat-muslihat penipuan diri sendiri.

Kisah ini juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam buku berjudul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi. Juga oleh Sapardi Djoko Damono dalam buku berjudul Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan Kisah Nasehat Para Guru Sufi Selama Seribu Tahun yang Lampau.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1109 seconds (0.1#10.140)