Langit dan Bumi Dulunya Satu Sebelum Terpisah, Ini Penjelasan Al-Qur'an (2/Tamat)

Selasa, 28 Desember 2021 - 10:41 WIB
loading...
Langit dan Bumi Dulunya Satu Sebelum Terpisah, Ini Penjelasan Al-Quran (2/Tamat)
Al-Quran menjelaskan fenomena alam termasuk peristiwa terpisahnya langit dan bumi yang dulunya bersatu padu. Foto ilsutrasi/dok SINDOnews
A A A
Dalam Surat Al-Anbiya Ayat 30 dijelaskan bahwa langit dan bumi dulunya menyatu, kemudian keduanya dipisahkan dan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. Al-Qur'an menyatakan bahwa kaum musyrikin dan kafir Makkah tidak memperhatikan keadaan alam ini.

Andai mereka mengamati peristiwa yang terjadi di alam ini, niscaya mereka dapat melihat bukti-bukti adanya Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak. Langit dan bumi yang dulunya merupakan satu kesatuan yang padu, kemudian Allah pisahkan keduanya. Bumi sebelum menjadi tempat hidup makhluk hidup adalah sebuah satelit yaitu benda angkasa yang mengitari matahari.

Ulama Ahli Tafsir Qur'an, Quraish Shihab sebagaimana dikutip dari tafsirq menjelaskan tafsir Surat Al-Anbiya Ayat 30 bahwa orang-orang kafir itu tidak melihat bahwa langit dan bumi pada awal penciptaannya adalah satu kesatuan dan saling melekat satu sama lain. Lalu --dengan kekuasaan Allah-- masing-masing dipisahkan.

Mereka juga tidak melihat bahwa dari air yang tak mengandung kehidupan dapat membuat segala sesuatu menjadi hidup. Lalu, setelah itu mereka tetap juga membangkang dan tidak percaya bahwa tiada tuhan selain Allah.

Ayat ini mengungkap konsep penciptaan planet, termasuk bumi, yang belakangan dikuatkan oleh penemuan ilmu pengetahuan mutakhir dengan teori-teori modernnya. Dalam konsep itu dinyatakan bahwa pada dasarnya bumi dan langit merupakan satu kesatuan yang bersambungan satu sama lain.

Kenyataan itu pula yang kemudian ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern dengan sejumlah bukti yang kuat. Kata Al-fatq pada ayat ini berarti 'pemisahan', yaitu pemisahan bumi dari langit yang sebelumnya menyatu. Ini pula yang kemudian ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern.

Ada beberapa teori yang dapat mengungkap sejumlah gejala berkaitan dengan hal ini tetapi tidak dapat mengungkap beberapa gejala yang lain. Hal ini membawa kita kepada satu kesimpulan: tidak ada satu teori pun yang paling akurat dan disepakati oleh seluruh ahli. Namun demikian, berikut ini ada baiknya kalau kita melihat dua dari sejumlah teori itu, sebagai contoh.

Teori Pertama
Berkaitan dengan tercpitanya tata surya, menyebutkan bahwa kabut di sekitar matahari akan menyebar dan melebar pada ruangan yang dingin. Butir-butir kecil gas yang membentuk kabut akan bertambah tebal pada atom-atom debu yang bergerak amat cepat. Atom-atom itu kemudian menggumpul, akibat terjadinya benturan dan akumulasi, dengan membawa kandungan sejumlah gas berat.

Seiring dengan berjalannya waktu, akumulasi itu semakin bertambah besar hingga membentuk planet-planet, bulan dan bumi dengan jarak yang sesuai. Penumpukan itu sendiri, seperti telah diketahui, mengakibatkan bertambah kuatnya tekanan yang pada gilirannya membuat temperatur bertambah tinggi.

Dan pada saat kulit bumi mengkristal karena dingin, dan melalui proses sejumlah letusan larva yang terjadi setelah itu, bumi memperoleh sejumlah besar uap air dan karbon dioksiada akibat surplus larva yang mengalir. Salah satu faktor yang membantu terbentuknya oksigen yang segar di udara setalah itu adalah aktifias dan interaksi sinar matahari melalui asimilasi sinar bersama tumbuhan generasi awal dan rumput-rumputan.

Teori Kedua
Berkenaan dengan terciptanya alam raya secara umum yang dapat dipahami dari firman Allah: "…Anna al-samâwâti wa al-ardha kânatâ ratqan…" yang berarti bahwa bumi dan langit pada dasarnya tergabung secara koheren sehingga tampak seolah satu massa. Hal ini sesuai dengan penemuan mutakhir mengenai teori terjadinya alam raya.

Menurut penemuan itu, sebelum terbentuk seperti sekarang ini, bumi merupakan kumpulan sejumlah besar kekuatan atom-atom yang saling berkaitan dan di bawah tekanan sangat kuat yang hampir tidak dapat dibayangkan oleh akal.

Selain itu, penemuan mutakhir itu juga menyebutkan bahwa semua benda langit sekarang beserta kandungan-kandungannya, termasuk di dalamnya tata surya dan bumi, sebelumnya terakumulasi sangat kuat dalam bentuk bola yang jari-jarinya tidak lebih dari 3.000.000 mil.

Lanjutan firman Allah yang berbunyi "…Fa fataqnâhumâ…" merupakan isyarat tentang apa yang terjadi pada cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam raya ke seluruh penjuru, yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi.

Sedangkan ayat yang berbunyi: "wa ja'alnâ min al-mâ'i kulla syay'in hayyin" telah dibuktikan melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi (ilmu tentang susunan dan fungsi sel), misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dalam pembentukan sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan.

Sedang Biokimia menyatakan bahwa air adalah unsur yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air dapat berfungsi sebagai media, faktor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri.

Sedangkan Fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian.

Melalui Al-Qur'an, Allah mengingatkan semua manusia, apakah dengan kemahakuasaan Allah ini manusia masih tidak mau beriman? Manusia yang memiliki akal dan mau mempergunakan akalnya seharusnya dapat memahami isi alam ini dan kemudian menjadi orang yang beriman.

Wallahu A'lam

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1847 seconds (0.1#10.140)