Umar bin Khattab: Hanya Isa, Nabi yang Bisa Hidupkan Orang yang Sudah Mati

Selasa, 28 Desember 2021 - 05:15 WIB
loading...
Umar bin Khattab: Hanya Isa, Nabi yang Bisa Hidupkan Orang yang Sudah Mati
Mukjizat Nabi Yehezkiel dikaitkan dengan surat Al-Baqarah ayat 243. (Foto/Ilustrasi : Getty Images)
A A A
Nabi Yehezkiel atau dalam pelafalan bahasa Arab disebut Hizqil memiliki mukjizat dapat menghidupkan orang mati. Keyakinan ini juga ada di kalangan orang-orang Yahudi . Hanya saja, Umar bin Khattab menolak kepercayaan itu. Menurut Khalifah ke-2 ini, nabi yang dapat menghidupkan orang yang sudah mati atas izin Allah hanya Nabi Isa AS .



Ath-Thabari dalam bukunya berjudul "Ta’rikh al-Rusul wa’l-Muluk" mengutip Salim al-Nasri mengisahkan dialog antara Umar bin Khattab dengan dua orang Yahudi.

Orang Yahudi itu berkata: "Kami menemukan disebutkan dalam kitab kami tentang tanduk besi, mukjizat yang diberikan kepada Yehezkiel, yang menghidupkan kembali orang mati dengan izin Allah."

Umar berkata: "Kami tidak menemukan Yehezkiel dalam kitab kami, dan tidak ada yang menghidupkan kembali orang mati dengan izin Allah kecuali Isa bin Maryam."

Mereka berdua berkata: "Apakah engkau tidak menemukan di dalam Kitab Allah (yang menyatakan) ‘dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu'?".

Umar berkata: "Tentu saja."

Mereka berkata: "Mengenai kebangkitan orang mati, kami akan menceritakan kepadamu bahwa suatu wabah menimpa orang Israel. Satu kelompok pergi dan, ketika mereka berada di awal satu mil, Allah membunuh mereka, dan orang-orang mendirikan tembok di sekeliling mereka."

"Ketika tulang-tulang mereka telah membusuk, Allah mengirim Yehezkiel, dan dia berdiri di atas mereka. Dia mengatakan apa yang diperintahkan Allah, dan Allah membangkitkan mereka untuknya."

"Allah mengungkapkan tentang (peristiwa) itu: 'Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: ‘Matilah kamu,’ kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur." ( QS Al-Baqarah : 243)



Pernyataan dua orang Yahudi di atas yang mengaitkan Yehezkiel dengan Surat Al-Baqarah Ayat 243 juga didukung oleh pernyataan Wahab bin Munabbih:

“Ketika Allah mengambil Kaleb (Caleb) bin Jephunneh, setelah kematian Yusha (Joshua), Dia menunjuk Hizqil (Yehezkiel) bin Buzi sebagai penerus di antara orang Israel, yang merupakan putra dari wanita tua. Dialah, kami telah diberitahu, yang berdoa untuk orang-orang yang disebutkan Allah dalam al-Quran kepada Muhammad yang berbunyi: ‘Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati….’"

Kisah tentang Yehezkiel yang memiliki mukjizat menghidupkan orang mati juga dibenarkan oleh Ibnu Ishaq, penulis sejarah Nabi Muhammad SAW dari abad ke-8.

Ibnu Ishaq meriwayatkannya dengan redaksi yang sedikit berbeda, namun pada intinya isinya sama dengan periwayat-periwayat lainnya.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip Ibnu Abbas sehubungan deagan firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati. (Al-Baqarah: 243), mengatakan bahwa jumlah mereka ada 4000 orang. Mereka keluar meninggalkan kampung halamannya untuk menghindari penyakit ta'un yang sedang melanda negeri mereka.

Mereka berkata, "Kita akan mendatangi suatu tempat yang tiada kematian padanya."

Ketika mereka sampai di tempat anu dan anu, maka Allah berfirman kepada mereka: Matilah kalian! (Al-Baqarah: 243) Maka mereka semuanya mati. Kemudian lewatlah kepada mereka seorang nabi, lalu nabi itu berdoa kepada Allah agar mereka dihidupkan kembali, maka Allah menghidupkan mereka.

Yang demikian itu dinyatakan di dalam firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati (Al-Baqarah: 243), hingga akhir ayat.

Menurut Ibnu Katsir, bukan hanya seorang saja dari kalangan ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka adalah suatu kaum penduduk sebuah negeri di zaman salah seorang nabi Bani Israil. Mereka bertempat tinggal di kemah-kemahnya di tanah kampung halaman mereka. Akan tetapi, datanglah wabah penyakit yang membinasakan, menimpa mereka. Akhirnya mereka keluar menghindari maut ke daerah-daerah pedalaman.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1609 seconds (0.1#10.140)