Surat Al-Mumtahanah Ayat 8 dan Kisah Asma' Berhubungan dengan Bunda yang Kafir

Selasa, 18 Januari 2022 - 17:12 WIB
loading...
Surat Al-Mumtahanah Ayat 8 dan Kisah Asma Berhubungan dengan Bunda yang Kafir
Asma berperan besar dalam menopang suksesnya hijrah Nabi SAW. (Foto/Ilustrasi: Ist)
A A A
Sayyidah Asma ' adalah saudari istri Rasulullah SAW, Sayyidah Aisyah RA , namun berbeda ibu. Beliau saudara kandung Abdullah bin Abu Bakar Ash-Shiddiq . Putri Abu Bakar ini tercatat berkaitan erat dengan perihal turunnya ayat 8 surat Al-Mumtahanah .

Ath-Thabari dalam tafsirnya menyebut bahwa ibu Asma’ (Qutailah) yang ketika itu masih belum masuk Islam berkunjung ke rumah putrinya dengan membawa beberapa hadiah untuknya, tetapi Asma’ tidak mau menerimanya, bahkan juga tidak mau bertemu dengan ibunya. Kemudian dia bertanya kepada adiknya, Aisyah tentang hal tersebut. Aisyah menyampaikannya kepada Nabi dan Allah merespon melalui surat Al-Mumtahanah ayat 8.



Ibnu Katsir dalam tafsirnya juga menyampaikan hal senada. Menurut riwayat lain, hadiah yang dibawa Qatilah berupa keju, obat penyamak kulit, dan minyak samin.

"Ibuku datang, sedangkan dia masih dalam keadaan musyrik di masa terjadinya perjanjian perdamaian dengan orang-orang Quraisy. Maka aku datang kepada Nabi SAW dan bertanya, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku datang, ingin berhubungan dengan diriku, bolehkah aku berhubungan dengannya?' Nabi SAW bersabda, "Ya, bersilaturahmilah kepada ibumu'."

Nabi SAW memerintahkan kepada Asma' agar menerima hadiah ibunya itu dan mempersilakan ibunya masuk ke dalam rumahnya. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan pula hadis ini. Ibnu Abu Hatim menambahkan pula bahwa hal itu terjadi di masa gencatan senjata antara orang-orang Quraisy dan Rasulullah SAW.

Selain berkaitan erat dengan perihal turunnya ayat 8 surat Al-Mumtahanah, Asma’ juga salah satu periwayat dari riwayat sabab nuzul dari surat Al-Baqarah ayat 199.

Beliau meriwayatkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan wukufnya orang-orang Quraisy di Muzdalifah, karena menolak wukuf di Arafah, sedangkan suku-suku yang lain tetap wukuf di Arafah kecuali Syaibah bin Rabi’ah. Satu lagi riwayat tafsiriyah dari Asma’, yaitu surat Al-Lahab ayat 1.

Terkait aktifitas penafsiran ini, Asma’ menerima beberapa riwayat dari Nabi dan Aisyah, sementara informasi darinya antara lain diriwayatkan oleh Ibn Abbas, Abu Waqid Al-Laitsy, Sofiyah bint Syaibah, Abdullah bin Zubair (putranya) dan yang lainnya.



Peran Penting Hijrah Nabi
Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Membaca Sirah Nabi Muhammad Dalam Sorotan Al-Quran dan Hadis-Hadis Shahih" menyatakan Asma berperan penting menopang kelancaran hijrah Nabi Muhammad SAW.

Dikisahkan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW hendak berangkat ke Madinah bersama Abu Bakar setelah tiga malam berada di gua Tsaur, Asma’ putri Abu Bakar datang membawa bekal perjalanan, tetapi saat bekal akan digantung di unta, dia tidak membawa tali pengikat, maka dengan cermat dia memotong tali ikat pinggangnya, membaginya jadi dua. Satu digunakan untuk mengikat bekal dan satu lainnya digunakan sendiri untuk mengikat pinggangnya kembali.

Oleh karena kejadian ini, beliau mendapat gelar dazt an-nithaqain (pemilik/pengguna dua ikat pinggang). Keterangan ini juga dibagi oleh

Menurut Quraish, perencanaan perjalanan hijrah ini sangat rapi dan juga hati-hati, karena harus melawan strategi licik kafir Quraisy. Keberhasilan Asma’ mengantarkan bekal untuk Nabi dan ayahnya tersebut merupakan hasil dari perjuangan yang tidak mudah. Butuh keberanian, tekat dan keimanan yang kuat untuk menunaikan misi ini, terlebih ia adalah seorang perempuan.

Sebelum mengantar bekal, diceritakan pula bahwa ketika tokoh-tokoh kaum musyrik mencari Nabi Muhammad SAW ke rumah Abu Bakar, Asma’ yang dijumpai di situ tidak memberikan informasi apapun kepada mereka.

Abu Jahal yang sangat kesal saat itu, menampar Asma’ sehingga anting yang dipakainya jatuh. Ini tentu menjadi bagian dari cerita perjalanan hijrah Nabi yang juga tidak dapat dilupakan.

Mufassirah dari Kalangan Sahabat
Abdul ‘Al dalam risetnya yang berjudul al-Mufassirun Min As-Sahabat menyebut nama Asma’ bint Abu Bakar dalam deretan mufassir dari kalangan sahabat. Di situ juga disampaikan sedikit biografi dari mufassirah tersebut.

Namanya Asma’, putri dari Abu Bakar, sahabat senior dan salah satu dari Khulafaur Rasyidin. Ibunya bernama Qutailah bint Abdul ‘Uzza.

Asma’ menikah dengan Zubair bin Awwam, kemudian mempunyai anak bernama Abdullah bin Zubair, sahabat yang juga mufassir.

Oleh karena itu, ia juga dipanggil dengan sebutan Ummu Abdillah. Dilihat dari silsilah keluarganya, Asma’ dikelilingi orang-orang yang ikonik dalam sejarah dakwah Islam.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2599 seconds (0.1#10.140)